Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
Melihat situasi yang tak terkendali sekarang, dengan panik, Bu Diana menarik pergi tangan putranya. Masalahnya akan tambah besar jika mereka tidak pergi.
Tak pernah terbayangkan, hubungan keduanya akan jadi seperti ini.
Rika membatu ibunya untuk bangkit.
"Mah!! Bagaimana keadaan Mama? Mana yang sakit?"
"Ada apa Ini?" Tanya Reyhan yang baru saja muncul.
Sebenarnya, sedaritadi iya sudah menyaksikan pertengkaran sengit itu. Sebagai orang lain, tak pantas baginya jika muncul dan menengahi perkelahian tersebut. Masalah Dion dan Rika memang harus diselesaikan olah mereka berdua.
"Nyonya, biar kupanggilkan dokter." Ujar Reyhan sembari membopong Bu Rossa ke arah sofa ruang tamu.
"Oh, tidak perlu tuan. Aku hanya merasa pusing."
Wanita setengah tua itu kini sudah duduk di sofa. Rika duduk sembari memeluk sang bunda tercinta. Air mata tentu tak bisa diam saja di dalam sana. Mereka keluar bagaikan air yang mengalir begitu derasnya.
"Em ...!! Nyonya, saya sebaiknya pamit. Masih ada urusan kantor yang harus ditangani."cakap Reyhan.
Mereka lagi ada masalah keluarga sekarang. Biarkan mereka menyelesaikannya. Reyhan yang berstatus sebagai orang lain tak punya hak untuk ikut campur.
Bu Rossa hanya tersenyum perih menanggapi kepergian bos besar itu. Iya merasa tak enak karena tamunya harus menyaksikan acara memalukan itu. Sudahlah. Nasi sudah jadi bubur.
Reyhan pun pergi. Dengan laju, iya mengendarai mobil sport miliknya. Suasana hatinya tampak gusar pagi ini. Hemmm.
Tentu saja karena perkelahian yang disaksikanya tadi.
Selang beberapa menit kemudian, iya pun sampai di gedung perusahaannya. Gedung itu tampak menjulang tinggi ke langit.
Lantai atasnya sampai tak terlihat karena bersatu dengan awan-awan di atas sana.
Reyhan kini melangkahkan kaki panjangnya masuk ke gedung miliknya itu. Semua karyawan yang melihatnya menyapa dengan mengucapkan.
"Selamat Pagi tuan."
Tak satupun dari mereka dibalas Reyhan. Suasa hatinya memang sangat kacau. Iya terus membayangkan, bagaimana jika Rika yang menerima pukulan itu tadi. Dia pasti akan kembali ke rumah sakit lagi.
Oh astaga, luka di kepanya saja belum sembuh, akibat KDRT kemarin. Dion suami Rika itu memang tak punya hati. Reyhan pastikan CEO Sorayagroup itu akan menerima hasil perbuatannya.
Dengan langkah tergesa. Reyhan memasuki ruanganya sembari memanggil asistennya.
"Randy! Kemari."
Mendengar atasan memanggil dirinya, segera Randy menyusul.
"Iya bos?"
"Randy, hentikan aliran modal kepada perusahaan Sorayagroup sampah itu."titah Reyhan lalu duduk di kursi singgah sananya.
"Pastikan mereka tidak mendapat pinjaman lain dari pihak manapun. Umumkan kepada semua orang, siapapun yang membantu perusahaan bajingan itu, sama saja menentang perusahaan Andorgroup yang dipimpin oleh aku, Reyhan Ardiwiningrat.
Mereka akan bernasib sama seperti Sorayagroup yang akan hancur lebur mulai dari sekarang ini."tambahnya memperjelas titahnya.
Mendapat perintah, Randy segera mengiyakan perkataan bosnya itu. Entah apa yang membuat Reyhan marah sekali dengan perusahaan kecil itu?
Kini Randy bersiap untuk kembali ke ruangannya. Tambahan perintah membuat iya menghentikan langkah.
"Jangan lupa, kirim beberapa orang untuk menghajar suami Rika itu. Berikan tamparan bolak-balik sebanyak dua ratus kali."
Randy terkejut dengan perintah bosnya barusan. Tamparan sebanyak dua ratus kali? Apa Reyhan ingin membunuhnya.
Kini Randy memasang tampang senyum menakutkan. Ahhaaa, akhirnya ada tugas menantang yang diberikan Reyhan untuknya.
Urusan melenyapkan ataupun menghabisi seseorang adalah keahlian Randy sedari dulu.
