Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Sinta tidak menjawab,saat ia ingat pembicaraan Bara dan Chris membuatnya menarik diri dari Bara.
"Kenapa lagi,Hem?"tanya Bara dengan nada lembut.
Sinta menggelengkan kepalanya, sebenarnya Bara tidak salah tapi tetap saja di matanya selalu salah sebab pria ini sudah menyembunyikan kebenaran tentang Sinta.
Sesampainya di rumah,ada hal membuat bara terkejut saat ia masuk kedalam rumah ada Irene yang sedang menunggunya di meja makan. Wanita tak tahu diri itu tersenyum ke arah Bara.
"Siapa yang mengizinkan wanita tak punya malu ini masuk kedalam rumahku?bentak Bara dengan suara menggelegar, bahkan Sinta yang sedang berdiri di samping merasa kaget.
"Maaf tuan,nyonya Irene memaksa masuk dan memasak di dapur,"adu paman Sam.
"bodohya kalian semua!"bentak Bara sekali lagi.
"Bara,kenapa kau marah-marah? seharusnya kau senang jika aku kembali ke rumah ini,rumah kita dulu,"ucap Irene lalu melirik kearah Sinta.
"dasar tak punya malu!"seru Bara yang hendak memukul Irene tapi di tahan oleh Sinta.
Biarkan dia memasak di rumah tangga kita, hitung-hitung kita dapat pembantu gratis,"ucap Sinta pada Bara.
"Hei,diam,kau!"bentak Irene
"Jangan membentak istriku!"Bara balas membentak Irene."perempuan murahan,masih berani kau menginjakkan kakimu di rumahku. Apa kau ciri mati hah?.
Melihat Bara yang sudah emosi,segera Tomo menarik tangan Irene untuk keluar dari rumah. Jika Bara pergi,hanya ada beberapa orang asisten rumah tangga termasuk paman Sam yang menjaga rumah ini.
"Bara,mengakulah jika kau masih mencintaiku,"teriak Irene yang saat ini di paksa keluar oleh Tomo."buktinya kau masih tinggal di rumah ini.
"Aku berhak tinggal di rumahku,sungguh kau perempuan sakit jiwa."
Sinta hanya diam saja, seperti biasa suaminya yang tempramental ini sudah pasti akan membuat heboh rumah.
"Sepertinya dia masih mencintaimu,"ucap Sinta.
"Aku tidak mencintainya,ucap Bara tegas.
"Antara kau dan dia apakah kalian memiliki anak?"tanya Sinta yang penasaran karena ia tidak mau terus menerus di bohongi oleh Bara.
"Kau tenang saja,aku tidak mempunyai anak dari perempuan kadal itu, satu-satunya anakku hanya ada di dalam perutmu,"okay?
Bara mengusap wajahnya kasar,pria ini mulai merasa tidak tenang tinggal di rumahnya sendiri.
"Apa kau tidak nyaman tinggal di rumah ini?" tanya Bara pada Sinta,jika iya mari kita pindah rumah."
"Aku nyaman-nyaman saja,"jawab Sinta,"jika kau pindah,itu artinya sama saja kau kalah melawan perempuan itu."
"Hai,,,Sinta,,,Sinta,itu artinya kau harus betah menghadapi mereka,"ucap Bara memperingati.
"Tidak masalah,aku bukan perempuan lemah."
Bara mengangkat jempolnya untuk memuji Sinta, setidaknya Sinta bukan perempuan lemah yang hanya menangis jika di tindas.
****
"Hai,,Anita,"sapa Sinta dari dalam mobil."Apa kau butuh uang?"
Ko
Sinta melemparkan selembar uang dengan nominal yang sangat kecil. Terkesan tidak sopan tapi seperti inilah cara Sinta yang ingin membalas perbuatan Anita.
Panas hati Anita ketika ia melihat Sinta yang saat ini tengah berada di dalam mobil mewah yang dia sendiri tidak perna duduk di sana.
"Cukuplah untuk membeli sepotong roti,"ucap Sinta.
"Dan kau bisa minum di toilet umum,"ucap Bara membuat Sinta tertawa.
"Setan!"hardik Anita yang tidak terima."bangga sekali kau menjadi simpanan laki-laki ini?"ucapanya yang sama sekali tidak percaya jika Sinta dan Bara sudah menikah.
