Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 25. Pernikahan Yang Tetap Terjadi.
Pagi yang cerah mulai menyinari kediaman mewah keluarga Rykhard. Sinar matahari lembut menyusup melalui jendela-jendela besar dan mengisi ruangan dengan cahaya hangatnya.
Di dalam rumah, keheningan pagi perlahan-lahan pecah ketika suara-suara aktivitas mulai terdengar. Terutama di area dapur. Para pelayan terlihat sibuk untuk menyiapkan makanan, tapi pagi ini ada yang berbeda karena mereka dibantu oleh Ruby, calon menantu di keluarga Rykhad.
Gadis itu bangun begitu pagi dan langsung turun ke dapur. Para pelayan sempat menolak keinginan Ruby karena sudah tahu status Ruby siapa. Ia adalah calon istri Tuan Muda Emer yang berarti juga akan menjadi majikan mereka. Namun, ternyata Ruby memaksa, hingga akhirnya ia mendapatkan izin dan diperbolehkan untuk membantu.
"Ruby! Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?" Amanda yang memasuki dapur untuk memeriksa persiapan sarapan, terkejut saat melihat Ruby berada di sana dan tengah menyiapkan hidangan.
"Aku membantu menyiapkan sarapan, Mom."
Amanda mendekat dengan tersenyum. "Tidak perlu melakukan pekerjaan ini, Sayang. Jaga kesehatanmu. Kau itu calon pengantin." Amanda menghentikan aktivitas Ruby. Wanita itu mengerti mungkin Ruby belum nyaman tinggal bersama mereka tanpa melakukan apapun hingga Ruby melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu lagi Ruby lakukan.
"Biarkan mereka yang mengerjakannya, lebih baik kau membangunkan Emer saja. Anak itu pasti masih tidur dan lupa tugas dari daddynya." Amanda akhirnya memilih untuk memberikan tugas lain pada Ruby.
Ruby menurut dengan perintah calon ibu mertuanya itu. "Baiklah, aku akan membangunkannya, Mom." Ruby pun meninggalkan dapur untuk menuju kamar Emer.
Amanda tersenyum menggeleng pelan memperhatikan kepergian Ruby—calon menantunya itu ternyata begitu penurut.
Tiba di lantai atas, Ruby langsung menuju kamar Emer yang letaknya sudah ia ketahui dari penjelasan Eira saat tur singkat mereka sebelumnya.
Ruby mengetuk pintu. Beberapa kali mengetuk, belum ada jawaban. Dan saat ia memanggil nama Emer, barulah ia mendegar suara yang mengizinkannya untuk masuk.
Ruby membuka pintu kamar itu. Saat ia masuk, Ruby dibuat terkejut dengan luas dan kemewahan yang menghiasi ruangan. Kamar Emer layaknya kamar pria pada umumnya, nuansa maskulin yang kuat serta warna gelap yang mendominasi.
Dindingnya dihiasi dengan berbagai trofi dan foto-foto Emer. Di sudut ruangan terdapat lemari dengan buku-buku yang tersusun rapi di dalamnya. Emer ternyata suka membaca, batin Ruby dengan tersenyum. Ia juga menyukai hal itu.
Kemewahan semakin lekat saat netra Ruby menyusuri tempat tidur kosong yang besar dan nyaman dengan seprai halus berwarna gelap.
Ruby sesaat terdiam, tidak bisa tidak merasa kagum dengan kemewahan kamar Emer yang jauh melampaui apa yang pernah ia lihat di rumah keluarganya sendiri, keluarga Sanders. Perbedaan antara keluarga Sanders dan keluarga Rykhard begitu mencolok. Keluarga Rykhard memiliki kepribadian dan gaya hidup yang sangat elegan dan jauh lebih berkelas.
"Ada apa?" Suara Emer menyadarkan lamunan Ruby.
Gadis itu berbalik menatap Emer, tapi....
"Akhhh...! Emer!!" Ruby langsung memekik terkejut saat mendapati Emer yang hanya mengenakan handuk menutupi bagian bawah tubuhnya, pria itu baru saja keluar dari dalam kamar mandi.
Emer mendengus melihat Ruby yang berteriak. Ia berjalan cepat menutup pintu kamarnya yang Ruby biarkan terbuka.
"Kenapa terkejut? Bukannya kita sudah pernah tidur bersama? Tentunya kau sudah pernah melihat seluruh tubuhku lebih dari ini, kan?"
"Emer!"
"Jangan berteriak. Apa kata pembaca nanti saat tahu kau ternyata berteriak melihat aku yang hanya memakai handuk? Mereka akan curiga padamu, Ruby."
"Emer!!"
"Emer! Emer! Emer! Tidak ada nama pria lain lagi yang boleh kau sebut!" ultimatum Emer pada Ruby. "Perlihatkan wajahmu, jangan membelakangiku saat bicara!"
"Tidak mau. Pakai dulu bajumu!!" kekeh Ruby masih membelakangi Emer.
"Dasar anak perawan!"
"Emer!!"
