Lanjutan kisah dari Cinta Beda Usia, Kisah baru dari Keisha Alvina Putri Pramuja, anak ketiga dari Evano dan Violetta.
Keisha mendapatkan pengkhianatan dari suaminya, Miko setelah mereka menikah selama dua tahun. Alasannya, karena Keisha belum juga memberinya seorang keturunan. Tidak ingin dimadu, Keisha memutuskan untuk menggugat cerai suaminya.
Setelah beberapa bulan berpisah dari Miko, Keisha bertemu kembali dengan sosok laki-laki bernama Arya Wiguna Atmaja. Dia adalah laki-laki yang menyukai Keisha sejak ia masih kecil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Amarah bercampur rasa kecewa yang sudah tidak bisa Keisha tahan pada Miko membuat Keisha akhirnya melayangkan gugatan cerai. Keisha merasa itu adalah keputusan yang terbaik.
"Sepertinya sudah tidak ada yang bisa aku harapkan dari kamu. Kita sudah selesai, Mas," ucap Keisha.
"Aku menggugat cerai kamu, Mas," ucap Keisha diikuti air mata yang menetes dari matanya.
"Bagaimana jika aku tidak mau menceraikan kamu?" tanya Miko.
"Aku akan tetap menuntut," jawab Keisha.
"Sampai kapanpun aku tidak akan mau menceraikan kamu!" tolak Miko.
"Sekarang lebih baik kamu masuk ke dalam kamar kamu! Ayo ikut!" Miko menarik tangan Keisha dan memaksanya untuk kembali ke kamarnya.
Namun, Keisha menolak dengan menahan langkahnya. Ia berontak agar Miko melepaskan tangannya.
"Aku tidak mau," tolak Keisha.
"Dengar keisha! Aku ini masih suamimu. Aku berhak untuk melarangmu pergi," ucap Miko.
"Kamu sudah kehilangan hak kamu atas diriku setelah kamu memutuskan untuk berhubungan dengan wanita itu." Keisha menunjukan Mayang dengan matanya.
"Sudahlah, Mas. Ceraikan saja dia. Lagi pula apa yang Mas bisa harapkan dari perempuan seperti dia. Yang tidak bisa memberimu seorang anak," ucap Mayang.
Hati Keisha rasanya sangat sakit ketika Mayang mengatakan jika dirinya tidak bisa memberikan seorang anak. Namun, Keisha berusaha keras untuk tidak terpancing emosinya.
"Baiklah, aku akan menceraikan kamu! Tapi jangan harap kamu bisa menuntut harta gono-gini," ucap Miko.
Keisha langsung tertawa mendengar ucapan Miko. Senyum sinis tergambar jelas di bibir keisha seolah sedang mengejek laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya. "Harta? Harta apa yang kamu maksud, Mas?"
"Harta yang kamu miliki bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan hartaku sendiri. Jadi apa yang bisa aku tuntut darimu?" tanya Keisha.
"Keisha!" bentak Miko.
Jantung Keisha bergetar begitu kencang, jujur dirinya sangat takut mendengar teriakkan Miko. Apalagi saat Miko kembali mengangkat tangannya.
Miko ingin menampar Keisha, tetapi sebelum tangannya mendarat di pipi Keisha, Evano lebih dulu menahannya.
"Sudah aku bilang, jangan berani menyentuh anakku!" ucap Evano.
"Sudah, Pah. Kita sudah tidak ada urusan di sini. Jadi lebih baik kita pergi dari sini." Keisha merangkul lengan kekar papanya dan keluar dari rumah itu.
Keisha melangkah meninggalkan rumah itu bersama papanya. Namun, belum sampai pintu Keisha menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Miko dan Mayang.
"Oh iya, satu lagi. Rumah ini atas nama aku. Jadi kalian harus mulai bersiap untuk keluar dari rumah ini malam ini juga!" ucap Keisha.
Keisha memerhatikan wajah Mayang dan Miko, jelas sekali mereka sangat marah. Akan tetapi Keisha tidak akan peduli. Dirinya hanya memperjuangkan hak-nya. Setelah mengatakan kalimat itu, Keisha kembali melangkah meninggalkan rumah yang penuh dengan kenangan manis bersama sang suami.
Keisha berdiri di samping mobilnya dan memerhatikan rumah yang merupakan mas kawin dari Miko untuk dirinya. Jika boleh jujur rasanya berat untuk meninggalkan rumah itu, tetapi Keisha sudah tidak memiliki pilihan lain. Rumah tangganya sudah tidak bisa lagi Keisha pertahankan.
"Keisha, ayo kita pulang ke rumah Papa," ajak Evano.
"Iya, Pah. Aku bawa mobil sendiri," ucap Keisha.
"Kamu yakin?" tanya Evano.
"Ya, Pah," sahut Keisha.
"Tapi papa yang tidak yakin. Berikan kuncinya. Papa yang akan bawa mobilnya," pinta Evano.
