“Bang*sat! Aku tak sudi seperti ini!” Teriakan seorang wanita menggema dalam sebuah rungan sunyi yang lembab.
Kedua bola matanya nampak mengeluarkan darah, bau amis menyengat sebagai bumbu pelengkap bertapa mengerikannya tempat tersebut.
Sang Bintang Fajar kini nampak berlumuran darah, dialah Iris. Seorang Putri dari keluarga Kaisar yang saat ini menjabat.
Dia menikah atas dasar cinta, namun cintanya tak semanis dongeng. Kini ‘cinta’ itu telah merampas segala yang dia miliki di dunia ini. Seluruh tubuhnya di pemuhi luka, tanpa mata, dengan lidah terpotong dan anak yang baru dia lahirkan, kini akan di bunuh.
Bagaimana jadinya bila Iris kembali ke masa dia masih bersama keluarganya? Simak kisah lengkapnya sekarang juga!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Kelancaran yang di rasakan oleh Black dan Iris seolah menjadi malapetaka bagi seorang Andrew Anderson, dia kini baru saja menerima kabar bila seluruh penyihir hitam yang di kerahkan untuk membunuh Black mati menjadi abu.
Prang!
Terdengar suara pecahan kaca yang begitu memekik telinga, di sana Andrew dengan wajah yang nampak memerah sudah tak bisa lagi menahan amarahnya.
“Apapun yang terjadi, aku harus membunuh mereka!” Gerutu Andrew, seringai tercipta dari bibirnya seolah dia menemukan jalan terang dalam buntu tingkahnya kala itu.
“Baik, bila itu yang kalian inginkan. Selamat menikmati, hahahah!” Tawa Andrew dengan sangat mengerikan.
Andrew membuka sebuah lorong rahasia yang membawanya pada lorong gelap, dia berjalan tanpa lentera hingga sampai di ujungnya setelah berjalan cukup lama.
“Aku akan pergi, tapi aku akan mengambil kembali apa yang aku inginkan. Hahaha!” Tawanya, dia menghilang dan lenyap begitu saja tak kala sampai di perbatasan kerajaan.
.
.
.
Sedangkan di sisi lain, setelah mendengar kepulangan Black. Iris yang berada di ruangan akademi langsung berlari, para murid yang menyaksikannya hanya terkekeh memaklumi.
“Pak, saya titip kelas ya!” Teriak Iris pada salah seorang guru sepuh yang justru menggeleng melihat sikap Tuan Putri tersebut.
Iris berlari menuju ke gerbang akademi dan terus berlari keluar, para penjaga yang melihatnya hanya mengikuti dari belakang. Sedangkan jarak antara akademi dan kediaman Duke Latvan memang tidak terlalu jauh, Iris berlari hingga sampai di depan kediaman Duke.
“Black!” Teriak Iris saat mendapati Black yang baru turun dari kudanya, Black tersenyum girang. Dia merentangkan tangannya, dan entah apa yang membuat Iris merasa ingin berlari. Namun Iris kala itu berlari dan memeluk Black dengan girangnya.
“Anda baik-baik saja Yang Mulia?” Tanya Black, Iris nampak mengangguk dalam pelukan itu. Aroma khas dari tanaman obat tercium dari pakaian Iris.
“Langsung ke sini ya dari kelas?” Tebak Black, Iris mengangguk lagi tak ingin melepaskan pelukannya. Sedangkan para Kesatria dan Penjaga yang menonton hanya memalingkan wajah mereka dengan senyum yang berusaha mereka sembunyikan.
“Aduh, gak ketemu sama Kakak tercinta perasaan gak seperti itu. Bahkan Iris tak pernah pulang ke Istana selama 2 minggu terakhir.” Ucap Pangeran Aslan yang baru saja tiba.
“Kakak, hem. Heheh, maaf kak.” Iris melepaskan pelukannya dan berbalik malu-malu, Aslan hanya dapat terkikik karena berhasil membuat Adik dan sahabatnya menjadi kikuk.
“Aku jauh-jauh datang dari Istana, apa gak ada makanan ya?” Tanya Pangeran Aslan tanpa sungkan apa lagi malu.
“Gak tau malu banget!” Sungut Iris pelan, Black mendengar gumaman tersebut dan hanya tersenyum saja.
“Kepala Pelayan mungkin telah menunggu kedatangan kami, anda sangat tahu bukan bila di kediaman ini tak ada Nyonya yang akan menyiapkan hal seperti itu?” Ucap Black terkekeh, Iris nampak terdiam. Namun tangannya langsung di genggam oleh Black kala itu.
Ruangan besar Black seolah memberikan kenyamanan tersendiri untuk Iris, meski tiga jari tengah Black mungkin setara dengan satu telapak tangan Iris. Namun kelembutan Black seolah mengena ke dalam sela-sela jari Iris.
