Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 23
Devan memutuskan untuk memaafkan Adinda dan Biyan. Walau dengan sederet persyaratan yang harus ditanda tangani. Bahkan, Jovan menyuruh Biyan bertanggung jawab atas kehamilan Adinda.
Ada sedikit kekhawatiran pada Devan, akibat Jovan yang sudah meniduri Adinda. Tapi, Jovan meyakinkan Devan, bahwa ia tak mengeluarkan benihnya ke dalam rahim wanita itu. Sedangkan para wartawan juga disita semua alat perekam. Mereka disumpah untuk tutup mulut.
Mengetahui trek rekord Jovan Dinata. Para wartawan tentu tidak mau berurusan dengan pria yang terkenal dengan kebengisannya itu.
Mereka sangat beruntung, karena dua singa itu masih berbaik hati. Sedangkan wanita yang semestinya menjadi teman tidur Jovan. Pria itu memilih untuk menghukum secara pribadi.
Masalah selesai. Akhirnya Devan mampu bernapas lega. Tidak itu saja. Jovan juga menanam investasi pada Devan.
*****
Malam telah datang. Devan merebahkan tubuhnya di ranjang. Tubuhnya terasa penat, pusing melanda. Tangannya menggenggam ponsel yang bergambar foto istrinya. Sudah nyaris tiga minggu, ia tidak mengabari istrinya itu. Ia segera melakukan panggilan video.
Mendengar ponselnya berdering. Aira yang tengah tertidur segera terbangun. Seraut wajah tertera di layar dengan senyum lebar. Aira yang belum sadar sepenuhnya, menyipitkan matanya.
"Sayang ... apa kau sudah tidur?" Tanya Devan penuh kelembutan.
Aira tersenyum sangat manis. Devan terpesona menatap senyuman itu. Andai pekerjaan sudah selesai, ingin ia langsung pulang dan memeluk gadis itu.
"Mas Devan kapan pulang?" Tanya Aira dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Apa kau merindukanku?" Tanya Devan dengan hati berbunga.
Debaran jantungnya begitu cepat. Ia seperti orang bodoh menciumi berkali-kali layar ponsel yang menampilkan wajah Aira.
"Mas ... tiga hari lagi ulang tahun pernikahan Papa dan Mama. Apa, Mas bisa pulang?" Ucap Aira mengingatkan.
Devan nyaris melupakan hari bersejarah itu. Dengan senyum lebar. Lagi-lagi ia mencium layar ponsel.
"Aku usaha kan sayang. Oh ... Aku sangat merindukan mu" ucapnya.
Perlakuan manis Devan membuat wajah Aira bersemu merah karena malu. Sungguh itu membuat pria itu bergairah. Setengah mati ia meredam gejolak birahinya. Sungguh ia ingin Aira melakukan phon***x dengannya. Tapi, ia takut merendahkan harga diri istrinya itu.
Maka untuk menahan itu semua. Ia segera mengakhiri percakapan dengan istrinya itu. Setelah itu, ia ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Hal itu mampu meredakan gejolak birahi yang membakarnya saat ini.
******
Pagi menjelang. Devan masih sibuk mengurusi pembayaran para pekerja dan pembebasan lahan yang kemarin sempat tertunda.
"Bagaimana dengan lahan yang ada di Utara, Jak? Apa semua sudah beres?" Tanya Devan frustrasi.
Jaka juga hanya mendengkus kesal. Masalahnya, pemilik tanah itu meminta bayaran tinggi. Jika hanya selisih seratus dolar permeter lebih tinggi dari harga seharusnya. Mungkin Jaka bisa memaklumi. Tapi, pemilik lahan meminta sepuluh kali lipat dari harga normal.
"Tuan, saya punya ide," tiba-tiba lampu ide Jaka menyala.
Devan hanya menghela napas membalas perkataan asisten pribadinya itu.
"Mereka menawar tinggi harga tanah yang hanya tiga ratus meter itu. Sedang di sekitarnya sudah terbeli oleh kita," ujar Jaka dengan nada kesal.
"Ck ... jangan bertele-tele, Jak. Ucapkan dengan jelas apa idemu!" Seru Devan ikut-ikutan kesal.
"Saya mau memagari sekeliling rumah dia. Jadi dia terkurung dalam rumahnya," jelas Jaka sambil menyeringai.
Devan tertegun. Ide kejam Jaka membuat Devan salut. "Lakukan apa yang kau inginkan, Jak!"
Dan benar saja. Tiga hari kemudian. Ketika Jaka hendak memagari rumah itu. Seorang gadis manis menghentikan aksinya.
"Apa yang kau lakukan pada rumahku!" Teriak gadis itu.
Jaka yang tidak pernah bertemu dengan gadis itu, hanya mengabaikannya.
Tiba-tiba alat berat yang sedang mengeruk tanah, dilempari batu oleh gadis itu.
