Semua sudah diatur kita hanya menikmati alur yang sudah ditentukan dan juga ditakdirkan untuk kita.
Alisha seorang Dokter umum yang mengambil spesialis di salah satu rumah sakit. Wanita cantik yang sehari-hari menggunakan hijab yang memiliki wajah teduh yang menenangkan semua orang yang siapa saja melihat dirinya.
Siapa sangka calon pewaris rumah sakit itu dijodohkan pada dia.
Dalam usia yang sangat muda Alisha harus menikah dengan Adrian sang calon pewaris rumah sakit. Adrian sangat terpaksa menikah dengan Alisha. Karena tidak ingin hak waris rumah sakit jatuh kepada orang lain.
Pernikahan yang indah yang pernah menjadi impian Alisha yang ternyata tidak sejalan dan semulus itu. Bagaimana tidak dia harus menikah dengan laki-laki yang tidak menginginkannya.
Alisha harus menjalani rumah tangganya yang tidak seperti rumah tangga pada umumnya. Laki-laki yang dia nikahi bersikap tidak baik.
Lalu apakah Alisha akan bertahan dalam pernikahannya atau justru akan mundur?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 Berani Menjawab.
Alisha yang berada di kamar yang duduk di sofa dengan laptop yang di depannya. Dengan Alisha yang memakai baju tidur dan juga masih memakai jilbab sarung yang hanya sebatas bahu. Alisha tampak serius melihat organ jantung di dalam laptop tersebut yang seperti mempelajari sesuatu.
Di kamar itu Alisha yang hanya sendiri saja dan tidak tahu di mana Adrian dan mungkin saja belum pulang dari rumah sakit. Padahal baru saja Agni mengatakan jika orang rumahnya yang bekerja di rumah sakit tidak pernah terlambat pulang dan padahal sampai sekarang Adrian saja belum kembali.
Alisha juga tidak mungkin bertanya karena mereka bukan pasangan suami istri yang seperti pada umumnya. Jadi Alisha membiarkan hal itu saja.
Ceklek.
Alisha yang menoleh ke arah pintu dan ternyata Adrian sudah pulang dan Alisha yang kembali melihat laptopnya. Dia takut salah jika melihat Adrian.
"Kau mengatakan apa kepada Eyang?" tanya Adrian dengan nada mengintimidasi yang membuat Alisha menoleh kearah Adrian.
Baru pulang dan tiba-tiba sudah diserang oleh pertanyaan yang membuat Alisha mengkerutkan dahi.
"Aku bertanya kepadamu apa yang sudah kau katakan kepada Eyang?" tanya Adrian kembali dengan suara menekan.
"Aku tidak mengatakan apa-apa," jawab Alisha dengan apa adanya.
"Tidak mungkin tidak mengatakan apa-apa. Jika Eyang tidak langsung menegurku saat aku pulang. Kau mengatakan jika aku memaksamu untuk merahasiakan pernikahan kita di rumah sakit?" tanya Adrian dengan penuh kecurigaan.
"Aku tidak mengatakannya dan Eyang tahu sendiri. Aku hanya menjelaskan semuanya agar Eyang tidak sama paham," jawab Alisha.
"Menjelaskan apa? kau menjelaskan aku memaksamu melakukan hal itu dan Eyang yang langsung memberikan tuduhan kepadaku ha!" ucap Adrian.
"Bukankah aku sudah mengatakan. Jika penjelasan yang aku berikan kepada Eyang untuk menghindari kesalah pahaman dan Eyang juga tidak berpikiran jika kamu memaksaku melakukannya hal itu. Aku justru mengatakan bahwa aku menginginkan semua ini," tegas Alisha.
"Alasan saja. Tidak mungkin Eyang menegurku jika kamu tidak mengatakan sesuatu. Terus saja melakukan hal itu yang sedikit-sedikit mengadu kepada Eyang dan aku yang kena sasaran," ucap Adrian semakin kesal.
Alisha terdiam yang tidak menanggapi apapun yang di katakan Adrian lagi. Sepertinya apapun yang dia jelaskan akan tetap salah di mata Adrian.
"Alisha kau seharusnya sadar jika kehadiranmu di rumah ini hanya memberikan masalah buruk dan mengganggu hidupku. Jadi kau jangan menggunakan kesempatan dengan Eyang yang menyukai mu dan kau mengadukan semua yang aku lakukan padamu!" tegas Adrian.
"Apa kau sengaja ingin membuat namaku semakin buruk di depan Eyang dan Eyang akan kasihan kepadamu dan terus saja membela dirimu dan sementara aku akan dibenci terus-terusan dengan semua tuduhan mu itu hah!" lanjut Adrian.
"Kenapa terus memarahiku. Aku sudah mengatakan tidak mengadukan apapun dan tidak memberikan tuduhan apapun," tegas Alisha yang ternyata pembahasan itu sejak tadi belum selesai dan Adrian saja ingin mendengarkan pengakuan dari Alisha.
