Ibrahim, ketua geng motor, jatuh cinta pada pandangan pertama pada Ayleen, barista cantik yang telah menolongnya.
Tak peduli meski gadis itu menjauh, dia terus mendekatinya tanpa kenal menyerah, bahkan langsung berani mengajaknya menikah.
"Kenapa kamu ingin nikah muda?" tanya Ayleen.
"Karena aku ingin punya keluarga. Ingin ada yang menanyakan kabarku dan menungguku pulang setiap hari." Jawaban Ibra membuat hati Ayleen terenyuh. Semenyedihkan itukah hidup pemuda itu. Sampai dia merasa benar-benar sendiri didunia ini.
Hubungan mereka ditentang oleh keluarga Ayleen karena Ibra dianggap berandalan tanpa masa depan.
Akankah Ibra terus berjuang mendapatkan restu keluarga Ayleen, ataukah dia akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Mama Nara sangat berharap jika Ibra yang dimaksud bukankah Ibrahim, tukan biang ulah sekaligus berandal kampus yang paling populer.
Tapi anggukan kepala Ayleen, seketika membuat dia menepuk dadanya yang sesak. Dari sekian banyak pria di kampus, di Jakarta, kenapa harus Ibrahim?
"Kak Ibra gak seburuk yang Mama pikirkan. Dia baik, dia menjaga Leen, dia menghormati Leen. Dia gak pernah melakukan apapun diluar batas."
"Berduaan didalam kamar tengah malam, itu bukan diluar batas maksud kamu?" bentak Aydin geram. Dia makin kesal karena Ayleen masih saja membela berandalan itu.
"Itu karena Leen habis pingsan, jadi Leen istirahat di kamar."
"Saat kamu pingsan, bisa sajakan, dia nyari kesempatan," Aydin tak mau kalah. Baginya, Ibra adalah pumuda yang buruk, titik.
"Aku pingsan dimobil. Saat masuk ke basecamp, udah sadar, jadi aku tahu apa yang terjadi sama aku."
"Halah, pas dimobilpun, bisa ajakan dia nyari kesempatan. Kamu sudah pandai bohong sekarang Leen. Kamua bahkan gak cerita jika selama sebulan ini, Ibra yang antar jemput kamu di kafe, bukan Raka."
Ayah Septian dan Mama Nara sampai ngelus dada mengetahui banyaknya kebohongan Ayleen. Tak mau istrinya yang sedikit galak itu naik pitam, Ayah Septian mengajak Ayleen bicara berdua dikamar gadis itu. Sebelumnya, dia bertanya tentang detail kejadian tadi pada Aydin. Dia ingin menilai dari dua sudut pandang.
Didalam kamar, keduanya duduk bersebelahan disisi ranjang.
"Kenapa kamu mengkhianati kepercayaan Ayah, Leen?" Dari semua kesalahan Ayleen, yang paling membuat Ayah kecewa, adalah kebohongannya. Padahal dia sudah pernah bilang jika tak melarang Ayleen pacaran, lalu kenapa Ayleen menyembunyikan semua ini. Bahkan diam-diam sudah diantar jemput selama sebulan. Dan demi memuluskan kebohongannya, mengajak Raka dan Ajeng ikut serta. Besok pagi, dia harus mengadakan sidak pada kedua karyawannya itu. Sepertinya dia terlalu longgar dalam menjaga Ayleen, sampai kejadian ini dia tak tahu.
"Kenapa kamu sampai nekat tak pulang malam ini? Kamu tidak tahu bahayanya diluar Leen, apalagi tengah malam seperti tadi. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi padamu. Kamu perempuan, Nak. Ayah akan sangat merasa bersalah karena lalai menjagamu."
"Maafin Leen, Yah." Ayleen tertunduk dalam. Dia lalu turun dan bersimpuh di kaki ayahnya sambil sesenggukan. Sepertinya cinta dan cemburu telah membuatnya kehilangan logika. Tak berfikir panjang hingga nekat datang ketempat balapan demi Ibra. "Leen salah, Leen minta maaf."
