natasya,.
seorang sekretaris yang kehilangan bos yang sangat baik, kepemilikan perusahaan harus jatuh pada sang putra,
tanpa Tasya sangka, mendiang bos nya memberikan wasiat menjodohkan Tasya dengan putra nya Arkan,
apa mungkin mereka akan bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Uswatun hasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
anak..?
ibu di dalam, dan tante Anggi pun datang dengan dua orang karyawan mereka, ini memang jam istirahat, Arkan diam di luar, sejak tadi tidak beranjak sedikit pun seperti yang ia bilang akan ke kantor, Arkan cukup khawatir.
"Arkan Tasya sama siapa di dalam? kenapa kamu di luar? “
"ada ibu di dalam tan"
"apa kamu sudah makan? " Anggi melihat keponakan nya sedikit berantakan biasa nya dia rapih
"saya belum mau makan"
"tante masuk dulu ya? kebetulan ini ada yang kirim hadiah buat Tasya tadi ke kantor"
Arkan meminta apa yang di maksud tante nya, tidak ada keterangan si pengirim di sana, sebuah coklat dan bunga mawar putih.
"biar saya yang pegang ini"
"baiklah"
ibu bersikeras ingin menemani putri nya malam ini, tapi Arkan mencegah, Tasya pun minta agar ibu nya pulang saja, ibu akan tidak nyaman tidur di rumah sakit, Tasya khawatir ibu nya akan jadi sakit juga nanti.
Setelah ruangan kembali sepi, Arkan menyimpan coklat dan bunga di meja samping ranjang Tasya,
"ada kiriman ke kantor, tapi ga ada nama pengirim nya"
Tasya menatap coklat itu, coklat yang sama saat kemarin ia di taman, tapi kepala nya sangat pusing, ia tidak menghiraukan itu, Tasya memilih tidur.
"maassss"
Arkan terusik, ia melihat sang istri gelisah dalam tidur nya
"sayang... " Arkan mengusap kening sang istri yang di penuhi keringat, "kamu demam sayang" Tasya mengigil
"mas... " Tasya mengigau
"iya mas di sini"..
pelan Arkan ikut berbaring, memeluk istri nya, mengusap pelan punggung nya,
Tasya langsung terdiam, tidak mengigau lagi, entah apa yang ia mimpi kan..
"mas sayang kamu Natasya, jangan pernah katakan soal perceraian lagi, kamu ga boleh pergi" Arkan berbisik walaupun mungkin Tasya tidak mendengar, lebih baik begitu, karna Arkan belum berani mengatakan secara langsung"
dua hari Tasya mendapatkan perawatan, luka nya mengering dan menghitam, karna merasa sudah lebih baik Tasya meminta pulang, dokter pun mengizinkan, dengan catatan harus kembali dengan rutin untuk kontrol,
Arkan tidak segan menggendong istri nya dari ruang perawatan menuju parkiran, ia tidak perduli dengan pandangan orang, bahkan ia tidak segan di depan ibu mertua nya,
"mas aku tidur di kamar tamu aja di bawah, biar ga usah naik turun"
"siapa yang akan naik turun? kita punya banyak pelayan, panggil saja mereka jika perlu sesuatu"
Ibu tersenyum mendengar itu,
"iya nak, bagaimana pun kondisi nya, Arkan ga akan betah kalo di kamar lain"
Kini Arkan yang tersenyum, ia seakan mendapatkan dukungan penuh,
hari berganti, sudah tiga hari Tasya di rumah ia merasa bosan, kaki nya pun sudah bisa di gerakkan, ia sudah bisa berjalan, Arkan baru hari ini pergi ke kantor, dua hari penuh ia ikut melayani Tasya, hingga ke kamar mandi pun dia yang harus menggendong, Tasya sedang di balkon kamar nya, ia sangat suntuk, mungkin terbiasa sibuk.
