Kenzo Abriano sang mafia datang kenegara X untuk bertemu ibunya, ia tidak menyangka hari pertama kedatangan dia dituduh melakukan pembunuh, untuk membersihkan namanya ia harus berkerja sama dengan polisi, bagaimana ia akan menghadapinya saat orang terdekat dan tersayang menjadi terancam karena keterlibatannya mengungkap kematian saudaranya yang tidak memiliki kejelasan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Loka Jiwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab XI Kasus
Kenzo mengirim pesan pada Adriana untuk menanyakan keberadaannya tetapi sudah sehari ini pesannya sama sekali tidak dibalas, ia menelpon tetapi tidak diangkat.
" Apa dia marah?" gumamnya, ingin rasanya ia membanting ponselnya karena kesal, saat ia berjalan ke supermarket untuk membeli minum sedangkan Khanva menunggu dimobil, sebuah mobil polisi terparkir dihalaman, Kenzo masuk kedalam menebak orang yang ia cari ada didalam karena mobil polisi yang ia kenali dan benar Andriana menggunakan setelan polisi lengkap dilapisi jaket luar sedang membayar dikasir.
" Adriana." panggil Kenzo, gadis itu sedikit terkejut tetapi ia segera mengabaikan panggilan itu. Kenzo menghampirinya.
" Kenapa tidak membalas pesanku?" tanya Kenzo, Adriana sama sekali tidak menoleh seolah ia tidak mendengar atau melihat Kenzo.
" Hello..." Kenzo melambaikan tangan didepan wajah Adriana, gadis itu segera menarik belanjaan setelah dibayar, Kenzo mengikutinya dibelakang.
" Hei, kau marah?" Kenzo menahan pergelangan tangan Adriana agar gadis itu berhenti. Adriana melihat pergelangan tangannya digenggam Kenzo, ia melepaskan belanjaannya yang berada ditangan lalu menyingkirkan tangan Kenzo dengan kasar lalu mengambil kembali belanjaan itu dan pergi begitu saja.
" Hah?" Kenzo tertawa kecil, Adriana terlihat seperti anak kecil yang merajuk, bukankah yang dilakukan Adriana barusan seperti yang dia lakukan tadi pagi, tapi Adriana membalasnya dua kali lipat dia melepaskannya dengan lembut tapi Adriana seperti ingin mematahkan tangannya.
Adriana melirik Kenzo yang masih mengejarnya, sebenarnya ia sedang bertarung pada dirinya sendiri apakah Kenzo akan mengejarnya atau menyerah dan pergi begitu saja, tetapi ia lega bahwa Kenzo masih mengejarnya.
" Adriana, tunggu." Kenzo berlari kecil mengejar Adriana yang memasukan barang belanjaannya kedalam bagasi mobil.
" Maafkan aku, maaf maaf maaf, jangan marah lagi, oke?" Kenzo berdiri menghalangi jalan Adriana masuk kemobil.
" Minggir." kata Adriana ketus, ia mencoba mendorong Kenzo agar menyingkir dari jalannya tetapi Kenzo sama sekali tidak bergerak dari tempatnya, Adriana mencoba sekali lagi dengan kekuatan penuh ternyata Kenzo bergeser dan Adriana terkejut ia hampir jatuh tersungkur tiba-tiba sebuah tangan sudah memeluknya agar tidak terjatuh.
Ia menghela nafas lalu berdiri menatap Kenzo, menatap tepat matanya yang coklat madu, hidung mancung, kulit putih dan senyum hangat itu entah kenapa tiba-tiba membuat jantungnya berdetak kencang, ia segera membuang muka. Kenzo merasa lucu dengan sikap Adriana yang marah, ia tanpa sadar mengelus kepala gadis itu.
" Maafkan aku, jangan marah lagi, oke?" katanya seperti membujuk anak kecil, Adriana terkejut dengan sikap manisnya dan Kenzo yang menyadari apa yang ia lakukan ia segera menarik tangannya dan merasa sedikit malu.
" Apa yang kulakukan? Apa dia akan mengamuk karena aku menyentuh kepalanya?" pikir Kenzo melihat Adriana yang menatap dirinya dengan bingung.
" Aku..." Kenzo menjadi salah tingkah, ia tidak tau harus mengatakan apa saat di tatap seperti itu.
" Ayo pergi." kata Adriana lalu berputar jalan menuju bangku penumpang disamping setir. Kenzo tersenyum ia langsung masuk kemobil dibangku kemudi.
" Kita akan kemana?" tanya Kenzo.
" Rumah sakit." jawab Adriana.
" Rumah sakit?"
" Gadis itu sudah meninggal, ditemukan gantung diri disebuah gudang kosong tak jauh dari kampusnya, sekarang mayatnya dirumah sakit untuk diautopsi karena keluarga korban tidak percaya jika ia meninggal gantung diri karena tidak ada alasan, keluarga korban percaya jika ia dibunuh sehingga meminta untuk dilakukan autopsi." jawab Adriana, Kenzo mengangguk mengerti.
Mereka sampai disebuah rumah sakit salah satu rumah sakit terbesar dikota, mereka berdua masuk dan terlihat Han menunggu didepan, saat melihat Adriana ia memberi hormat dan melihat Kenzo ia melambai semangat bahwa mereka bertemu lagi setelah sekian lama.
" Bagaimana?" tanya Adriana.
" Dokter Louis baru saja datang, jadi autopsinya baru saja dimulai." jawab Han, mereka bertiga masuk bersama menuju ruang mayat disebelah ruang mayat terdapat ruang forensik belok kiri adalah ruang autopsi. Saat sampai diruangan Louis baru saja Masuk dan mengangguk kecil lalu berjalan kemeja mayat.
