Karena pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasihnya, Bumi terlempar ke dunia penyihir, tempat dimana kekuatan sangat di perlukan untuk bertahan hidup.
Bumi diangkat menjadi anak seorang penyihir wanita paling berbakat era itu. Hidupnya mulai mengalami perubahan, berpetualang menantang maut dan berperang.
Meski semuanya tak lagi sama, Bumi masih menyimpan nama kekasihnya dalam hatinya, dia bertekad suatu hari nanti akan kembali dan meminta penjelasan.
Namun, gejolak besar yang terjadi di dunia penyihir membuat semuanya menjadi rumit. Masih banyak rahasia yang di simpan rapat, kabut misteri yang menyelimuti Bumi enggan menghilang. Lantas saat semuanya benar-benar tidak terkendali, masih adakah setitik harapan yang bisa diraih?
*
cerita ini murni ide author, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat itu hanyalah fiktif belaka.
ig: @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Saat matahari terbenam, kelompok itu mulai menuruni lembah es, udara dingin seperti pisau tajam yang menusuk kulit membuat bulu kuduk berdiri dan gigi bergetar.
Ivander sang ketua kelompok berjalan paling depan, bola mata brown nya bersinar terang memindai area sekitar. Sejauh mata memandang hanya tumpukan es yang terlihat, pohon-pohon tinggi berdaun lebar memancarkan aura dingin yang mencekam, butiran es sebesar jempol kaki berjatuhan di daunnya lalu menggelinding ke tanah.
Semakin jauh memasuki lembah yang dipenuhi pohon es raksasa semakin dingin suhunya. Udara yang sangat dingin itu membuat semua yang ada di sekitarnya menjadi kaku dan beku, seperti patung es yang tidak dapat bergerak. Bahkan waktu sendiri seolah-olah berhenti, seperti jam yang berhenti berdetak.
" Trixy, kau bisa mengeluarkan sihirmu untuk mengurangi tekanan dari lembah es?"Tanya Ivander dari depan. Pria itu berhenti, tidak bisa melanjutkan langkahnya lebih jauh.
"Tentu."Trixy sebagai satu-satunya orang yang memiliki elemen dasar sihir dari api mulai mengeluarkan sihir tingkat tinggi yang baru berhasil ia pelajari beberapa bulan lalu. Tangannya berputar cepat, membentuk kepalan lalu sesaat kemudian kembali membuka. Kabut berwarna merah cerah membungkus tubuh kelima orang itu.
Berkat sihir Trixy mereka merasa lebih baik, tubuh mereka kembali bisa digerakkan dengan leluasa.
" Terimakasih," ucap Bumi, meskipun ia masih bisa bergerak bebas berkat jaket ajaib yang diberikan Analika, Trixy pantas mendapatkan ucapan terimakasih.
"Aku melakukannya agar bisa lulus ujian, bukan untukmu."Ketus Trixy.
" Bahkan sekedar menerima ucapan terimakasih kau tidak mau? sepertinya kesombonganmu sudah mencapai tingkat ahli."kata Bumi acuh tak acuh namun berhasil membuat jenius dari Erythro itu marah.
"Sudahlah, Trixy, Bumi, jangan menghabiskan tenaga untuk saling bertengkar sesama kita. Lebih baik mengumpulkan tenaga untuk mencari dan membunuh monster tikus."Kata Ivander menyela keduanya, ia harus menghentikannya sebelum dua orang yang bermusuhan itu saling serang dan berakhir dengan merugikan kelompok. Tidak akan ada akhir baik jika Bumi dan Trixy saling menyerang, kelompok mereka bisa terancam tidak lulus ujian.
Trixy mendengus dan menyentak kasar tangan Ivander, lalu mendahului berjalan. Sementara Bumi tidak terpengaruh sama sekali dengan amarah Trixy.
Kelima orang itu berjalan cepat menyusuri lembah, tujuan mereka sudah semakin dekat.
Dalam udara yang sangat dingin itu segala yang ada di sekitarnya menjadi seperti sebuah lukisan beku dan tidak dapat bergerak, sebuah pemandangan yang mengerikan dan menakutkan.
Angin yang bertiup kencang tidak mampu menggerakkan dahan pohon yang membeku, namun dalam kegelapan yang mencekam sesuatu bergerak-gerak di belakang sebatang pohon yang baru saja di lewati kelompok Ivander.
Krak...
krak..
krak...
Patahan ranting yang dilapisi es terdengar keras memekakkan telinga.