tokk tokk tokk
"non Tasya" panggil Yuni
"masuk aja bi" Yuni di tugaskan Arkan untuk melayani Tasya selama sakit, ia yang akan bolak balik merawat nya
"non ini hp yang baru, tadi orang kantor datang antar, kartu lama non sudan terpasang katanya"
Tasya menerimanya, ia meminta hp nya di betulkan saja karna rusak saat kecelakaan, tapi Arkan malah membelikan nya yang baru, "makasih ya bi, maaf ya bibi jadi bolak balik terus"
"eh jangan bilang gitu atuh non, udah tugas bibi, bibi senang tuan pilih bibi yang jagain non, jangan banyak pikiran, biar non cepet sehat"
Tasya tersenyum, ia senang karna pelayan di rumah ini sudah seperti keluarga, karna dulu mendiang mertua nya tidak pernah membedakan sama sekali status mereka
"makasih ya bi"
Tasya membuka pesan WA nya, banyak sekali sampai ia pusing harus membalas yang mana,
tapi ada banyak pesan dari nomor baru yang menarik perhatian nya, ternyata dari Rendy, ia bertanya, apa kah benar Tasya kecelakaan? "dari mana dia tau? “ gumam Tasya, Tasya membalas nya
"maaf mas hp Tasya baru aktif, iya Tasya kecelakaan, hp juga rusak, ini baru di urus"...
pesan nya terkirim, tapi belum terlihat di baca, Tasya menyimpan nomor nya.
Ia juga membalas pesan satu persatu dari yang lain nya
Arkan di kantor, memperhatikan layar hp nya, ternyata wa Tasya di sadap, GPS nya pun dapat Arkan lacak, takut sewaktu-waktu Tasya menghilang seperti kemarin.
beralih pada coklat di sebelah nya, ini juga alasan Arkan menyadap hp Tasya, dia ingin tau, siapa si pengirim coklat dan bunga mawar pada istri nya, karena yang datang mengantar hanya kurir yang sulit di tanyai siapa pengirim nya.
ini baru jam dua lebih, Tasya yang masih di balkon kamar nya terkejut, karna Arkan memeluk nya dari belakang
"ya ampun mas"
"lagi apa sih, aku buka pintu ampe ga kedengaran ya? “
"lagi buka buka sosmed aja, aku bosen"
Arkan tersenyum, mengusap puncak kepala sang istri,
"sudah makan? minum obat? “
"udah mas,.. emh mas, aku mulai kerja ya besok, aku BT banget, besok malam juga ada undangan, ga enak kalo ga dateng, bagian ke uangan kita nikahin anak nya"
"jangan di paksakan, kamu bisa kerja di rumah kalau mau, laporan tinggal kirim via e-mail kaya biasa, soal undangan, kita bisa kirim hadiah saja"
"tapi aku kesel di rumah"
"apa mas minta ibu menginap biar kamu ga suntuk? “
"ga usah mas. kasian ibu, ada si bungsu juga yang harus di urus"
Arkan semakin erat memeluk, dagu nya ia sandarkan di pundak Tasya, tangan nya begitu saja mengusap perut rata Tasya, Tasya menegang...
"sayang, mas boleh minta sesuatu? "
"a... apa mas? " perasaan Tasya entah mengapa jadi tak enak
"mas ingin anak, 4 anak apa cukup untuk meramaikan rumah kita? hmmmm“
"apa? Tasya membatin, anak? empat??? apa yang mas Arkan maksud, kenapa mendadak membahas anak? “
"ga harus sekarang, mas tau kamu belum siap, sekarang fokus dulu sama kesehatan kamu" Arkan melepaskan pelukan nya, memberi kecupan di pipi sang istri yang membeku,
Arkan begitu saja mengangkat tubuh Tasya, "mas lepasin aku"
"kamu kelamaan di luar, sudah mendung, mungkin akan hujan"
Arkan membaringkan Tasya perlahan,
"mas ganti baju dulu ya"
Tasya hanya bisa mengangguk, pikiran nya berlarian ke mana mana, "anak? itu berarti dia dan Arkan harus berhubungan badan, tidak akan mungkin ada anak tanpa melakukan itu"
jantung nya tiba tiba berdebar memikirkan itu, tapi kenapa Arkan meminta nya, bukan kah pernikahan mereka hanya sebatas menggugurkan wasiat,