Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEBUAH UMPAN
Zack menekan semua perasaannya. Pria itu tau diri jika hanya seorang beruntung yang diambil dari jalanan.
"Baby!" pekik Rosa mengejar Faza yang merangkak zig-zag.
Garis melengkung tercetak di bibir pria itu. Zack telah meneliti siapa Rosa. Gadis yang tak diinginkan dalam rumah.
Rosa dua puluh tahun. Lulusan terbaik di sekolahnya. Gadis itu sebenarnya mendapat beasiswa untuk kuliah. Tetapi, Rosa memilih bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi sendiri tanpa bergantung pada orang tua.
"Rosa cantik," angguknya.
"Apa aku langsung memintanya jadi istri?" gumamnya bingung.
"Inti!" pekik Faza yang tertangkap oleh Rosa.
"Baby ... kamu tak akan bisa lari dari Tinti oteh!" sahut Rosa gemas.
Bayi cantik itu tergelak ketika Rosa menyembur perut bulatnya. Semua pengawal menyayangi anak-anak. Zack jika melihat Dian, Sukma dan Andin bercengkrama dengan para bayi.
"Daddy!" pekik Affhan dari luar.
Semua menoleh, remaja sembilan belas tahun itu terengah. Affhan memang sedang berolahraga sekitar komplek mansion bersama pengawal.
"Baby Mai bertarung. Papa Dido dan Papa Rusli dikeroyok Daddy!" teriaknya.
Gomesh, Budiman, Virgou dan lainnya bergerak. Zack juga langsung melesat keluar.
Affhan mengikuti semua pria begitu juga saudara laki-laki lainnya.
Jarak lumayan jauh dari gerbang. Dua pengawal melawan sepuluh preman ada Maisya di sana juga bertarung layaknya laki-laki.
"Kurang ajar!" teriak Virgou.
Suara menggelegar membuat sepuluh preman menoleh. Rata-rata menggunakan senjata tajam berupa pisau lipat.
Gomesh gelap mata, pria raksasa itu merangsek lalu diikuti semua pengawal.
Virgou memukul habis-habisan pria yang melukai putrinya. Maisya terluka di pipinya.
"Baby terluka!" pekik Zack marah.
"Aarrggh!"
Pria yang melukai Mai juga langsung berdarah. Virgou menggores panjang pipi pria itu dengan pisau lipatnya sendiri.
Sepuluh preman tentu bukan tandingan pengawal SavedLived.
"Daddy, Affhan juga terluka!" lapor Maisya.
"Apa?"
"Hanya luka kecil Daddy," Gomesh memeriksa tangan Affhan yang juga berdarah.
"Papa Dido dan Papa Rusli juga tertusuk Papa!" lapor Mai lagi.
"Ayo kita obati semua luka kalian!"
Semua bergerak, Gomesh sudah menggiring sepuluh preman itu ke markas mafia milik Virgou. Sudah yakin jika kesepuluh pria itu tak akan pernah kembali.
"Baby!" pekik Puspita melihat darah menetes di pipi Mai.
"Affhan juga Mommy," ujar Mai.
Nai, Arimbi, Aini, Saf dan Lidya juga Putri menangani luka.
"Papa tahan kan kalo dijahit tanpa bius?" tanya Saf pada Dido.
"Tahan Nona," jawab pria itu.
Mereka dibawa ke ruang kerja Virgou. Dido menggigit sapu tangan agar tak menggigit lidahnya sendiri.
"Dad, kita bawa Baby Affhan ke rumah sakit ya. Lukanya terlalu dalam," ujar Lidya menekan beberapa titik urat agar darah tak mengucur terus menerus.
Affhan sudah pucat. Virgou tak bisa berkata apa-apa. Ia mengangguk, Mai hanya diberi plaster kecil di pipinya.
"Ketua preman-preman itu sudah mengincar mansion sejak empat hari lalu!" lapor Budiman.
Seluruh tubuh Virgou bergetar hebat. Affhan dilarikan ke rumah sakit bersama Arimbi dan Nai. Dahlan, Budiman dan Rio mengikuti mereka.
"Mas ... hiks ... mas," Puspita menangis.
"Sayang ... tolong jangan buat aku membunuh orang lagi," pinta Virgou lirih.
"Daddy," Lidya datang dan memeluk pria sejuta pesona itu.
"Sayang ... tolong aku," pinta Virgou yang gemetaran.
Puspita menenangkan dirinya. Ia tentu tak mau suaminya membunuh orang lagi. Seruni dan lainnya memenangkan semua anak-anak yang tiba-tiba rewel.
"Maafkan kami ketua. Kami tak bisa menjaga baby!" ujar semua pengawal.
