Luna And System

...■▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎■...

Setelah Luna menjadi ketua kelas, dia mau tidak mau harus menjalankan beberapa kewajiban sebagai ketua kelas yaitu;

Pertama, Luna harus memimpin kegiatan di sekolah.

Kedua, membersihkan papan tulis dan kebersihan lainnya menemani murid yang piket setiap harinya.

Ketiga, Luna harus membacakan berita dan informasi kelas.

Keempat, Luna harus mendengarkan keluhan serta saran kelas.

Dan kelima, dia harus melakukan mengerjakan pekerjaan kecil lainnya.

Termasuk yang dilakukan Luna saat ini yang mana dia sedang meminta partisipasi dalam turnamen olahraga.

"Hari ini, aku meminta kalian untuk membahas festival olahraga. Apakah ada yang ingin berpartisipasi?" tanya Luna.

Salah satu siswa di kelas sontak bertanya balik kepada Luna.

"Luna, kamu ingin berpartisipasi dalam turnamen apa?"

Semua murid yang mendengar itu langsung berantusias dan mereka sangat ingin tahu turnamen yang di hadiri Luna.

Luna sontak menoleh ke papan tulis dan melihat olahraga yang ingin di ikut sertakannya.

"Basket."

Semua siswa yang mendengar sontak mengajukan diri.

"Kalau begitu, saya juga ikut turnamen!"

"Saya juga ikut!"

"Saya juga!"

....

Keributan pun terjadi hingga membuat Luna menghela nafas panjang.

Bu Rani yang melihat itu, dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Lalu, dia pun berdiri dan menenangkan keributan.

"Ayo semua tenang! Jika ribut seperti ini, kita akan gunakan undian untuk memutuskan peserta nya.

Rasa antuasias ingin lomba bersama Luna berubah menjadi kekecewaan. Meski begitu, Luna bersyukur permasalahan teratasi.

Lalu, Luna pun memimpin undian untuk menjadi peserta dan satu persatu semua murid di kelas maju untuk mengambil undian.

Hal hasil, Luna tetap menjadi peserta basket dalam lomba olahraga dan Sania ikut juga dalam peserta lomba basket.

...----------------...

Keesokan harinya, semua murid di kelas dengan ricuh kepada seseorang disana. Luna yang penasaran, dia sontak menghampiri nya dan terlihat disana, salah satu teman sekelas nya Luna babak belur begitu juga kedua rekan nya.

Dia Mulyanto, salah satu siswa preman dikelas meski begitu, dia memiliki sifat yang lembut terhadap wanita apalagi sejak kehadiran Luna yang berubah drastis membuat nya diam-diam menyukai Luna.

Maka, Luna yang datang tepat dihadapan nya. Mulyanto langsung memalingkan wajah nya kesamping lantaran rasa malu nya.

"Mul, ada apa? Apa yang terjadi kepada kalian?"

Salah satu teman dari Mulyanto menjawabnya, "Kami diserang oleh anak Sekolah Teknik Mesin selatan."

"Sekolah Teknik Mesin selatan?" gumam Luna.

Sepintas Luna teringat akan seragam sekolah yang digunakan oleh perundung saat hendak berangkat ke sekolah.

"Oh, jadi. Mereka tidak jera juga dan ingin balas dendam. Tapi, kenapa mereka menyerang teman sekelas ku?" batin Luna.

"Dan ..." Rekan nya ingin menyambung perkataan nya tapi Mulyanto menyenggol nya.

Melihat itu, Luna melihat rekan nya Mulyanto.

"Ada apa? Katakan kepada ku!"

"Mereka mencari mu. Karena Mul merasa kesal ada sekolah lain yang ingin bertemu dengan mu dengan tidak sopan jadi dia berkelahi. Meski kami kalah," ucap rekan Mulyanto.

Mulyanto sontak menundukkan kepalanya kearah Luna, "Maaf, Luna. Saya tidak bisa menahan emosi dan membuat keributan."

Luna tersenyum kecil dan memegang bahu Mulyanto.

"Ini bukan salahmu juga terimakasih sudah membela ku."

Mulyanto terpesona dengan Luna hingga dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Luna yang merasa bertanggungjawab atas luka nya Mulyanto dan kedua rekan nya. Dia izin keluar sekolah dan mendatangi sekelompok perundung yang menghajar Mulyanto yang kebetulan mereka berada di luar gerbang.

Di sudut lain, Sandra melihat Luna yang menghampiri anak sekolah teknik mesin selatan itu. Dia pun tersenyum.

"Luna, kali ini kamu pasti dikeluarkan dari sekolah."

Sandra sontak teringat yang mana pernah ada anak sekolah teknik mesin selatan yang membicarakan seorang gadis sekolah Elite Metro yang menghajar teman nya.

Sandra yang mendengar itu, dia menduga nya bahwa mereka membicarakan Luna.

Karena itu, Sandra menghampiri mereka.

"Hei, aku tahu. Siapa yang kalian maksud?"

Dan begitu lah, Informasi Luna dibocorkan hingga membuat anak sekolah teknik mesin selatan datang ke sekolah.

Luna dengan kekesalan, dia menghampiri anak sekolah teknik mesin selatan yang sedang nongkrong tidak jauh dari sekolah Luna dan saat melihat mereka, Luna sontak berteriak.

"Woi! Aku Luna. Kenapa kalian semua mencari ku?"

Saat mendengar provokasi dari Luna, anak-anak sekolah teknik mesin selatan sontak berdiri dengan senyuman remeh.

"Oh, jadi Lu Luna!"

"Cantik sekali, bagaimana kalau kita bermain-main sebentar? Gua jamin bos akan mengampuni."

"Bermain dengan kalian? Lebih baik, aku main bersama b@bi dibandingkan dengan kalian," ledek Luna.

Siswa yang mengajak Luna sontak marah dengan perkataan Luna.

"Wanita jlang! Awas ya Lu. Gua prkosa! Aaa!" teriak siswa STM seraya melepaskan pukulan.

Luna pun sontak menangkap tangan dan membanting nya dengan pergerakan yang cepat.

Buak!

Semua rekan nya terkejut saat melihat rekan nya jatuh dengan cepat.

Luna pun menatap tajam anak-anak STM Selatan yang lain.

"Kalian ingin maju bersatu-satu atau bersamaan," ucap tantang Luna.

Anak-anak STM Selatan saling bertukar pandang dan mereka pun memutuskan untuk menyerang bersama hal hasil mereka dikalahkan dengan mudah oleh Luna meski hanya mengandalkan tangan nya saja.

Buk! Buk! Buk!

Tidak membutuhkan waktu lama, semua anak-anak STM Selatan terkapar di tanah.

Luna menghampiri salah satu anak STM yang terkapar di tanah dan mengangkat baju nya.

"Katakan kepada pemimpin mu untuk tidak menyentuh teman-teman ku kalau tidak, aku akan hancurkan sekolah kalian. Kalian paham?!"

Siswa yang diangkat itu menganggukkan kepalanya dengan cepat dengan ekspresi yang cemas.

"Sudah sana, Pergi! Dan, jangan kembali!" seru Luna.

Beberapa siswa itu mengumpulkan tenaga untuk berdiri dan berjalan terseok-seok.

Sandra yang mengintip di sudut, dia mengigit bibir nya

"Sial! Ternyata dia gagal. Aku harus memberitahu si kunyuk terlebih dahulu," gumam Sandra.

Luna yang melihat gerombolan murid itu pergi, Luna berbalik badan dan kembali ke sekolah.