“Ah aku lupa, baiklah aku tidak akan mengeluh untuk sementara. Tuan Duke aku punya rencana untuk menjodohkan ku saja dengan Putri Kaisar Riyue bagaimana?” Canda Pangeran Aslan, namun Black nampak marah.
Cring!
Black hendak menarik pedangnya, dengan tatapan yang tak kalah tajam dari pedangnya itu. Pangeran Aslan langsung tutup mulut saat Black tampak begitu marah.
“Bila anda berani melakukan itu, maka anda mungkin sudah siap kehilangan adik anda Yang Mulia.” Ucap Black, Iris mengangkat alisnya bingung.
“Hei, jangan bawa-bawa adikku tau!” Ucap Pangeran Aslan tak terima.
“Saya akan kawin lari bila sampai anda melakukan hal itu Pangeran, ingat baik-baik!” Gertak Black serius, niat bercanda malah membawa-bawa nyawa itu agaknya sudah membuat Pangeran Aslan juga terbawa amarah.
“Aku bilang jangan bawa-bawa adikku Blacky!” Gertak Pangeran Aslan lagi dengan sama keras kepalanya.
“Maka, jangan ikut campur urusan pernikahan ku kartu As!” Aslan terkekeh dan menepuk pundak Black berusaha menenagkan.
“Maaf-maaf aku hanya bercanda,” Ucap Pangeran Aslan mulai berusaha meredakan emosinya.
“Pernikahan itu bukan sebuah candaan, apa lagi diucapkan oleh seorang Pangeran. Saya akan menculik adik anda mulai sekarang!” Black menarik tangan Iris ke dalam pelukannya dan melangkah pergi menuju kediamannya.
“Astaga, sepertinya dia sudah kesurupan dewa bucin.” Ucap Aslan tepuk jidat, sedangkan Black tak peduli. Kecuali Iris, dia sama sekali tak menyangka bila Black akan melakukan hal seperti itu kepadanya.
“Apa anda mencintai saya Black?” Tanya Iris serius, Black berhenti sejenak.
“Di Kerajaan ini, adakah mereka yang tidak mencintai sosok anda Yang Mulia?” Tanya Black berusaha tenang.
“Bukan Yang Mulia, tapi Iris. Apa kau mencintai Iris, Black?” Tanya Iris lagi, Black tak menjawab.
“Saya belum siap ditolak, meski pernikahan akan terjadi. Tapi saya masih belum ingin mendengar penolakan dari anda, jadi saya mohon izinkan saya seperti ini Iris?” Ucap Black, Iris terdiam mulai mencerna ucapan Black.
“Kenapa anda berpikir seperti itu?” Tanya Iris bingung. Black enggan menjawab, dia menempelkan jemari kecil Iris di pipinya.
“Jangan tanya lagi ya?” Pinta Black, Iris mengangguk patuh dan mengusap pipi Black yang nampak sedikit kotor.
“Saya akan mandi terlebih dahulu, anda dan Yang Mulia Pangeran datang langsung ke ruang Tamu.” Ucap Black, Iris mengangguk sedangkan Pangeran Aslan yang diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka merasa miris pada sahabatnya sendiri.
“Kasihan sekali Black, ternyata dia takut di tolak. Memang benar-benar polos dia itu!” Gumam Pangeran Aslan, dia berlalu mengajak Iris ke ruang tamu.
Sedangkan Black yang masuk ke dalam kamarnya nampak sangat bahagia, namun dia juga merasa kecewa akan dirinya sendiri. Dia tak pernah berani mengatakan apapun mengenai apa yang dia rasakan, dia tak dapat mengeluh bila dirinya memang kesepian.
Menjadi yatim piatu yang dibesarkan oleh keluarga Kaisar memanglah sebuah anugerah tersendiri, namun selama ini dirinya selalu di medan perang. Seringkali otaknya berfantasi akan hal yang wajar bagi seorang pria, dia membayangkan hal kotor dan menjijikan.
“Apa aku seme*sum itu?” Tanya Black pada dirinya sendiri. Sejak dia mengalami puber, dia memang sering membayangkan sang Putri yang melakukan hal panas bersamanya. Namun itu hanya bayangan saja, dia juga sejenak membayangkan hal kotor saat Putri memeluknya tadi.
Alangkah bahagianya bila Iris juga mencintainya, bukan menganggap Black sebagai penjaganya saja. Black ingin di cintai, pantaskah Black mengemis cinta pada Putri Iris? Black mungkin bisa, namun dia tak sanggup bila harus mendengar sebuah penolakan dari sang Putri.
Dia terlalu cinta pada Iris hingga tak ingin membuat retakan yang akan membuat renggang hubungan mereka. Black ingin agar Iris tetap tersenyum dan dapat sama seperti itu padanya, hanya sebuah pelukan saja sudah cukup, pikir Black.