"Jangan terus mengelak. Eyang tidak akan marah padaku jika kau tidak berbicara sesuatu dan jangan kau harap karena Eyang sudah menegur, lalu aku akan mengumumkan pernikahan sialan ini di rumah sakit yang mengakui jika kau istriku. Jangan bermimpi hal itu tidak akan pernah terjadi!" tegas Adrian.
"Aku juga tidak mengharapkan hal itu terjadi," jawab Alisha dengan berani yang menantang kata-kata Adrian.
"Kau bicara apa?" sahut Adrian yang sepertinya sangat kesal jika kata-katanya malah ditantang seperti itu.
Alisha yang sama sekali tidak peduli dan kembali melihat laptopnya.
Hah! Adrian dengan emosi mendengus kasar.
"Baru dua hari menjadi istri sudah terlihat tanda-tanda pemberontakan dan sok berkuasa! Kau pikir siapa dirimu!" umpat Adrian dengan kesal dan Alisha hanya diam saja yang tidak mengatakan apapun.
Adrian yang membuka jasnya dengan kasar dan langsung melempar ke atas ranjang dan Adrian yang penuh dengan kekesalan langsung memasuki kamar mandi dan tidak lupa bantingan pintu kamar mandi yang sangat kuat yang menggambarkan amarahnya.
"Selalu saja marah-marah dan suka membanting ini dan itu. Aku padahal jelas-jelas tidak mengatakan apapun kepada Eyang dan Eyang Kenapa juga harus membahas masalah itu dengan pak Adrian. Dia memang akan semakin menganggap keburukan," batin Alisha menghela nafas yang harus membiasakan diri dengan situasi yang dihadapi dan lagi menghadapi suami yang tantrum seperti Adrian.
Mungkin Eyang tidak bermaksud apa-apa dan menegur Adrian agar lebih bisa bersikap lebih baik kepada Alisha dan justru menurut Alisha itu salah. Bagaimana tidak salah. Karena hal itu dia menjadi korban dan sekarang menjadi amukan dari Adrian.
****
Mentari pagi kembali tiba. Alisha yang berjalan membawa secangkir kopi yang menghampiri taman belakang yang di sana ada Adrian yang sedang duduk sembari melihat ponselnya.
Mereka memang belum berangkat ke rumah sakit karena masih pagi dan juga orang-orang di rumah juga pada belum ada yang siap-siap untuk memulai sarapan dan maka dari itu Adrian baru sampai terlebih dahulu di taman belakang.
Mata Adrian menoleh ke atas meja yang sudah terdapat kopi dan Adrian menoleh ke sampingnya yang mengangkat kepala melihat yang memberikan kopi itu yang tak lain adalah Alisha.
"Aku hanya di suruh," ucap Alisha dengan sangat hati-hati yang pasti sangat tahu jika Adrian tidak akan menyukai apa yang dia lakukan dan sebelum Adrian mengatakan ini dan itu Alisha sudah mengatakan terlebih dahulu jika dia baru saja disuruh Eyang.
"Lalu menurutmu apa aku akan meminumnya?" tanya Adrian yang selalu saja memperlihatkan wajah sangat menakutkan.
"Terserah. Eyang hanya menyuruhku untuk membuatnya," jawab Alisha.
Adrian berdiri dari tempat duduknya dan mengambil secangkir teh tersebut dan bukannya malah meminumnya dan malah menumpahkan pada tanaman yang ada di sana. Mata Alisha hanya melihat saja tindakan yang dilakukan Adrian.
"Aku sudah mengatakan kepadamu jika pernikahan kita berdua sama sekali tidak ada apa-apanya dan jangan bertindak atau bersikap seperti seorang istri sungguhan yang berbakti pada suami!" tegas Adrian yang membuat Alisha kembali hanya diam saja.
"Jadi jangan pernah berharap jika aku mau meminum atau memakan apapun yang dari tanganmu!" lanjut Adrian yang kalau tidak berkata kasar maka dia tidak akan puas.
"Apa kau sudah paham?" tanya Adrian.
"Aku juga tidak mengharapkan jika kamu akan meminum atau memakan apa yang berasal dari tanganku. Tetapi aku sudah mengatakan jika aku hanya disuruh oleh Eyang," sahut Alisha yang mencari pembelaan.
Adrian mendengus kasar yang paling begitu kesal kalau Alisha sudah berani menjawab. Adrian langsung berkacak pinggang yang sekarang melangkah mendekati Alisha dengan jarak mereka yang cukup dekat.
"Jadi kau akan selalu menuruti apapun yang di katakan Eyang. Kau ingin selalu menunjukkan kepada dia, jika kau istri yang penurut dan berbakti. Kau benar-benar pintar sekali mencari perhatian," sinis Adrian.
"Aku tidak mencari perhatian dan aku hanya berusaha untuk melakukan apa yang harus aku lakukan," jawab Alisha.
"Terserah apa yang ingin kau katakan yang terpenting semua usahamu tidak akan ada apa-apanya," tegas Adrian dengan penuh penekanan yang langsung berlalu dari hadapan Alisha.
Alisha hanya diam saja yang punggung sang suami yang semakin lama semakin jauh.
Bersambung