"Aku bukan simpanannya,aku istrinya,"ucap Sinta dengan mimik wajah kesal.
Bagi Sinta tidak masalah jika di masa depan ia di buang oleh Bara,tapi setidaknya sekarang ia bisa balas dendam pada Anita, sahabat yang sudah tega menjualnya tanpa sebab.
Perlahan mobil mulai meninggalkan Anita yang saat ini tengah duduk di pinggir jalan tanpa tujuan. Uang dan pakaian miliknya ada di bar karena selama ini Anita tinggal di salah satu kamar uang ada di bar tersebut.
"Aku harus bertemu dengan laki-laki yang sudah membeli Sinta. Tapi, bagaimana caranya?"
Anita membuang napas kasar,jelas saja ia tidak memiliki caranya karena pada malam itu di saat ia membeli Sinta,gadis ini tanpa sengaja bertemu dengan Bara yang sedang duduk sendirian di club malam.
"Kau tidak ingin menyiksa secara fisik,"ujar Bara.
"Aku hanya ingin menyiksa dia secara mental,"jawab Sinta jelas sekali menyimpan dendam pada Anita.
Sinta melirik ke arah Bara,tatapanya begitu tajam menusuk dan menembus mata Bara hingga membuat pria ini merasa takut.
"Kenapa melihatku seperti itu?"tegur Bara yang terlihat salah jelas salah tingkah.
Sinta tidak menjawab,ia memalingkan wajahnya kemudian tersenyum tipis,terlintas sebuah ide yang muncul dalam kepalanya yang akan di lancarkan Sinta nanti.
****
Sesampainya di rumah hari sudah sore,entah kenapa perasaan Sinta ingin sekali pergi jalan-jalan meskipun hanya memutari jalanan yang sama. Bara tersenyum saat ia melihat perawakan Sinta yang sudah berisi,tulang pipi sudah tidak terlihat lagi bahkan kecantikannya semakin bertambah meskipun masih mengenakan rambut palsu.
"Kenapa diam?"tegur Bara."Apa kepalamu sakit lagi?"
Sinta menggelengkan kepalanya.
Kalau sakit jangan di pendam,"katakan padaku.
Entah sudah berapa kali Bara mengingatkan tentang hal ini kepada Sinta,bukan tak ingin bicara Sinta hanya takut untuk memintah yang lebih pada Bara.
"Aku hanya lelah,"jawabnya singkat.
"istirahatlah kalau begitu,"ucap Bara,"aku akan memijat kakimu."
"Sinta menolak,ia hanya ingin pergi mandi sebelum malam.
"Haruskah aku katakan yang sesungguhnya? Feling ku mengatakan jika Sinta sudah tahu tentang Chris,"ucap Bara dalam hati.
Bara kembali di buat bimbang pada masalah ini. Ia merasa di hantui karena sudah menyembunyikan kebenaran tentang keluarga Sinta.
"Kenapa keluar lagi?"tanya Bara yang merasa heran
"Setiap kalimat aku menyentuh air, aku merasa merinding,"jawab Sinta membuat Bara tertawa.
"Wajar saja,aku ada membaca sebuah artikel yang mengatakan ada beberapa ibu hamil takut pada air,"ucap Bara lalu tertawa.
"Tapi aku sudah cuci muka dan gosok gigi,"ucap Sinta memberitahu.
Bara ini beranjak dari duduknya,pria ini menyiapkan pakaian ganti untuk istrinya setelah itu mereka pergi ke ruang makan malam karena hari sudah mulai masuki malam.
"Aku tidak ingin makan,"ucap Sinta Setelah mereka berada di meja makan.
"Kenapa,apa kau tidak suka menu makanan malam ini?"tanya Bara dengan sabarnya.
"kau bilang sudah jatuh cinta padaku, apa itu benar?"tanya Sinta yang memastikan.
"Kenapa kau mempertanyakan masalah cintaku?"Bara balik bertanya.
"Hanya ingin mastikan kebenaranya,"jawab Sinta.
"karena kau mengandung anakku,maka dari itu aku mencintaimu,"ucap Bara membuat Sinta tertawa.