Ketika sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam maka kamu bebas sekarang.
Ketika Ia kecelakaan hampir merenggut nyawa dan kritis beberapa waktu,suaminya justru tidak peduli dan merawat wanita lain yang hanya demam biasa di rumah sakit yang sama.
Pada akhirnya Liliana menyerah karena tak pernah di anggap dan tak pernah mendapatkan respon balik, sekalipun nyawanya hampir melayang jadi Ia mengajukan perceraian mereka.
Namun Ketika Ia sudah memutuskan menyerah dan bercerai, suaminya tiba-tiba berubah dan ingin mempertahankan pernikahan mereka.
Akankah Liliana berubah pikiran untuk bertahan?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hantari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liliana
Liliana dengan tersenyum lebar dan tampak begitu senang meletakkan cemilan-cemilan kecil dan minuman dan juga kue yang Ia belikan dari luar pesanan kedua orangtuanya itu sekalian tadi Ia keluar.
Bara merasa tidak terbiasa dengan sikap dingin dan cuek Lily padanya,namun Ia berusaha menenangkan hatinya yang memang saat ini sulit Ia kontrol ada rasa tidak terima dan tidak senang namun Ia juga sadar Liliana berubah karena sikapnya selama ini."Kenapa kau asalan memberikan makanan dan minuman kepada mama dan juga papa, bagaimana kalau itu tidak sehat?",namun ternyata isi hati dan pikirannya berbeda dengan mulutnya yang sulit Ia kontrol.
"Tenang saja kau tidak perlu khawatir,sama sekali tidak ada yang perlu di khawatirkan karna semua makanan dan minuman ini aku beli dari kafetaria yang semuanya terjamin, tidak mungkin kau tidak percaya dengan kafe milik mu sendiri kan?". Lily berbicara dengan nada menyindir dan dengan nada cuek kemudian kembali mengabaikan Bara.
"Ma Pa aku ke atas dulu ya,aku lelah mau langsung tidur aja", ucapnya kemudian pergi setelah Rosa dan Maxwell mengangguk mengijinkannya.
Sementara Bara mematung di tempatnya mencoba memikirkan semuanya, Liliana baru saja mengatakan kalau Ia dari Kafetaria tempatnya bertemu dengan Laura?,apakah Liliana melihat kami?, pikirnya.
"Bar,kamu udah makan belum?kalau belum makan dulu kalau udah samperin istri kamu sana, kelihatannya kalian lagi marahan ya?",Rosa berbicara dengan nadanya yang genit yang membuat suaminya geleng-geleng melihat tingkahnya.
"Apa sih ma, berhenti menggoda anak mu terus lihat wajahnya sudah merah begitu",ucap Maxwell tertawa.
Bara sedikit merasa kesal dengan kedua orangtuanya,Ia mendegus kemudian meninggalkan keduanya yang masih tertawa ketika Ia sudah pergi.
***
"Cih kenapa aku harus peduli, bukanya memang mereka selalu bertemu setiap saat setiap waktu?, memangnya apa yang ku harapkan setelah kejadian semalam"
Lily menggerutu di hatinya,Ia duduk di atas kasurnya dan meremas-remas selimutnya sendiri, padahal di luar begitu dingin tapi rasanya begitu panas mengingat beberapa waktu lalu Ia bertemu dengan Laura ketika Ia baru saja keluar dari kafetaria.
"Kasihan ya kamu, mengejar cinta seseorang namun tidak pernah bisa mendapatkannya padahal sudah menjadi istrinya tapi nafkah batin saja tidak mendapatkan heh, padahal aku dan dia sering melakukan hubungan itu dan kau tau sekarang aku sudah mengandung anaknya,dan pernikahan kami sudah terdaftar secara agama ya meskipun belum terdaftar di pengadilan karna kami menikah sirih"
Mengingat itu kembali jantung Lily rasanya kembali di pompa begitu kuat,Ia tidak bisa menutupi hatinya yang begitu sakit sekarang, bagaimana bisa Bara begitu kejam menikah siri dengan wanita lain bahkan sudah akan mempunyai anak, padahal mereka bahkan sekalipun belum pernah bersentuhan secara intim bahkan cium bibir saja tidak pernah karna Bara selama ini menajaga jarak dua meter darinya dan sangat jarang di rumah,bahkan ketika di rumah pun mereka bahkan bisa tidak bertemu.
Entah sejak kapan,namun kali ini hatinya memang benar-benar kecewa.
Tok...tok...tok...
Suara ketukan pintu itu membuatnya segera memenangkan diri berfikir itu adalah Rosa ataupun Maxwell yang mungkin membutuhkan sesuatu,namun amarahnya justru semakin memuncak ketika melihat siapa yang sekarang di depan pintu.
"Mau apa kamu?"
"Aku ingin menjelaskan sesuatu pada mu?"
"Menjelaskan apa?,kamu tidak melakukan apa-apa",Ia akan kembali menutup pintu dengan kuat namun Bara ternyata sudah menahan pintu dengan kakinya.
"Dengarkan aku,aku ingin menjelaskan sesuatu dengan mu,tapi bisakah biarkan aku masuk dulu,atau kau ikut dengan ku"
Bara tiba-tiba menarik tangannya dan mencekalnya kuat hingga Ia tidak bisa melepaskan diri.
"Apa sih lepas!", kesalnya begitu tidak tertahan ketika Bara menariknya masuk ke dalam kamarnya kemudian menutup pintu,hal itu juga membuatnya menjadi panik takut Bara melecehkannya,yang tentu saja Ia tidak akan pernah memberikan pengalaman pertamanya pada pria brengsek seperti Bara meski sekalipun dia adalah suaminya sendiri.
Bara menyentuh pundak Lily dengan kedua tangannya dan menatapnya lekat,"Maaf mungkin ini sedikit agak terlambat namun aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang sedikit ini untuk mempertahankan semuanya yang masih bisa di pertahankan"
Lily mendegus kesal kemudian menatap ke samping dengan tatapan cuek,"Jangan berbicara omong kosong, lagipula tidak ada yang perlu di perbaiki dari segi apapun, tolong biarkan aku keluar"
"Tidak,kau harus mendengan penjelasan ku,aku tidak berbohong atau mencoba mempermainkan mu,tapi tolong dengarkan aku"
bersambung...
🤭🤔 di lanjut ya Thor 🙏
lanjut Thor 💪😘🤗
harusnya kamu bilang pertemuan mu dengan laura