Pemeriksaan mulai dilakukan, pertama-tama dia melakukan pemeriksaan fisik, lalu mayat mulai dibelah organ mulai diperiksa satu persatu, Louis terlihat meneliti kematian mayat, Kenzo, Adriana dan Han menonton dari sisi yang dibatasi kaca transparan, mereka hanya boleh menonton. 2 jam setelah pemeriksaan, pemeriksaan akhirnya selesai, Louis menghampiri Adriana.
" Penyebab kematian karena lehernya patah, tanda biru dileher bisa diklarifikasi karena gantung diri tapi sebenarnya tidak akan sampai membuat leher patah apalagi memiliki tanda tiga jari dilehernya karena dicekik, ia kehilangan nyawa sebelum dia digantung sehingga menimbulkan tanda biru lain dileher yang bisa mengecoh bahwa dia gantung diri." jelas Louis.
" Bearti dia dibunuh." kata Kenzo.
" Dokter forensik tidak boleh memutuskan korban dibunuh atau tidak, itu hal yang tabu, kami hanya boleh menyebutkan tentang penyebab kematian yang memutuskan bahwa itu pembunuhan atau kecelakaan adalah polisi." jawab Louis.
" Apa bedanya?" Kenzo menjadi kesal karena ia menjadi seperti tampak bodoh.
" Tentu saja berbeda, kau tidak tau bahwa pekerjaan kami terikat dan sumpah bahwa selalu bersikap netral, tidak boleh memihak..."
" Apa hubungannya, penjelasanmu jelas pembunuh kenapa kau berbelit-belit ini tidak boleh itu tidak boleh...
" Kau hanya..." Louis tidak bisa menyelesaikan kata-katanya karena dipotong Adriana.
" Apa yang kalian ributkan?" tanya Adriana melihat kedua orang itu beradu mulut, kedua orang itu langsung diam.
Andriana heran sejak kapan Louis begitu banyak bicara, biasanya pria itu hanya berbicara hal yang bersangkutan dengan pekerjaan tetapi saat melihat Kenzo dia bisa berdebat, biasanya dia akan menghindari perdebatan dengan orang lain, apa mereka benar-benar musuh bebuyutan? fikir Adriana.
" Louis terima kasih, Han akan tetap disini menunggu hasilnya, aku harus pergi untuk menjelaskan kepada keluarga korban bahwa ini akan menjadi kasus pembunuhan."
" Baiklah." Jawab Louis, Adriana bersama Kenzo keluar ruangan, saat akan keluar Ia melihat seseorang pria berbaju dokter, saat melihat Kenzo pria itu tersenyum lalu menghampiri Kenzo.
" Hai." sapa dokter itu mengulurkan tangan untuk bersalaman, Kenzo membalas senyum itu, ia ingat ia adalah dokter Rhyan yang ia lihat dirumah sakit saat berbincang dengan ibunya,dokter yang ibunya ceritakan dijuluki tangan tuhan.
" Dokter Rhyan." balas Kenzo menyambut salaman itu.
" Kenapa dokter disini?" tanya Kenzo.
" Aku juga bertugas disini." jawabnya tersenyum. " Kenapa kamu disini?" tanyanya.
" Menjenguk teman." jawab Kenzo, Adriana membulatkan matanya melihat Kenzo dengan mudah berbohong, Andriana menatap wajah tampan dokter Rhyan, Adriana tau jika Kenzo tidak menghargai orang itu berarti ia tidak menyukai orang tersebut.
" Kalau begitu kami permisi." kata Adriana, mengangguk sedikit lalu menarik Kenzo pergi tapi baru beberapa langkah dokter Rhyan memanggilnya.
" Adriana." Adriana berhenti lalu berbalik melihat Rhyan.
" Apa kau sangat sibuk sampai tidak ingin menyapaku?" Adriana tersenyum.
" Aku tidak berani mengganggu waktu dokter yang berharga." jawab Adriana.
" Kalau begitu kami permisi." Adriana langsung menarik tangan Kenzo meninggalkan Dokter Rhyan yang masih menatap kepergian mereka.
Saat diparkiran Adriana menghela nafas lega, entah kenapa ia merasa tidak enak saat melihat wajah dokter Rhyan. Senyum dokter Rhyan tidak lepas dari wajahnya saat melihat Adriana.
" Ada apa?" tanya Kenzo.
" Tidak ada."
" Kau takut padanya?"
" Tidak, hanya saja aku lihat kau tidak menyukainya jadi untuk apa berlama-lama mengobrol dengannya."
" Sepertinya dia menyukaimu." goda Kenzo.
" lalu?"
" Kata ibuku dia dokter terbaik, kulihat dia juga sangat tampan, wanita mana yang bisa menolak pesonanya." Adriana menatap Kenzo yang terus menggodanya, entah kenapa ia menjadi kesal.
" MEMANGNYA KENAPA? KAU FIKIR SEMUA GADIS MENYUKAI PRIA TAMPAN." teriak Adriana marah, ia sangat kesal lalu masuk kemobil, ia langsung menyalakan mobil dan meninggalkannya Kenzo yang mematung, ia terkejut dengan reaksi Adriana yang marah padanya.
" Kenapa dia marah? salahku dimana?" tanyanya pada diri sendiri, ia terkejut melihat Adriana semarah itu dan meninggalkannya begitu saja, ia hanya melihat mobil yang dikendarai Adriana menghilang dari pandangannya.
" Perempuan memang sulit ditebak." Ia merogoh saku celana mencari ponselnya, lalu menghubungi Khanva agar menjemputnya dirumah sakit.