"Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Kamu adalah milikku. Kita akan bersatu selamanya. Maukah kamu menjadi ratu dan permaisuri ku, Lia?" ucap Mahesa.
Dia di lamar oleh Mahesa. Pemuda tampan itu dari bangsa jin. Seorang pangeran dari negeri tak terlihat.
Bagimana ini...?
Apa yang harus Lia lakukan...?
Apakah dia mesti menerima lamaran Mahesa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 22. Pak Karso Pergi Ke Jawa
Pagi sudah tiba. Para pekerja yang bekerja di rumah makan sudah mulai bekerja seperti biasa. Terlihat berbagai kesibukan yang rutin mereka lakukan.
Siang hari nya,...
Terlihat Iteung yang bolak-balik ke dapur membuat Lia dan Enah merasa heran.
"Ada apa Teung, kamu kok bolak balik ke dapur kayak setrikaan rusak begitu?", tanya Enah.
"Apa aku aja yang ngerasa atau kalian juga? Hari ini pengunjung rumah makan rada sepi. Aneh banget. Nggak biasa nya kan, kayak begini, mbak?", ujar Iteung.
"Hmm,.... mungkin belum saja kali?", ucap Enah.
"Mungkin ,... aku juga nggak yakin", ujar Iteung.
Lia hanya diam tak ikut nimbrung. Dia memilih menjadi pendengar saja.
Namun ada satu hal yang menggangu dalam benaknya. Apa mungkin semua yang terjadi hari ini adalah karena ulahnya semalam yang mengintip ritual pesugihan yang dilakukan oleh Pak Karso?
Lia diam - diam merasa senang. Meskipun sebenarnya dia juga merasa was - was dan khawatir akibat ulahnya berimbas pada usaha orang lain meskipun itu adalah usaha pesugihan orang lain.
Keadaan rumah makan yang sepi rupanya di ketahui oleh Pak Karso. Mengetahui keadaan rumah makan nya yang mendadak sepi, Pak Karso merasa heran. Keanehan yang terjadi pada hari ini sungguh membuat lelaki itu cemas. Dia merasa panik dan khawatir akan terjadi sesuatu di luar kendali nya.
Pak Karso berjalan mondar - mandir di dalam rumah nya. Perasaan nya sungguh gundah.
Ceklek,....
Pintu rumah terbuka.
Rendi putranya masuk ke dalam setelah melepas helm yang melekat di kepalanya. Tadi dia sudah menugaskan Rendi untuk datang ke rumah makan.
"Gimana, Ren?", tanya Pak Karso dengan wajah yang penuh rasa ingin tahu.
"apanya, Pak?" tanya Rendi bingung.
"Apa kamu melihat ada keanehan di rumah makan kita?", tanya pak Karso lagi.
"Ck,...apa sih, Pak? Keanehan apa coba? Nggak ada yang aneh, Pak! Bapak ini terlalu suudzon jadi orang... sudah ahh, aku mau istirahat dulu ", ujar Rendi.
Anak muda itu sedikit kesal dengan tingkah ayahnya. Rendi berjalan menuju kamar nya.
Dia ingin beristirahat.
**
3 hari sudah berlalu....
Rumah makan milik Pak Karso tidak seramai seperti sebelumnya. Sudah tiga hari ini , Lia dan Enah bisa duduk santai karena pesanan makanan tidak terlalu membludak seperti hari - hari sebelumnya.
Pak Karso yang menyadari jika telah terjadi penurunan jumlah pengunjung rumah makan yang sangat drastis selama tiga hari ini memutuskan pergi ke suatu tempat untuk berkonsultasi tentang masalah ini.
Dia harus ke Jawa Tengah untuk menemui gurunya. Karena di sana lah awal mulanya Pak Karso memulai segalanya. Maka ke sana lah juga dia mencari solusi untuk masalah yang sedang dia hadapi. Dia tak ingin masalah ini membuat dia larut dalam kerugian yang berlarut-larut.
Untuk sampai ke rumah gurunya itu, Pak Karso harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Gurunya itu tinggal di suatu tempat di daerah Jawa Tengah.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh dan melelahkan, pak Karso sampai juga di Jawa Tengah. Tepatnya di kaki gunung Merapi. Namun perjalanan nya belum sampai. Dia masih harus berjalan kaki memasuki hutan belantara untuk sampai ke rumah gurunya.
Perjalanan ke rumah guru nya dia tempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih dua jam melewati jalan setapak yang kiri kanan nya adalah hutan dan semak belukar.
Hari sudah malam ketika akhirnya pak Karso hampir sampai di puncak gunung Merapi. Di tempat itulah sang guru tinggal.