"Semuanya merunduk!" Teriak Serena yang pertama kali menyadari ada yang tidak beres. Mendengar hal itu, keempatnya merundukkan kepala, sesuatu yang besar lewat satu jengkal diatas kepala,
Gerrrrr.....
Suara geraman buas menimbulkan getaran kuat, menggerakkan dahan-dahan pohon hingga membuat es yang melapisi daun terjatuh, suara gemuruh seperti gunung meletus memenuhi area sekitar mereka.
"Iblis merah!"
Satu sosok setinggi dua meter berdiri menjulang di depan kelimanya, dia memiliki bola mata merah menyala, wajahnya berbulu dan ada cekungan dalam di bawah matanya. Tangannya lebih panjang daripada manusia biasa, memiliki kuku panjang yang tajam dan runcing. Para penyihir menyebutnya sebagai iblis merah.
" Seharusnya dia tidak ada disini,"bisik Alpha menatap ngeri makhluk besar itu.
"Siapa yang tahu, sudah lama lembah es tidak di jelajahi, barangkali memang sudah menjadi sarang mereka."Trixy balas berbisik.
Iblis merah tentu tidak datang untuk menonton kelima remaja yang saling berbisik itu, dia menggerakkan tangan kanannya membentuk cakaran kemudian di layangkan pada Bumi yang berdiri paling ujung. Dari pengamatan singkatnya, anak itu adalah yang paling lemah.
"Caeruleus ke enam!" Bumi refleks meneriakkan mantra sihir yang paling bisa digunakan untuk situasi mendesak.
Sesaat sebelum cakaran itu mengenai sisi kanan tubuhnya,Bumi mengayunkan telapak tangan ke depan, kristal biru yang berisi petir biru beradu dengan cakaran tangan iblis merah.
DUARRR....
Iblis merah hanya sedikit terguncang, dia menarik cakaran tangannya yang hampir diledakkan, menatap marah pada Bumi yang bergerak mundur hampir menabrak pohon es.
"Serang bersama! Keluarkan teknik sihir terkuat!"Teriak Ivander memberi instruksi, ia tahu makhluk ini amat susah dikalahkan, jika ingin meraih kemenangan harus mengeluarkan kekuatan penuh sejak awal.
Trixy mengangguk paham, ia mengeluarkan bola-bola api dari tangan kanannya dan gumpalan awan merah dari tangan kiri. Kedua sihir tingkat lima itu bergerak cepat ke depan.
Alpha dan Serena mengeluarkan sihir Ater tingkat tujuh, berupa bola hitam besar yang hampir seukuran orang dewasa. Di dalamnya ada Kabun hitam beracun yang bisa melemahkan tulang dan persendian.
Bumi ikut bergabung, kali ini ia mengeluarkan sihir terlarang salju biru semi Abadi, kekuatannya sudah di tingkatkan dan satu tingkat lebih tinggi dari terakhir kali digunakan.
Udara lembah yang sudah sangat dingin bertambah dingin saat Bumi mengeluarkan salju biru semi abadi. Ia mengarahkan sihir itu pada kepala iblis merah.
Sementara Ivander mengeluarkan sihir tingkat delapan, berupa angin topan yang mengamuk. Ivander menggerakkan dua jarinya, mengarahkan ke jantung iblis merah, angin bertiup kencang seperti binatang buas yang lapar, menggigit dan mengunyah segala yang ada di jalannya, suaranya seperti raungan yang menggetarkan tulang, membuat hati berdebar dan takut.
Menerima lima serangan sekaligus tidak membuat iblis merah gentar. Sudut bibirnya terangkat, bergerak lebar sampai ke telinga. Samar-samar ada suara air yang dipanaskan dari dalam mulutnya, mendesis tajam dan memekakkan telinga.
Sesaat lagi lima sihir yang berbeda itu mengenai setiap bagian tubuhnya, iblis merah membuka mulutnya-keluar suara raungan yang lebih menakutkan.
Ribuan jiwa menangis, berteriak dan meminta keadilan, menimbulkan perasaan kacau yang sangat menggangu.
Hebatnya suara raungan itu mampu menghentikan pergerakan serangan kelima calon murid Akademi langit hitam itu. Waktu seolah berhenti, namun, iblis merah masih terus meraung.
Keringat dingin membasahi punggung lima penyihir muda itu.
Bumi berpikir cepat, jika ini terus berlanjut mereka akan dikalahkan sebentar lagi.
Haruskah aku mengeluarkan sihir terlarang kedua? Batin Bumi penuh pertimbangan.
***