Seorang wanita karir dikhianati oleh sang suami, namun demi putrinya dia memendam semuanya sendirian.
Pernikahan yang hambar, kekecewaan yang teramat besar pada sang suami mengakibatkan Maura frustasi hingga tak sengaja melakukan one night stand bersama laki-laki yang lebih muda darinya.
Disaat Maura akhirnya sudah berpisah dengan sang suami, percikan api cinta kembali muncul kepada pria selain suaminya. Namun saat itu ia mengetahui, jika putrinya juga mencintai pria yang sama.
Haruskah Maura mengalah sekali lagi, demi sang putri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Janin Tak Bisa Diselamatkan.
Flashback 1 bulan lalu...
Maura baru saja pulang berbelanja keperluan pernak-pernik pernikahan bersama calon mamer nya, sementara Deva baru saja kembali dari kegiatan di kampus.
Begitu lah keseharian Deva, menjadi anak baik bagi ibunya dan dia ingin menjadi lebih baik lagi dengan menjauhkan dirinya dari klub malam.
Selama sebulan itu tak ada kontak apapun dengan Daniel, seolah Daniel benar-benar tidak ingin berhubungan dengan Deva lagi.
Baru saja Maura menaruh paper bag di atas meja, terdengar suara Deva muntah-muntah dari dalam kamar gadis itu.
“Hoekkkkkk...."
“Hhhhh... hoekkkkk....“
“Sayang!“ Maura melihat Deva berjongkok di atas kloset duduk, dia memijit tengkuk putrinya. “Kamu makan sembarang di kampus, ya? Makan pedes?“
Deva menggeleng lemah, “Enggak Mah.“
“Kok muntah-muntah gini?“
“Hoekkkkk...“ Deva malah muntah kembali.
“Apa masuk angin__“ ucapan Maura terhenti, dia menghitung kejadian antara Deva dan Daniel sebulan lalu. “Masih mual?“
Deva mengangguk.
“Ya udah, muntahin aja. Mama telepon Gavriel dulu untuk minta tolong beliin obat.“
Dengan perasan was-was, Maura menelepon Gavriel untuk meminta tolong dibelikan sesuatu.
“Halo, Babe.“ Ujar Maura saat panggilan nya diangkat oleh Gavriel.
“Ya, Babe... kamu butuh sesuatu?“
“Em, itu... A-aku minta kamu beli testpack di apotek. Beli 10 ya, buat tes ulang.“
“Kamu hamil, Babe? Kita akan punya anak! Aku akan jadi Daddy...!! Yeahhhhh!!! Kalian dengar! Aku akan jadi Daddy!“
Berisik sekali di seberang sana, sepertinya Gavriel terlalu excited dan malah mengabarkan pada para bawahannya jika dia akan menjadi seorang Ayah seakan laki-laki itu lupa jika dia belum resmi menikah.
“BABE...!!“ teriak Maura.
“Iya iya sayang, maaf... aku terlalu bahagia! Aku__“
“Testpack itu bukan untukku, kamu beli saja dan secepatnya datang."
“Apa untuk Deva?“ Kali ini suara Gavriel terdengar berbisik, tak sekencang tadi.
“Hm, cepat ya!“
“Oke!!!"
Maura mematikan panggilan dan segera berlari ke kamar mandi untuk mengurus Deva.
Tak lama Gavriel datang, awalnya Deva ragu dengan permintaan Maura untuk mengetes kehamilan namun karena Maura pernah mengalaminya Deva pun melakukan tes.
Benar saja, test pack bergaris dua. Deva positif hamil!
Saat itu juga Maura membawa Deva memeriksa kehamilan nya ke Dokter. Usia janin sesuai perkiraan waktu setelah Deva dibobol oleh Daniel.
Sepulangnya di rumah, Maura mengobrol dari hati ke hati dengan Deva.
Keduanya sedang memandangi foto USG dan sudah terlihat kantong janin di dalam foto tersebut.
“Kecil banget ya, Mah.“ Deva tersenyum hangat, dalam 8 bulan ke depan ia sudah membayangkan akan menggendong seorang bayi.
“Jadi, janin ini mau dipertahankan sayang?“ Maura sengaja tidur di kamar Deva malam itu, dia ingin menguatkan putrinya.
“Iya, Mah. Anak ini nggak dosa, yang dosa kami berdua. Kenapa dia harus dihilangkan dari dunia?“ Jawab Deva yakin.
“Baiklah, Mama akan mendukung mu dan membantumu mengurus cucu Mama ini. Mama kan udah nggak kerja, Mama harus jadi istri yang baik mengurus Gavriel kata calon mertua Mama. Seharusnya dulu Mama juga hanya mengurus rumah tangga saja, tanpa menjadi wanita kerja. Mungkin salah satu alasan Papa mengkhianati Mama adalah karena Mama terlalu sibuk kerja, meskipun Papa mu nggak mengatakan nya... tapi Mama tau, itu yang Papa mu rasakan.“
“Mama ada rasa penyesalan berpisah dari Papa?“
Maura menggeleng, “ Apapun alasannya, kami memang nggak berjodoh. Nggak ada penyesalan dalam hati Mama, dan... semoga keputusan mu mempertahankan cucu Mama ini adalah yang terbaik dan suatu hari nanti nggak akan kamu sesali.“
“Asal Mama selalu di sampingku, nggak ada yang Deva khawatirkan. Love you, Mam.“
“Tentu aja Mama akan selalu di samping mu. Love you more, sayang.“
“Kamu nggak ingin memberitahu Daniel?“
“Deva akan merawat anak ini sendiri."