Pak Karso memandang ke sekeliling tempat itu. Suasana di tempat itu sangat lah hening dan mencekam. Bulu kuduk Pak Karso meremang.
Bayangan hitam berkelebat melewati pria itu. Belum lagi berbagai penampakan makhluk halus di sekitar tempat itu semua hadir menampakkan diri di depan Pak Karso.
Pak Karso yang penganut pesugihan itu memang sudah pasti bisa melihat berbagai penampakan makhluk ghaib yang ada di sekitarnya.
Meskipun takut, tapi dia harus tetap melakoninya demi kelanggengan usaha yang tengah dia jalankan. Dia sudah kadung terjerumus begitu dalam. Jadi apa boleh buat, dia terpaksa harus berani. Dari pada semuanya hilang percuma padahal dia sudah banyak berkorban.
Pak Karso sudah hampir sampai. Tinggal satu tanjakan lagi dan dia akan benar - benar tiba di tempat gurunya.
Dalam gelapnya malam, pria paruh baya itu terus berjalan mengikuti jalan setapak yang sungguh seperti tak berujung.
"Kenapa perjalanan kali ini seperti lama sekali. Aku heran,...kalau begini, kapan sampainya ?" guman Pak Karso seorang diri.
Tiba - tiba, Pak Karso merasa seperti ada yang mengikuti nya dari belakang. Tanpa pikir panjang, laki - laki itu lari tunggang langgang melewati jalan setapak itu sampai akhirnya dia tiba di depan sebuah gubuk tua.
"Ada apa kamu datang ke tempatku malam - malam begini, Karso?", tanya seorang pria tua yang tiba-tiba saja sudah muncul di depan gubuk itu.
"Hosss...hosss,.... akhirnya sampai juga, Mbah", ujar Karso pada pria tua itu. Dia mengatur napasnya yang ngos - ngosan karena sehabis berlari.
"Aku ndak tahu,... mengapa perjalanan ke sini kok terasa lebih lama dari biasanya...?",
"Hemm,.... pikiran mu kalut, Karso. Itu sebabnya kamu tak kunjung sampai. Mungkin kamu datang dengan membawa suatu kekhawatiran yang cukup besar sehingga banyak sosok yang mencoba menghalangi mu dengan cara mengikuti mu seperti ini", ujar pria pria tua itu.
Mendengar ucapan pria tua itu Pak Karso langsung menoleh ke belakang.
Astaga......
Wajah Pak Karso pucat.
Bagaimana tidak?
Di belakang lelaki itu terlihat berpasang - pasang mata yang berkilat - kilat dan bercahaya menatap ke arah nya. Saking banyaknya, Pak Karso sampai menelan ludah dan bergidik ngeri.
"Sudahlah,... tidak usah di pandangi. Mari kita masuk ke dalam. Aku sudah menunggu kedatangan mu sejak tadi", ucap pria tua yang berpakaian serba hitam dan berjanggut putih.
Pak Karso dengan cepat mengikuti lelaki itu masuk ke dalam gubuk tua nya yang reot. Dia tak mau berhadapan dengan para makhluk tak kasat mata penunggu hutan ini.
Pria tua itu adalah juru kunci yang mengurus serta memberi arahan pada setiap orang yang datang ke tempat itu.
Bau dupa tercium begitu menyengat hidung ketika Pak Karso memasuki rumah juru kunci itu. Bulu kuduk nya merinding saat melihat pemandangan yang ada di dalam rumah juru kunci itu.
Ada sesajen yang di letakkan di atas bokor besar dan bunga tujuh rupa yang di letakkan di dalam sebuah bejana besar. Ada tengkorak hewan seperti rusa, dan kera. Dan yang lebih mengerikan ada juga tengkorak manusia yang terpajang di sana.
Wangi dupa yang tercium kini berbaur dengan wangi bunga - bunga yang di letakkan bersama sesajen tadi. Begitu pekat hingga memusingkan kepala.
"Duduklah,.... aku tahu ada banyak hal yang ingin kamu tanyakan padaku. Meskipun aku tahu hal apakah itu, tapi aku ingin kamu mengatakan nya secara langsung padaku", ucap juru kunci itu.
Pak Karso menelan ludah kasar sebelum akhirnya dia mulai bercerita pada lelaki tua juru kunci itu.
Nah.....kira - kira apa yang terjadi selanjutnya. Apakah Pak Karso berhasil menemukan akar permasalahan dari sepinya rumah makan milik nya?
Simak terus ceritanya dan jangan lupa like dan subscribe, salam manis, Minaaida.