Dion Mahesa Birawa adalah seorang menantu yang tidak berguna di keluarga Wolf. Setiap hari hanya mendapat hinaan dari seluruh anggota keluarga mereka, terutama Jasmine istrinya, dengan teganya berkhianat di belakangnya.Perceraian sudah tidak bisa di elakkan lagi. Tapi, tanpa mereka sadari, lelaki yang selalu di anggap tidak berguna itu, adalah seorang putra mahkota, pewaris tunggal sebuah perusahaan besar dunia. Tidak ada yang tidak mungkin baginya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aditya Jetli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. President Suite
Dion membaringkan tubuhnya di ranjang yang super mewah itu, sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Luar biasa!
Kemudian dia bangun dari tempat tidurnya, berjalan dan memeriksa keseluruhan isi kamar yang disewanya
Di ruang President suite yang disewanya itu, pandangan mata Dion terpana. Sesuatu hal yang belum pernah ditemuinya, sekarang terpampang jelas di depan mata
Banyak sekali fasilitas mewah yang tersedia. Jumlah kamarnya saja ada 3, lengkap dengan kamar mandinya
Di tiap tempat tidur beralaskan sprei mewah frette dan bantal, juga ada salon di dekatnya
Ada dua buah ruang tamu, termasuk satu ruang tamu yang dilengkapi dengan baby piano
Ada meja makan besar diruang makan.Terdapat pula lemari pendingin, yang berisi minuman non alkohol dan kudapan gratis yang lumayan banyak
Satu dapur kecil dengan pantri bar kering. Lemari es untuk menyimpan makanan beku dan microwave. Ada juga mesin nespresso dan pilihan teh yellow gold tea buds dan teh wuyi
Tiga kamar mandi microfiber mewah dari Hermes, dengan tiga pancuran berdinding kaca dan jacuzzi. Jubah mandi microfiber dan Terry serta pengering rambut
Ada juga ruang media, yang dilengkapi dengan TV layar lebar, untuk karaoke
Ruang gym, dengan peralatan kebugaran, ruang pijat, fasilitas steam dan sauna
Meja kerja eksekutif. Printer serbaguna. ipod atau phone docking station dengan alarm dan radio. Brankas dalam suite, layanan laundry gratis, tak lupa pula setrika dan mejanya
Tersedia juga kolam renang pribadi. Jendela anti peluru, 3 buah balkon yang sangat artistik, yang dilengkapi dengan perabotan serba mahal. Dan masih banyak lagi fasilitas mewah yang tersedia
"Pantaslah harganya sangat mahal sekali." Guman Dion lirih
"Inikah hotelku?"
"Dion, Dion. Ada untungnya juga kau diusir oleh mantan keluarga istrimu. Kalau tidak, kau masih lah tetap Dion, sang menantu sampah, yang selalu dianggap tidak berguna." Monolog nya dalam hati
Setelah puas melihat lihat isi dalam suite nya. Dion memutuskan untuk mandi, karena jam pada saat itu sudah menunjukkan angka 6. 30. Perutnya pun sudah mulai minta diisi
Setelah mandi, dia membuka lemari pendingin, dan mengambil kudapan, serta air minum untuk sekedar mengganjal perutnya
Tepat jam 7 malam. Dion menghubungi layanan kamar khusus, meminta untuk diantarkan makanan ke kamarnya. Saat ini, dia malas untuk turun makan di restoran hotel
Tidak membutuhkan waktu lama, pesanan yang diminta oleh Dion datang, di bawa oleh tujuh orang pelayan restoran yang cantik cantik
Begitu para pelayan meninggalkan ruangan itu, Dion tertegun sendiri. Di hadapannya tersaji berbagai macam hidangan yang sangat banyak
"Bagaimana cara menghabiskan nya ya?" Guman Dion sambil menggelengkan kepalanya pertanda pusing
"Aah, makan sajalah. Nikmati selagi bisa. Kalau tak habis ya untuk nanti saja." Pikirnya
Menu yang diantar ke kamarnya kelewat banyak, terdiri dari berbagai macam hidangan, seperti wagyu beef burger, sandwich, lobster bique dari Australia. Beef tenderloin salad, tahu, bayam, nato , sup miso, buffalo mozzarella, ikan kakap putih
Tak lupa pula makanan tradisional khas lokal seperti, tuna gohu, telur ikan, daun kemangi dan remahan kacang dan pecel kembang
Beef lamban dan chicken satay, kepiting gandum, cumi cumi, pasta jamur, sup ayam, dan tak lupa pula makanan pokok nasi
Tak mau berpikir terlalu lama. Dion bergegas memakannya dengan lahap, maklum baru pertama menemukan makanan hotel bintang 5, dengan restoran kelas atas pula
Setelah selesai makan, Dion ingin melihat handphone jadulnya. Tepat pada saat itu, handphonenya bergetar, karena ada panggilan masuk
Dilihatnya sebentar layar hp, ternyata yang menelepon adalah Ivory Sanders
"Ada apa kamu nelepon ku? Apakah baru ingat, ada orang yang dibully dari sejak di bank, hingga di hotel ini." Celetuk Dion tanpa basa-basi lagi
Ivory yang mendengar kata kata itu mengerutkan keningnya di seberang, lalu berkata
"Apakah tuan muda mendapatkan pelayanan yang kurang bagus di bank itu?"