"Tidak apa-apa, Pah." Keisha bersikeras ingin mengemudikan mobilnya sendiri.
"Dalam kondisimu yang seperti ini, mana mungkin Papa akan membiarkanmu mengemudi. Jangan keras kepala, berikan kuncinya pada Papa." Evano kembali meminta kunci mobil pada Keisha.
Kali ini Keisha tidak menolak permintaan papanya, ia berikan kunci mobil miliknya kepada papanya.
"Kamu masuk dulu. Papa akan meminta Pak Cahyo untuk pulang sendiri." Evano menghampiri sopirnya dan memberitahukan bahwa dirinya akan pulang bersama Keisha. Setelah itu Evano kembali ke tempat Keisha berada.
"Ayo, masuk!" ajak Evano yang langsung anggukki oleh Keisha.
"Iya, Pah." Keisha masuk ke dalam mobil, ia duduk di bangku penumpang di samping papanya yang akan mengemudi.
Keisha merasakan pergerakan dari kereta besi yang dinaikinya. Dari kaca spion di sampingnya, Keisha memerhatikan rumahnya. Rasanya ada suara yang memintanya untuk tetap tinggal, tetapi suara lain memintanya untuk pergi. Dan Keisha lebih berpihak pada suara yang memintanya untuk pergi.
"Papa marah sama kamu, Kei. Masalah sebesar ini kamu sembunyikan dari papa." Evano berucap seraya mengemudikan mobil.
"Maaf, Pah. Keisha hanya tidak ingin membuat kalian khawatir," ucap Keisha.
"Lalu apa tadi? Jika Papa tidak datang, Miko pasti akan menyakiti kamu," ucap Evano.
"Iya, Pah. Keisha juga tidak menyangka mas Miko bisa berbuat kasar seperti itu sama aku. Padahal dulu dua tidak seperti itu." Keisha memejamkan matanya bersamaan dengan jatuhnya cairan bening dari matanya.
"Tapi ... apa kamu yakin dengan keputusanmu tadi? Kamu akan berpisah dengan Miko?" tanya Evano.
"Yakin, Pah. Keisha sangat yakin. Tidak ada lagi yang bisa Keisha harapkan dari mas Miko," jawab Keisha.
"Baiklah, Papa pasti akan mendukung kamu," ucap Evano.
"Sekarang berhentilah menangis. Jangan sia-siakan air mata kamu untuk orang yang tidak bisa menghargai kamu," suruh Evano yang langsung dianggukki oleh Keisha.
Mobil yang ditumpanginya oleh Keisha melaju di jalan yang sepi. Jalanan terlihat basah karena diguyur oleh hujan.
Keisha duduk dengan berdiam diri, menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Tidak pernah terpikirkan oleh Keisha sebelumnya jika suaminya yang amat dirinya cintai begitu tega mengkhianati dirinya.
Apa kesalahannya?
Apa karena dirinya belum bisa memberinya seorang anak?
Apakah suaminya sama sekali tidak pernah berpikir jika bukan hanya dia yang menginginkan kehadiran seorang anak, Keisha sendiri juga sudah sangat merindukan kehadiran seorang anak. Namun, itu di luar kuasanya. Kehadiran seorang anak adalah kuasa dari Tuhan, bukan atas kehendaknya sendiri.
Sebelumnya Miko sama sekali tidak pernah menuntut akan hal itu, tetapi kenapa tiba-tiba Miko mengambil keputusan secara sepihak seperti itu. Begitu besar pengaruh buruk Mayang pada Miko, hingga membuat sikap Miko berubah begitu drastis.
"Kei ...," panggil Evano.
Tidak ada respon.
"Keisha." Evano kembali memanggil Keisha seraya menggenggam tangannya.
Lamunan Keisha buyar saat merasa ada yang menyentuh tangannya. Keisha menoleh ke sampingnya dan mendapati papanya dengan senyuman di bibirnya.
"Iya, Pah," ujar Keisha.
"Kita sudah sampai," ucap Evano.
Kebingungan tergambar jelas di wajah Keisha, karena melamun Keisha sampai tidak menyadari jika mobil yang ia naiki sudah berhenti.
"Iya, Pah." Keisha menjawab seraya mengusap air mata yang menitih dari matanya.
"Keisha, jangan menangis," ucap Evano.
"Keisha juga tidak ingin menangis. Tapi Keisha tidak kuasa menahannya, Pah." Dengan sekuat tenaga Keisha menahan air matanya, tetapi ia kalah dengan kesakitan yang ada di dalam dirinya. Akhirnya Keisha kembali terisak bahkan sampai menangis sesenggukan
Melihat keadaan anaknya Evano sangat tidak tega, ia menarik anaknya ke dalam pelukannya, membiarkan anaknya menangis untuk mengeluarkan rasa sakit yang sedang dirasakannya.