"Hei ... apa yang kau lakukan!" Teriak Jaka.
"Kau yang melakukan apa pada rumahku!" Teriaknya lebih lantang.
Jaka menilai gadis itu dari atas kepala hingga ujung kakinya. Gadis berbalut, kaos hitam dilapisi kemeja kotak-kotak. Bercelana jeans belel. Rambut hitam panjang terkenang dua. Wajah cantik itu tengah marah. Matanya bulat berapi-api. Tinggi tubuh gadis itu hanya sedada Jaka.
Tatapan tajam Jaka yang menilai gadis di hadapannya, membuat gadis bernama Tiana itu menelan saliva kasar. Sungguh nyalinya sedikit menciut.
Namun, melihat rumahnya seperti hendak di kelilingi pagar tinggi. Membuat nyalinya bangkit lagi.
"Apa kau!" Tantangnya sambil berkacak pinggang.
Jaka melangkah mendekati gadis itu. "Kau yakin, kau pemilik rumah ini?" Gadis itu mengangguk.
"Bahkan aku bisa menunjukkan sertifikat tanahnya," ujar Tiana polos.
Jaka mengernyit. Masalahnya, yang ia temui adalah sepasang suami istri yang mengaku memiliki tanah ini.
Tiana yang merasa ada kesalahan pahaman. Langsung mengerti.
"Sepertinya, kau dikelabui oleh Paman dan Bibi tiriku," keluhnya.
"Well ... Saya tidak mengurusi itu. Mereka meminta bayaran yang tidak sesuai ...,"
"Maksudnya?" Tiana tidak mengerti.
"Kami adalah pelaku pemborong proyek pembangunan hotel Rits ke dua. Dan lahan ini masuk dalam pembangunan lahan parkirnya. Semua pemilik di sini telah menjual tanah mereka. Jadi hanya tinggal milik anda saja yang belum," jelas Jaka dengan bahasa formal.
Tiana hanya mendengkus. "Apa harganya bisa buat ku membeli rumah baru?" Tanyanya lesu.
"Jangankan membeli satu. Anda bisa membeli tiga rumah mewah jika mau," jawab Jaka sedikit pongah.
Tiana hanya bisa menghela napas panjang. Ia tak mungkin mempertahankan rumah yang berdiri sekarang. Ia mengajak Jaka untuk masuk dan melakukan transaksi pembelian.
Ketika mereka sedang berbincang. Tiba-tiba Paman dan Bibi tirinya datang.
"Tiana ... sayang, jangan kau lepaskan rumah ini dengan harga murah," ujar bibinya.
Tiana hanya melirik sinis. Masalahnya ia tahu. Bibinya sengaja merecoki dirinya.
"Maaf, Bi. Aku sudah membuat kesepakatan," ujarnya.
"Loh ... loh, tidak bisa begitu. Tanah dan rumah ini milik Kakak kandungku. Kau tidak bisa menjual sembarangan!" Teriak bibi tirinya.
Tiana mengeraskan rahang. Jelas-jelas ayahnya tidak ada hubungan darah dengan bibi tirinya itu. Bahkan kesusahan ayahnya dulu, bibinya tidak menggubris sama sekali.
"Jangan membuatku emosi, Bi!" Geram Tiana.
"Kau itu. Anak tidak tahu diri! Aku ini Bibi mu!'' jelasnya sengit.
"Kirimkan seluruh pembayaran rumah dan tanah ini ke rekeningku. Aku yang berhak atas ini!" Titahnya asal.
"Pergi!" Tiba-tiba Tiana mengusir Bibinya.
"Kau!" Bibi merasa tidak terima.
"Pergi, atau kau akan menyesal telah berurusan denganku!" Ancam Tiana lagi.
Wajah si bibi merengut. Sedangkan sang paman hanya diam tak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya menggeret istrinya untuk pergi dari sana.
"Tapi, Sayang ...," Bibi masih ngotot.
"Sudah ... Kita bisa bereskan dia nanti," bisik sang paman.
Akhirnya, mereka berdua pun pergi dari tempat itu. Setelah melakukan pembayaran. Tiana meminta hari untuk mengangkut semua barang-barangnya. Jaka memberinya ijin.
Masalah selesai. Jaka langsung memberi laporan pada atasannya.
Devan, akhirnya bisa bernapas lega. Ia bisa pulang tepat di hari ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya.
"Aira ... Aku rindu, sayang," ujarnya bermonolog sambil mencium layar yang berisi foto istrinya.
Bersambung.
Ish .... Devan. Bucin abissss...
duh plis like and komen dong
x mau devan... apalagi anu2 devan dh disentuh oleh tangannya si model itu bah
yaah airaa aku kira kamu akan mendiamkan dan membalas sakit hatimu .aku krcewa