"Apa?!"sahut Emer seraya berlalu menuju lemari dan meraih pakaiannya, ia masih menanggapi panggilan Ruby. Meski tahu panggilan itu hanya bentuk kekesalan Ruby padanya. "Kemarilah. Bantu aku. Kau datang ke sini untuk membantuku bersiap, kan?"
Ruby berbalik perlahan. Dan saat melihat Emer sudah menutupi tubuhnya dengan memakai kemeja, ia pun mendekat.
"Mommy memintaku untuk membangunkan mu. Mommy bilang; kau mendapatkan tugas dari Daddy."
"Bukan tugas, tapi hukuman dari Daddy."
Ruby terkejut mendengar ucapan Emer. Hukuman?
"Hukuman apa?" tanya Ruby cemas. Tangannya menerima dasi yang Emer berikan. Tunangannya itu meminta ia untuk membantunya bersiap memakai stelan kerja.
"Aku akan bekerja di perusahaan Daddy tanpa digaji sama sekali." Emer memperlihatkan raut wajah yang begitu sedih dan tertekan. Tangannya bergerak cepat menahan tubuh Ruby yang tengah memasangkan dasi untuknya. "Tapi, aku akan mendapatkan gajiku darimu. Dan aku akan mengambilnya sekarang."
Emer menarik Ruby lebih dekat, sehingga wajah mereka hampir bersentuhan. "Aku tidak membutuhkan uang. Yang aku butuhkan adalah ini," bisik Emer seraya membawa bibirnya untuk menyentuh bibir Ruby.
Ruby melotot saat Emer akhirnya menyapu halus bibirnya. Jantungnya berdebar kencang, tidak bisa menolak tarikan Emer. Ruby membiarkan Emer menarik tubuhnya kian mendekat. Dan bisa merasakan ada sesuatu yang mencair di dalam hatinya.
Ciuman itu lembut dan penuh perasaan, membuat Ruby merasa seperti sedang berada di dalam mimpi. Ia membalas ciuman Emer dengan perlahan, dan semakin dalam, hingga mereka berdua tenggelam dalam kehangatan dan keintiman.
Ketika tautan bibir itu terpisah, Ruby seketika menunduk dengan wajah yang sudah memerah karena malu. Sedangkan Emer, pria itu tersenyum—ia merasa semakin yakin bahwa dirinya sudah jatuh cinta pada gadis virusnya.
*
*
*
"Wajahmu semakin memerah, Sayang."
"Emer! Berhenti menggodaku!"
Emer terkekeh. Mereka keluar dari dalam kamar setelah Ruby selesai membantu Emer bersiap dan tentunya Emer juga sudah selesai mengambil gajinya.
Langkah keduanya terhenti saat berpapasan dengan Rexi yang terlihat baru keluar dari dalam kamarnya.
Kakak pertama Emer itu memicing pada penampilan adiknya. Bukan pada pakaian formal yang Emer kenakan, tapi pada bibir Emer dan ia beralih pada Ruby.
Emer yang menyadari tatapan kakaknya itu reflek menarik Ruby untuk berdiri sedikit ke belakang, bersembunyi di balik tubuhnya.
"Tumben Kakak ada di rumah sepagi ini? Apa ada masalah?" tanya Emer pada Rexi, yang memang jarang sekali berada di rumah karena sibuk dengan perusahaan.
"Daddy memintaku untuk mencari Rie. Dan menyeretnya pulang."
"Bukannya Kak Rie sedang bekerja di perusahaan lain?" tanya Emer penasaran.
"Hm. Dan dia harus pulang untuk menghadiri pernikahanmu," kata Rexi dengan ekspresi datarnya.
Emer terkejut mendegar ucapan Rexi, wajahnya berubah menjadi cengo. "Pernikahanku?" Bukankah pernikahannya diundur oleh Reagan?
"Aku jadi menikah dengan Ruby, Kak?" tanya Emer pada Rexi yang mengernyitkan keningnya heran melihat tingkah adiknya.
"Ya. Lusa adalah hari pernikahanmu."
Kian melotot netra Emer saat mendegar jawaban kakaknya. "Lusa?! Pernikahanku dengan Ruby lusa?!" Seru Emer semakin tak percaya. Namun, ia langsung melompat dan memeluk Ruby yang ada di sampingnya saat melihat Rexi yang mengangguk.
"Yes! Akhirnya aku akan menikah denganmu, Sayang. Aku sudah tidak sabar!" Emer berucap dengan gembira, sudah tidak perduli lagi dengan keberadaan kakaknya maupun Ruby yang juga terkejut dengan reaksi Emer.
Bukannya mereka memang akan menikah lusa, heran Ruby dalam benaknya. Tapi ia hanya diam saat melihat Emer melampiaskan kegembiraannya atas kabar pernikahan mereka.
Rexi hanya bisa menggelengkan kepala melihat reaksi Emer yang berlebihan. Adiknya benar-benar kebelet kawin. Pria yang lengannya penuh dengan seni tato itu memilih berlalu, meninggalkan pasangan yang sedang berpelukan karena merasa bahagia ingin segera dikawinkan.
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