Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Ancaman dalam Bayangan
Rachel tidak bisa tidur semalaman setelah membaca pesan misterius itu. Pikirannya berkelana, mencoba mencari tahu siapa yang mengirimkan ancaman tersebut. Di balik layar kehidupannya yang ia bangun dengan susah payah, ada rahasia yang mungkin telah diketahui oleh orang lain.
Pagi itu, Rachel berusaha tetap tenang saat mengantarkan Leo ke sekolah. Namun, Leo, yang peka terhadap perasaan ibunya, bisa merasakan ketegangan yang Rachel coba sembunyikan.
“Ibu, apa Ibu baik-baik saja?” tanya Leo dengan nada penuh perhatian, membuat Rachel tersenyum tipis.
“Iya, sayang. Ibu hanya sedikit lelah. Jangan khawatir, ya,” jawab Rachel sambil mengusap rambut anaknya dengan lembut.
Namun, di dalam hatinya, Rachel tahu bahwa ini bukan hanya soal kelelahan. Ancaman itu nyata, dan ia harus segera mencari tahu dari siapa dan untuk apa. Saat Leo masuk ke kelasnya, Rachel pun bergegas kembali ke kantornya. Ia butuh waktu untuk berpikir dan menenangkan diri sebelum mengambil langkah selanjutnya.
---
Di kantornya, Rachel mencoba fokus pada pekerjaan. Namun, pesan misterius itu tidak mau hilang dari pikirannya. Saat ia mulai bekerja, ponselnya kembali bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor yang sama.
> “Kau tidak bisa lari dari masa lalu, Rachel. Semua yang kau sembunyikan akan terbuka.”
Rachel merasa tubuhnya menegang. Ia tidak bisa lagi mengabaikan ancaman ini. Segera, ia memanggil sahabat terdekatnya, Dina, yang sudah mengetahui sebagian besar masa lalunya dengan David. Ia berharap, mungkin dengan berbagi kekhawatiran, pikirannya bisa lebih tenang.
---
Beberapa jam kemudian, di sebuah kafe, Dina memandang Rachel dengan tatapan serius. “Rachel, aku sudah bilang, jika kamu terus menyembunyikan semuanya dari Leo dan David, suatu saat hal ini bisa menjadi bumerang untukmu,” kata Dina sambil menggenggam tangan Rachel.
“Aku tahu, Dina. Tapi ini semua untuk kebaikan Leo. Aku hanya ingin melindunginya,” Rachel menjawab dengan suara lemah.
“Tapi jika ada orang lain yang tahu rahasia ini, dia bisa menggunakannya untuk melawanmu. Apakah kamu pernah berpikir bahwa seseorang mungkin mencoba memanfaatkannya untuk keuntungan mereka?” ucap Dina, matanya menatap Rachel penuh kekhawatiran.
Rachel terdiam, memikirkan kata-kata sahabatnya. “Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang? Jika aku memberitahu Leo terlalu cepat, aku takut dia akan merasa bingung atau bahkan membenciku karena telah menyembunyikan semuanya selama ini.”
Dina tersenyum lembut dan menggelengkan kepalanya. “Kau tak sendiri dalam menghadapi ini, Rachel. Kau punya David, dan aku yakin, meskipun rumit, dia akan berada di pihakmu untuk melindungi Leo.”
Rachel memejamkan mata, mengingat pertemuan terakhirnya dengan David. Walaupun mereka sering kali berdebat, ia tahu di dalam hatinya bahwa David juga ingin yang terbaik untuk Leo.
---
Sore harinya, Rachel menjemput Leo dari sekolah. Namun, ketika ia tiba, ia terkejut melihat David sudah berdiri di sana, sedang berbicara dengan Leo. Rachel memperhatikan dari jauh bagaimana mereka tampak akrab, bercanda satu sama lain, seakan David telah menjadi bagian dari hidup Leo.
Ia merasa hatinya bergejolak, antara senang dan khawatir. Saat Leo melihatnya, ia langsung berlari ke arah Rachel.
“Ibu, Om David ingin mengajakku pergi ke taman! Boleh, kan, Bu?” tanya Leo dengan mata berbinar.