"Akan ku lakukan apapun yang kau minta Bos." Pungkasnya lalau meninggalkan ruangan atasannya.
****
Di rumah kediaman Dion. Reta baru saja menerima panggilan telepon dari teman-temannya. Dari wajahnya, iya nampak sangat gembira.
Yah, apalagi yang membuatnya Senang begitu kalau bukan tentang belanja. Semua kaum wanita kan menyukai itu.
Sekarang iya nampak sudah cantik dan rapi. Semua penjuru mall akan iya susuri hari ini. Dia terlihat sangat bersemangat.
Sebelum keluar, iya menyempatkan untuk memeriksa uang yang akan iya belanjakan.
"Oh astaga, segini mana cukup!"ujarnya setelah melihat jumlah saldo yang tertera di kartu ATM suaminya.
"Mungkin, Mas Dion punya uang di kamarnya."
Reta berjalan menyusuri anak tangga menuju kamar Dion dan Rika.
Semua barang-barang Dion berada di situ. Tentu saja uangnya juga ada.
Reta membuka laci demi laci. Seingatnya, iya pernah memergoki Dion menyimpan uang di salah satu lemari pakaiannya dan Rika.
Pokoknya, iya terus mencari dan harus mendapatkannya. Jika iya membawa banyak uang, pujian maut pasti akan iya peroleh dari sahabat-sahabatnya itu.
Mata Reta tertuju pada sebuah berangkas yang bertuliskan nama suaminya.
Ekspresi senang terlihat jelas di wajahnya.
"Nah ini pasti milik Dion. Emmm kira-kira, password nya apa yah?" Ucapnya sembari berfikir keras.
Peti harta Karun sudah berada di tangannya. Kini iya hanya tinggal memikirkan apa sandi untuk membukanya.
Reta sudah lelah berfikir. Angka demi angka sudah banyak iya masukkan namun kotak penyimpanan uang itu tak kunjung terbuka.
Oh itu salahnya, karena iya tak melihat sandi yang dulu dimasukkan Dion suaminya.
Dengan kesal, Reta kembali meletakkan kotak persegi itu. Sayang sekali, iya tak dapat membukanya. Uang di dalamnya pasti banyak.
Reta kini turun ke lantai dasar. Dengan langkah malas, iya keluar menuju teras rumahnya. Uang yang hampir di dapatkannya tadi itu, iya lupakan saja.
Toh tanpa password, mustahil untuk membukanya.
Dion baru saja tiba di kediamannya. Tanpa berbicara lagi, iya turun dari kendaraan roda empatnya. Ibunya mengekor di belakang.
Di teras, iya melihat Reta istri keduanya duduk sembari melipat tangan menjulang ke dadanya. Tampaknya iya sedang kesal.
Dion hendak tak menghiraukannya, dirinya saja masih gak mood sekarang ini.
"Mas! Aku minta uang!" Sambut Reta dengan alis yang masih mengerut.
Tangannya, iya acungkan meminta kepada pria yang telah menjadi suaminya itu.
Dion dan Bu Diana mengehentikan langkah.
"Loh, kan ATM Mas, sama kamu. Pake aja uangnya."
Reta menurunkan tangannya. "Mas, saldonya udah gak banyak, mana cukup buat aku pakai belanja sama teman-temanku."
"Lalu?"
"Yah, Mas harus tambahkan. Oh yah, uang Mas di kamar mba Rika, siniin aja. Biarkan aku yang memakainya." Terangnya dengan santai.
Dion terpelongo mendengar perkataan istrinya. Beberapa keluhan karena beristri dua, perlahan sudah iya rasakan.
Reta yang telah resmi menjadi istri keduanya ternyata memiliki ilmu penciuman tajam terhadap uang. Iya memang menyimpan benda yang diinginkan semua orang itu di kamarnya, tapi untuk membayar hutangnya ke Rika. Uang sebanyak lima puluh juta yang dipinjamnya beberapa hari yang lalu, tentu saja harus dibayarnya.
"Uang itu sudah Mas kasi ke Rika."
Dion mengeluarkan dompet yang berada di saku celananya. satu gepok uang merah iya ambil dari sana. "Ini ambil saja sisa uang, Mas."
Reta meraihnya dengan mata yang terbelalak. Kedua bibirnya sampai terbuka lebar melihat uang yang tebal itu.
............... happy reading.......
like and vote karyaku yah teman baik.
oh yah tingkah Dion di episode selanjutnya tambah bikin greget lohhh yuk!! terus geser dan baca.