Rania Anastasya, adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak perempuan keluarga konglomerat sejak remaja.
Farhan Ananta Putra, adalah anak laki-laki satu-satunya keluarga angkat Rania. Hubungan mereka cukup dekat semenjak Rania bergabung menjadi keluarga Ananta Putra.
Namun siapa sangka, ternyata saat dewasa, Rania malah dijodohkan dengan Farhan, kakak angkatnya sendiri.
Sejak saat itu, Farhan berubah menjadi laki-laki kejam yang tak lagi dikenal oleh Rania. Bahkan di malam pertama mereka, Rania harus menerima rasa sakit akibat kekejaman Farhan.
Mampukah Rania melepaskan diri dari Farhan?
Baca kisah lengkap nya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Positif
Pagi itu Rania telah bersiap memeriksa tubuhnya menggunakan alat tes kehamilan yang kemarin ia beli.
Semalam Randi sempat menanyakan kondisinya melalui telepon dan Rania mengatakan akan memeriksanya esok pagi. Karena urin pagi lebih baik dan akurat daripada urin di waktu yang lain.
Rania merasa jantungnya berdebar sangat kencang. Ia berharap hasil tes nya negatif, sehingga kekhawatiran nya tidak berkelanjutan. Dan ia bisa segera berpisah dengan Farhan.
Perlahan-lahan Rania membuka alat yang sedari tadi ditutupi kedua tangannya. Debaran jantungnya semakin kencang. Kemudian dilihatnya secara perlahan dengan perasaan gemuruh dalam hatinya.
Rania melihat terdapat garis dua merah dalam alat tes kehamilan itu, yang menandakan bahwa hasilnya adalah positif. Ia pun sangat terkejut hingga melemparkan alat itu sejauh mungkin.
Rania benar-benar sangat terpukul. Mengapa keadaan tidak mendukungnya? Mengapa seolah dunia menghukumnya dengan ujian bertubi-tubi?
"Tidak! Aku tidak mau mengandung anak laki-laki kejam itu!" ujar Rania.
Wanita itu pun menepuk-nepuk perutnya dengan kuat hingga ia merasa kesakitan dan terduduk di sudut ruangan.
Ia bersandar pada dinding dan menangis sejadi-jadinya. Menangis tanpa suara, yang membuat hatinya semakin sesak.
"Kenapa harus hamil? Kenapa? Kenapa laki-laki itu menyusahkan hidupku? Apa salahku?" ucap Rania sambil menangis tersedu-sedu.
Ditengah tangisannya itu, Rania mendapat panggilan di ponselnya. Suara ponsel itu pun membuat Rania berhenti dari tangisannya. Ia beranjak dari tempat duduknya lalu pergi ke tempat tidur kemudian mengusap air matanya.
Ia mengambil ponsel yang ada di nakas dan melihat panggilan di layar tertulis nama Randi. Rania mengangkat telepon itu dengan hati yang hancur.
"Halo," sapa Rania dengan suara khas orang menangis.
"Halo? Rania?" terdengar suara Randi yang dari seberang telepon.
"Iya Randi," sahut Rania lemah.
"Kau menangis? Kau kenapa Rania? Bagaimana hasilnya? Apakah tidak memuaskan?" tanya Randi dengan suara khawatir.
Mendengar itu membuat Rania kembali menangis. Suara tangisannya terdengar sangat memilukan. Randi pun ikut sedih mendengar isak tangis Rania.
"Rania.." panggil Randi.
Rania belum menjawab. Wanita itu masih menangis dengan pilunya.
Randi terdiam menunggu Rania reda dari tangisnya. Namun dengan mendengar tangisan wanita itu, ia tahu apa hasil dari alat tes kehamilan Rania pagi ini.
Sampai beberapa menit berlalu, akhirnya suara tangis Rania pun mereda. Terdengar masih tersisa sesenggukan dari wanita itu.
"Rania? Hei, apa kau baik-baik saja?" tanya Randi lembut.
"Aku tidak baik-baik saja Randi," jawab Rania pada akhirnya.
"Apakah hasilnya positif?" tanya Randi.
"Ya," jawab Rania singkat.
Terdengar Randi menarik nafasnya dalam-dalam. "Baiklah, dengarkan aku."
"Aku akan berusaha membantumu untuk berpisah dari Farhan tanpa ada satu orang pun yang tahu akan kondisimu," ucap Randi menenangkan Rania.
"Tapi aku butuh bantuanmu," ucapnya lagi.
"Bantuan apa?" tanya Rania pelan hampir tidak terdengar.
"Pertama, kau buang dan bungkus hasil tes mu pagi ini sampai benar-benar tidak terlihat bentuknya. Kau juga harus menjaga dirimu agar selalu terlihat fresh dan baik-baik saja Rania."
"Makan yang cukup agar tidak lemas dan pusing. Kau harus jaga kondisimu agar tidak terlihat sebagai wanita yang tengah hamil muda pada semua orang. Apa kau bisa?" tanya Randi.
"Aku akan mencobanya Randi, yang terpenting aku bisa bebas dari laki-laki kejam itu," sahut Rania.
Meskipun Rania tak tahu, apakah ia mampu menjalani apa yang Randi sebutkan. Jika hanya membuang hasil tes kehamilan itu sangat mudah. Namun menjaga kondisi agar tak terlihat hamil apakah ia mampu?
Sementara saat ini ia sudah mulai merasa pusing dan sedikit mual. Tapi demi bebas dari Farhan, Rania akan mencobanya. Ia tidak akan membiarkan siapapun tahu jika dirinya sedang mengandung anak Farhan.
"Bagus, kau tenang ya. Aku akan membantumu semampuku. Kau jangan terlalu khawatir, kasihan bayi di dalam kandungan mu," ucap Randi yang terdengar sangat menenangkan Rania.
"Baiklah, aku akan mengingat-ingat apa yang kau katakan," sahut Rania.
"Oke, ya sudah. Sekarang kamu makan agar tidak lemas ya, aku akan bekerja dulu. Kabari aku jika terjadi sesuatu," ucap Randi berpamitan.
"Baiklah, terima kasih ya Randi," sahut Rania sedikit tenang.
Randi tersenyum walau tidak bisa dilihat oleh Rania. "Tidak perlu berterima kasih Rania, aku senang membantumu."
Kemudian mereka pun mengakhiri teleponnya.
Tepat saat Randi menutup telepon, pintu kamar Rania diketuk dari luar.
"Rania, kau sudah bangun? Ayo sarapan sayang," terdengar suara Mama Laura memanggilnya.
Rania panik, alat tes kehamilan yang tadi dilemparkannya tidak tahu keberadaannya. Ia pun mulai mencari alat itu.
"Jangan sampai mama Laura melihatnya," gumam Rania.
kirain ..
malam harinya Rania menemani Farhan tidur..
😀😀😀❤❤❤
jagn sampai mimpimu jadi nyata..
maafkan farhan..
dia juga terluka dan menderita...
ayo bantu satukan ortu kalian..❤❤❤❤❤❤
akankah Rania mau kembali pada farhan?