Rachel berpaling ke arah David, yang balas menatapnya dengan tatapan yang mengisyaratkan harapan. Ia tidak ingin mengecewakan Leo, namun juga tidak ingin terlalu mudah memberikan David akses penuh kepada anaknya.
“Baiklah, tapi jangan terlalu lama, ya. Besok kamu harus sekolah,” kata Rachel akhirnya, berusaha tetap tenang.
---
Di taman, Leo berlari-lari kecil sambil tertawa riang, sementara Rachel dan David duduk di bangku taman, mengamati anak mereka dengan perasaan yang campur aduk.
David akhirnya memecah keheningan. “Rachel, aku tahu ini sulit, tapi aku hanya ingin menjadi bagian dari kehidupan Leo. Aku tidak akan memaksakan diriku, tapi aku butuh kepastian.”
Rachel menunduk, mencari kata-kata yang tepat. “David, aku mengerti. Tapi situasinya tidak sesederhana itu. Ada banyak hal yang perlu dipikirkan. Leo masih kecil dan aku khawatir dia belum siap mengetahui semuanya.”
David menghela napas. “Apakah ini tentang pesan yang kau terima?” tanyanya tiba-tiba, mengejutkan Rachel.
Rachel terdiam, menatap David dengan tatapan bingung. “Bagaimana kau tahu tentang pesan itu?”
David menatapnya serius. “Rachel, aku punya koneksi, dan aku tahu seseorang sedang mencoba mengusik hidupmu. Siapa pun dia, dia ingin membuatmu merasa tertekan.”
Rachel merasa dadanya sesak. “Jadi, kau sudah tahu? Lalu, apa yang akan kau lakukan?”
David tersenyum tipis, tatapannya berubah menjadi lebih tajam. “Aku akan melindungi kalian berdua, apa pun yang terjadi. Ini bukan hanya tentang kita atau masa lalu, Rachel. Ini tentang Leo dan masa depannya.”
Rachel terkejut, merasa sedikit lega sekaligus takut. Ada seseorang yang ingin menghancurkan kebahagiaannya, dan David tampaknya lebih tahu tentang ancaman ini daripada dirinya sendiri.
---
Malamnya, Rachel kembali ke rumah dengan perasaan tak menentu. Leo sudah tidur, namun pikirannya masih terganggu oleh apa yang David katakan di taman. Siapa yang sebenarnya mengincar hidupnya? Apakah ancaman ini berhubungan dengan masa lalu mereka, atau ada sesuatu yang lebih besar yang tidak ia ketahui?
Rachel duduk di meja kerjanya, membuka laptop untuk mencari tahu lebih lanjut. Namun, saat membuka email, ia kembali menemukan sebuah pesan yang membuat darahnya berdesir.
> “Rachel, kau sudah diperingatkan. Berhenti mencoba mencari tahu, atau kau akan kehilangan semuanya.”
Rachel merasa tubuhnya gemetar. Ancaman ini bukan lagi sekadar pesan. Seseorang benar-benar mengawasinya, dan ini lebih dari sekadar permainan.
Ia menutup laptopnya, merasakan ketakutan yang mendalam. Tidak ada yang tahu tentang masa lalu ini selain orang-orang terdekatnya. Tapi, jika ancaman ini berasal dari luar, siapa yang bisa dipercaya?
Rachel berpikir keras dan menyadari bahwa ia tidak bisa terus diam. Mungkin sudah waktunya untuk membuka diri sepenuhnya pada David dan bersama-sama melindungi Leo.
---
Saat Rachel akhirnya mencoba menenangkan diri, teleponnya berdering. Nomor tak dikenal lagi. Ia mengangkatnya dengan tangan bergetar.
> “Rachel, sepertinya kau sudah lupa siapa yang berkuasa dalam permainan ini. Jika kau tidak mau menurut, maka Leo yang akan menjadi sasaranku selanjutnya.”
Rachel langsung menutup telepon dengan napas tertahan. Ia tahu ini lebih dari sekadar ancaman. Sekarang, nyawa Leo mungkin berada dalam bahaya nyata.