"Tidak apa-apa, ini sudah kejadian. Kalian urus mereka ya!" ujar Bart.
Virgou tak berkata apapun. Ia masih gemetaran. Jiwanya bergolak darahnya pun mendidih. Pelukan Lidya mampu menenangkan monster itu.
"Ketua," Bart menghentikan Fio.
Pria itu memberi kode agar tak mengatakan apapun pada Virgou. Semua mengangguk hormat.
"Daddy, kita ke rumah sakit. Affhan butuh darah Ab negatif," ujar Saf yang menerima telepon dari Nai.
"Baik!' ujar pria itu langsung bergerak.
"Aku ikut!" ujar Rion dan Darren.
"Daddy sudah tua. Darah Daddy nggak banyak!" ujar Rion.
Virgou tersenyum kecil mendengar perkataan putranya itu. Ia memang sudah bisa mengendalikan diri.
"Ayo kalau begitu! ajak Virgou.
"Iya ikut ya Dad," pinta wanita bertubuh mungil itu.
"Kamu di sini saja sayang. Daddy nggak apa-apa," ujar Virgou menenangkan Lidya.
"Nggak mau!" tolak Lidya langsung.
"Aku ikut sayang!" ujar Demian.
Akhirnya, Darren, Rion, Virgou, Lidya dan Demian pergi ke rumah sakit diantar oleh Marco dan juga Santoso.
Di sana Affhan butuh empat kantung darah. Rion, Darren mendonorkan darah mereka masing-masing dua kantung.
"Baby sempat kritis Daddy," lapor Nai hati-hati.
Lidya memeluk terus Virgou. Pria itu hanya mengangguk saja.
Sebuah harga mahal yang harus ia bayar memang. Virgou tau jika mansion miliknya tengah diamati.
Tetapi pria itu sengaja memancing semua preman dengan mengumpankan sepasang anak kembarnya.
"Daddy," panggil Lidya.
"Ini adalah takdir yang tak bisa dihindari. Semua bukan salah Daddy," ujar wanita itu menenangkan.
"Tetapi mestinya Daddy sendiri yang memancing mereka sayang," ujar pria itu merasa bersalah.
"Daddy lihat Iya!" pinta wanita bertubuh mungil itu.
Virgou menangis ditatap sedemikian rupa oleh wanita yang paling berarti dalam hidupnya.
"Daddy tau jika Baby Mai dan Baby Affhan adalah anak-anak yang hebat!" ujar Lidya lagi.
"Baby Affhan pasti bisa melewatinya!" ujar Lidya lagi.
"Aku takut sayang ... Daddy sangat takut!"
Rion ikut menangis dan memeluk pria itu begitu juga Darren. Kean dan Calvin datang. Mereka memang tetap bekerja sementara para ayah tengah bersantai di rumah.
"Baby gimana Dad?" tanya Kean langsung.
Tak lama Arimbi keluar bersama dokter lain. Semua berwajah lega.
"Pasien keluar dari kritis. Ia hanya shock dan terguncang juga kehilangan banyak darah," jelas dokter itu.
Virgou menangis, semua memeluk pria sejuta pesona itu ikut menangis.
Satu jam berlalu, empat kantung darah sudah terserap habis masuk ke dalam tubuh Affhan. Remaja itu pun bangun.
"Daddy!' panggilnya.
"Sayang ... kamu sadar!" Virgou langsung menekan bel.
Dokter masuk dan memeriksa semuanya. Ia tersenyum.
"Anda memelihara monster kecil di keluarga anda Tuan," jelas pria berjas sneli itu.
"Pasien boleh pulang besok," lanjutnya.
"Daddy ... kangen mommy," rengek remaja itu.
Darren, Rion dan lainnya sudah pulang setelah mendengar jika Affhan baik-baik saja.
"Assalamualaikum!" sebuah suara lembut masuk.
Puspita datang membawa dua rantang. Affhan tersenyum melihat ibunya.
"Mommy ... aku hebat kan?!" tanyanya bangga.
Puspita mengangguk, ia juga tau jika sang suami sengaja mengumpan dua anaknya memancing musuh keluar.
"Iya baby ... kamu hebat!" ujar wanita itu.
Sementara di sebuah markas mafia. Sepuluh preman tengah jadi bulan-bulanan para anggota mafia milik Virgou.
"Kalian ini ... sudah tau tengah dipancing!" geleng Leo lalu menusuk bahu preman dengan pisau lipat.
"Aaaarrrggghhh!" teriak pria itu mengerang kesakitan.
Bersambung.
Ah ...
next?
semoga berjalan lancar ya baby cal...