"Bangun, duduk disebelah Ayah." Ayah Septian menarik kedua lengan Ayleen agar berdiri dan duduk kembali disebelahnya. "Berapa lama kamu kenal dia?"
"Hampir 3 bulan. Tapi baru sebulan lebih kami pacaran."
Ayah Septian memejamkan mata sambil memijit pangkal hidungnya. 3 bulan kenal, sudah membuat Ayleen berani bermalam dengan pria itu. Tak ingin masa lalunya terulang pada anak-anaknya, dia dan Nara sudah berusaha mendidik mereka sebaik mungkin. Menanamkan nilai moral dan agama agar anaknya tahu yang benar dan salah. Meski perempuan, sengaja dia tak terlalu mengekang Ayleen agar dia tak berontak untuk mencari kebebasan. Tapi sepertinya, cara-cara itu masih belum bisa membuat Ayleen tetap berada dijalur lurus.
"Tapi Leen gak pernah melakukan hal diluar batas, Yah. Malam inipun, tak ada sesuatu yang terjadi diantara kami. Kak Ibra tahu batasannya." Dari yang Ayah Septian dengar sejak tadi, Ayleen terus-terusan membela kekasihnya itu.
"Apa kau mencintainya?" Ayleen mengangguk pelan. "Apa yang membuatmu mencintainya?"
"Dia sangat menghargai Leen, Yah. Bukankah Ayah pernah berpesan, jika aku mencari kekasih, harus pria yang bisa menghargaiku." Ayleen masih ingat pesan ayahnya dulu.
"Jika dia menghargaimu, kenapa dia tak datang secara jantan, menghadap Ayah atau Mama saat mengantar atau menjemputmu?"
"Leen yang melarangnya, Yah. Karena Leen tahu, Mama tidak suka padanya."
"Kalau tahu Mamamu tidak suka, harusnya mengambil hatinya, memantaskan diri buat kamu, bukan malah ngajak main kucing-kucingan. Kalau seperti ini terus, sampai kapanpun, Mama gak akan suka. Bahkan Ayah juga, Bang Aydin, dan mungkin Alfath juga."
Ayleen menunduk dalam. Sepetinya dia dan Ibra memang tak ada harapan. Ibra tak mau meninggalkan geng motornya, dan sampai kapanpun, keluarganya tak akan mau.
"Leen." Ayah merangkul bahu Ayleen lalu menyandarkan kepala anak gadisnya didada. "Kata Abang, dia tadi habis menghajar pacar kamu." Sebelum bicara dengan Ayleen 4 mata, ayah sempat meminta penjelasan pada Aydin lebih dulu. "Sekarang Ayah tanya, apa menurutmu, setelah kejadian tadi, dia masih akan menghubungi kamu?"
Ayleen mengangguk, masih sangat yakin Ibra mencintainya. Pria itu pasti masih akan menghubunginya meski tadi sudah diancam Aydin.
"Kalau kamu memang seyakin itu, kita lihat saja. Sementara ini, kamu gak boleh keluar rumah. Juga tidak boleh pegang HP. Cuti dulu kuliahnya kalau perlu. Tidak masalah kuliah lulus agak lama daripada nantinya Ayah menyesal jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada kamu. Kalau dia memang mencintaimu, dia akan datang kerumah menemui Ayah dan Mama ini untuk mencarimu. Tapi jika dia tidak datang, percayalan pada Ayah, dia tidak benar-benar mencintaimu. Lupakan pria itu."
Ayah Septian mengakhirnya bicaranya saat mendengar adzan subuh berkumandang. "Ayah ke masjid dulu. Kamu juga langsung sholat, setelah itu istirahat." Mencium puncak kepala Ayleen lalu keluar dari kamarnya.