"Bukan kurang bagus, tapi sangat buruk. Aku dicaci maki, diserang, bahkan dituduh pencuri oleh karyawan bank itu. Sialan!" Ucapnya jangan kesal
"Aku sudah menghubungi presdir bank itu. Apakah dia tidak menemuimu?"
"Dia terlambat datang, tapi masalah sudah teratasi. Ada 5 orang yang menjadi korban di insiden itu. Dipecat!"
"Mereka pantas mendapatkannya" Jawab Ivory senang
"Kenapa baru menghubungiku?" Dion kecewa pada Ivory
"Maaf, kalau tadi aku tergesa gesa pulang ke kota J. Tuan besar menghubungiku. Ada hal penting yang harus segera diselesaikan di sana. Jawab Ivory membela diri
"Besok pagi aku akan menjemput tuan, untuk bertemu dengan tuan besar. Ada hal mendesak yang harus diselesaikan dengan tuan muda segera."
"Baiklah! Aku juga ingin bertemu dengan kakek, untuk memastikan, seperti apa orang yang sangat ditakuti itu. Apakah bisa makan orang?" Ledek Dion
"Hus tuan ngaco lah. Hahaha." Gelak Ivory melalui telepon
"Kamu mau menjemputku?. Apakah kamu tahu aku tidur di mana?" Tanya Dion heran
"Ya tidaklah. Lokasi tuan belum bisa dilacak, karena handphone yang tuan pakai belum tersedia GPS." Jawab Ivory tenang
"Besok tuan harus membeli handphone baru, di gerai yang banyak tersedia di kota B." Ujar Ivory terkesan sedikit memaksa
"Baiklah. Besok jemput aku di Southeasat Sky Hotel."
"Apa! Tuan menginap di hotel itu?
"Hotel tersebut milik tuan dan atas nama tuan. Apakah ada yang mengenali wajah tuan muda sebagai pemilik hotel?"
"Belum. Mereka tidak tahu siapa aku, kecuali general manager, tapi dia baru menebak nebak saja, karena aku reservasi menggunakan kartu diamond yang kau berikan itu." Jawab Dion santai
"Oh pantas lah. Di negara ini hanya ada 3 orang yang memegang kartu diamond tersebut. Kalau tuan menggunakannya untuk reservasi kamar hotel, ya wajar mereka curiga."
"Besok setelah tuan bertemu dengan kakek, saat itulah tuan akan mendapat pengalihan kekuasaan dan kepemilikan semua aset properti dan perusahaan, juga yang lain." Ujar Ivory menjelaskan
"Baiklah!. Hubungi aku kalau kau sudah sampai di hotel tempatku menginap."
Beep!. Terdengar suara telepon terputus, karena Dion memutuskannya sepihak, tanpa menunggu Ivory menjawab perkataan terakhir barusan
Di seberang, Ivory yang mendapat perlakuan seperti itu menggerutu kesal
"Huh.. Dasar tuan muda tidak peka." Monolognya kesal
Walah..! Ada apa ini. Seorang Ivory Sanders, sang gadis tangguh, yang tidak pernah dekat dengan siapapun, yang terkenal dingin dengan tindak tanduknya selama ini. Hari ini seperti sedang membutuhkan perhatian, tapi pada siapa ya. Dion? Ah mungkin saja
Di pihak Dion, setelah memutuskan sambungan telepon sepihak, batinnya berkata
"Sepertinya Ivory gadis yang baik. Mungkin aku bisa mengenalnya secara perlahan. Tapi aku masih punya Emily. Ah tidak, dia gadis polos, baik lagi. Aku tidak punya perasaan apa apa padanya saat ini."
"Ah sudahlah Dion. Jangan pikirkan itu dulu. Fokus dan terus fokus Dion." Katanya dalam hati
"Nanti kalau kau sudah resmi jadi penguasa, untuk urusan perempuan, akan mudah kau dapatkan." Kata batinnya lagi menghibur diri sendiri
Dion tersenyum sendiri di kamarnya, sambil membayangkan bagaimana reaksi Jasmine, mantan istrinya, juga keluarganya. kalau mereka tahu status Dion sekarang
"Masihkah mereka menganggapku sampah dan pecundang tidak berguna. Tunggu saja, pembalasan akan lebih menyakitkan." Ujar Dion dengan wajah menegang
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul jam 9.30 malam. Dion lelah, karena seharian ini, banyak kegiatan yang menguras tenaga dan pikirannya
Dion memutuskan untuk istirahat dan tidur, tapi pikirannya masih kepikiran dengan sisa makanan yang banyak di atas meja
"Ah biarkan sajalah!" Pikirnya
Tapi dia tetap beranjak menuju meja makan, untuk menyimpan sisa makanan yang belum sempat dimakannya kedalam kulkas. Terpikir olehnya untuk dimakan besok pagi, atau tengah malam kalau dia terbangun
Tapi apa yang terjadi. Sampai jam 6.30 pagi, Dion masih belum bangun dari tempat tidurnya, terlihat pulas, mungkin karena kelelahan