“Bukan sendiri, tapi bersama Mama dan juga ada Gavriel yang akan menjaga kita. Usia Gavriel boleh muda, tapi pikirannya terkadang bijaksana jika dia sedang tak bersikap seperti anak-anak. Khheee...“
“Mama mau cucu cowok atau cewek?“ tanya Deva.
“Apa aja, yang penting baby nya sehat. Kamu juga sehat dan kehamilan mu lancar sampai lahiran,“ Maura mengusap wajah putrinya, dia merasa baru saja kemarin dia menimang Deva dalam pangkuan sekarang putrinya itu akan segera menjadi seorang ibu seperti dirinya.
Keduanya pun melanjutkan deep talk antara Ibu dan anak dengan penuh kasih.
Gavriel mengintip di celah pintu kamar, dia tersenyum-senyum melihat kedua wanita itu saling mengungkapkan rasa sayang. Pria itu membayangkan dia juga akan mempunyai anak dari Maura, tapi jika Maura tak ingin hamil lagi karena sudah berkepala empat, bagaimana?
Gavriel membuang pikiran nya jauh-jauh, masalah anak akan dibicarakan nanti.
Flashback Off.
.
.
Pernikahan akan diselenggarakan dua hari lagi, Maura dan Gavriel benar-benar tidak sabar menunggu.
Bahkan Daniel beserta kedua orang tuanya turut diundang, karena bagaimana pun anak Daniel dari Sandra adalah cucu dari Ayah Gavriel dan keponakan dari Gavriel.
Tiba-tiba sebuah panggilan telepon dari rumah sakit mengabarkan jika Deva mengalami kecelakaan, ada seseorang yang menabraknya.
Maura merasa dunianya runtuh, Gavriel sampai membopong tubuh Maura saat menuju ke rumah sakit.
Tap
Tap
Maura berjalan dipapah oleh Gavriel karena menolak digendong.
Di depan ruangan IGD, seseorang yang dua bulan ini menghilang dari kehidupan Deva tampak terduduk lemas di lantai.
“Sayang, jangan marah-marah. Aku yang akan bicara dengan Bang Daniel!“ Gavriel tahu, Maura sedang murka pada Daniel.
Daniel melihat keberadaan Maura gegas berdiri dengan susah payah, langkah pria itu terseok-seok seperti orang penyakitan. Sepertinya ada kabar yang membuat Daniel syok.
“Maura, kenapa kalian nggak pernah kasih tahu aku tentang anakku yang dikandung Deva?! Hah!!! Kenapa?! Sekarang anakku sudah nggak ada! Deva keguguran!“
PLAK
Maura menampar Daniel, “ Saat ini hanya anak itu dalam pikiran mu, anak dari wanita yang tidak kau inginkan! Seharusnya kau memikirkan keadaan putriku, Daniel!“
Daniel terhenyak, “Aku juga mencemaskan keadaan Deva! Aku hanya marah karena kalian menyembunyikan tentang anakku!"
“Sudah sudah Bang! Kita bicarakan masalah ini nanti! Sekarang kami harus melihat keadaan Deva!“
“ Keluarga Mbak Deva?“ tanya seorang nurse.
“Ya, kami disini.“ Maura menghampiri Dokter yang berdiri bersama perawat.
“Pasien bernama Deva mengalami benturan parah di rahimnya sehingga janin tak bisa diselamatkan, untuk menyelamatkan Mbak Deva tim Dokter harus segera melakukan tindakan operasi untuk menangani rahim yang terluka akibat benturan. Jika tidak di operasi, kerusakan pada rahim akan menyebar. Jika itu terjadi, kami terpaksa harus mengangkat rahim pasien.“ Ujar Dokter.
Grep!
Maura menggenggam tangan Dokter, “Selamatkan putriku, Dok. Jangan angkat rahimnya, saya mohon...“
“Kami hanya manusia biasa, Bu. Hanya bisa berusaha semampu kami, berdoa saja. Silahkan urus lebih dulu pendaftaran dan administrasi untuk menandatangani persetujuan operasi."
Dokter pun pergi untuk menyiapkan operasi, sementara suster meminta keluarga untuk mendaftar.
Suasana hening diantara ketiga orang itu di depan ruang operasi, tak ada suara dari ketiganya.
Daniel merasa menyesal, bukan hanya untuk calon anaknya yang kini sudah gugur tapi dia juga sangat khawatir jika rahim Deva tak bisa diselamatkan. Bukankah, itu artinya Deva tidak bisa hamil lagi karena tidak mempunyai rahim?
Daniel berjanji dalam hatinya, akan memohon maaf dan ampunan pada Deva. Meskipun Deva harus kehilangan rahim, dia akan menjadikan Deva pasangan hidupnya.
Empat jam kemudian...
Ceklek! Pintu ruangan operasi terbuka, Dokter-Dokter yang menangani kondisi Deva keluar dengan wajah lelah.
Sang Dokter menatap Maura, “Putri Ibu...“
d tunggu karya selanjutnya💜