Dendam Sang Putri

Dendam Sang Putri

Bab 1

Clep!

“AAA!” Hening sejenak setelah teriakan yang seolah membelah bumi sunyi kala itu, di luar amat gelap karena malam sudah sangat larut.

“Kakak!” Teriaknya, dia membulatkan kedua matanya. Menyaksikan bagaimana sang Kakak tercintanya kini kepalanya telah terpisah dari badan.

Kepala itu menggelinding hingga mentok di depan jeruji besi, seorang wanita yang baru saja melahirkan di balik jeruji besi itu kini menangis kian menjadi.

“Hahaha, ini salahmu sendiri. Asal kau tahu, matipun kau adalah milikku!” Ungkap seorang pria yang berlumuran darah setelah memenggal sosok yang tak lain adalah Kakak iparnya sendiri.

“Kau lebih keji dari binatang Andrew!” Pekik wanita tersebut, dia menatap Andrew Anderson yang merupakan suaminya sendiri.

Iris Valentino, seorang wanita mulia yang berasal dari keluarga Kerajaan dan Putri tercinta dari sang Raja pada akhirnya bernasib sangat mengerikan. Selama ini Iris selalu berada di dalam Istana dan tak pernah menampakkan dirinya ke depan publik.

Iris menjadi wanita suci dengan kemampuan ilahinya yang tak terbatas, dia dicintai oleh seluruh saudaranya dan ibu sambungnya. Namun siapa sangka, malapetaka datang saat sosok pria rupawan menarik hati Iris untuk jatuh cinta.

Untuk pertama kalinya Iris menyakiti hati keluarganya, dia pergi dari Istana dan akhirnya menikah dengan pria pilihannya sendiri. Pria di hadapannya saat inilah pria yang di pilih Iris dengan sepenuh hati.

“Ambil darahnya!” Perintah pria itu, benar. Iris memiliki kemampuan ilahi yang sangat besar, bahkan darahnya mampu membangunkan seseorang dari gerbang kematian. Namun hal itu justru menjadi malapetaka bagi Iris, suaminya yang mengetahui kebenaran itu menjadi sangat terobsesi dan pada akhirnya terus menyakiti Iris demi mendapatkan darahnya.

Hingga sebuah buku sihir menjelaskan bila siapapun yang berhasil memakan jantung dua wanita suci, maka dia yang mengkonsumsinya akan memiliki hidup abadi.

Dengan hal tersebut, Andrew semakin terobsesi dan pada akhirnya dia menghamili Iris dan lahirlah seorang putri yang akan dia ambil jantungnya, bersamaan dengan jantung Iris.

Setelah membunuh putrinya sendiri, Andrew pada akhirnya membunuh istrinya juga. Dan begitulah akhir dari kisah Iris yang sangat malang.

Di depan mata Iris, dia melihat putri kecil yang baru dia lahirkan di penggal dan di ambil jantungnya. Di depan mata Iris pula, dia melihat Andrew yang merupakan ayah dari Putrinya kini memakan jantung anaknya sendiri.

"Ib*lis kamu Andrew! Neraka Pun tak akan cukup untuk menghukum mu!" Pekik Iris sekali lagi, benci dan rasa hina serta derita yang di rasakan Iris seolah menghancurkan seluruh isi bumi.

"Ambil matanya!" Perintah Andrew tanpa rasa kasihan, beberapa pengawal yang kasihan melihat Iris nampak enggan.

Cres!

Andrew memenggal salah satu bawahannya yang nampak mundur, tubuh Iris sudah tak takut lagi akan kematian. Dia sudah menderita amat banyak, bahkan kematian lebih baik bagi Iris kala itu.

"Bang*sat kau Andrew!" Andrew tanpa rasa kasihan mencongkel kedua bola mata istrinya sendiri dan tertawa seperti orang gila.

Darah mengalir dari bekas mata Iris, Iris bergumam dan bersumpah dalam hati bila dia akan kembali lagi.

Andrew tertawa terbahak-bahak dan memenggal kepala Iris di hadapan para pengawalnya sendiri, senyap kala itu. Hanya tawa Andrew yang terdengar, hingga tak lama kemudian suara langkah kaki yang begitu tegas terdengar.

"I-iris?" Sebuah suara bergumam dari pojok ruangan, pedang yang berlumuran darah nampak dia pegang sekuat tenaga.

"Oh, Black kau datang juga. Hahah, bagaimana menurut mu? Hahah!" Tawa Andrew, sosok yang dipanggil Black itu menggenggam pedangnya dan berteriak histeris.

Dia memb*antai seluruh manusia di tempat itu, dengan air mata darah yang mengalir dia mengecup kening Iris yang telah terpisah dari badan.

"Meski aku dari zaman modern, tapi aku tetap tak dapat menyelamatkan mu Iris. Maafkan aku!" Ucapnya dengan penuh penyesalan.

.

.

.

“Aaa!” Teriak seorang wanita di dalam sebuah kamar yang hangat, sinar mentari menyelusup masuk ke sela-sela jendela kamar tersebut.

“Akhirnya anda bangun juga, Iris.” Sebuah senyuman hangat dari sosok berambut pirang dengan mata biru yang tenang membuat sosok yang dipanggil itu menangis seketika.

“Kakak!” Dia berteriak dan memeluk pria tersebut dengan air mata berlinangan, sedangkan pria itu yang tak lain adalah sang Putra Mahkota melongo dan sangat terkejut.

“Iris, anda tidak apa-apa hem?” Tanyanya lembut, dia mengusap kepala Iris dengan penuh kasih sayang. Pangeran Mahkota dapat merasakan dengan jelas bagaimana tubuh adiknya yang bergetar hebat karena rasa takut.

“Kak, jangan tinggalkan aku. Aku mohon, jangan bangunkan aku Kak, ja-ngan!” Suara Iris terdengar sangat lemah dan terbata, di iringi dengan isak yang menyeruak ke telinga seolah menjadi pilu yang amat menyakitkan.

“Astaga Iris, apa adikku ini mimpi buruk selama pingsan?” Pangeran Mahkota melepaskan pelukan erat tersebut, dia menghapus air mata Iris yang terus mengalir tiada henti.

Aslan Valentino, satu-satunya saudara sedarah Iris. Aslan adalah Pangeran dari Kerajaan Kejora, memang terdengar aneh nama kerajaannya. Pada dasarnya, Kerajaan tersebut adalah awal mula adanya terang saat perang manusia melawan monster terus bergejolak. Kerajaan tersebut pula, tempat berlindung para manusia yang paling aman.

“Kak, ini di mana?” Tanya Iris, dia melihat sekeliling yang terasa begitu hangat. Aslan nampak terkekeh dan mengecup kening adiknya itu.

“Inikan kamar Iris, apa Iris melupakan kamarnya sendiri?” Ucap Aslan dengan senyuman khas yang hangat itu.

Iris merenung sejenak, Iris ingat bila dia memang pernah memiliki kamar sehangat itu sebelumnya. Kamar yang begitu teduh namun sangat nyaman.

“Kak, a-apa yang terjadi?” Tanya Iris mulai merasa bingung dengan keadaan yang menimpanya, meski air matanya tak berhenti mengalir begitu saja. Namun dia juga membutuhkan informasi dengan apa yang baru saja terjadi kepadanya.

“Haaah, apa Iris benar tidak apa-apa? Meski dokter telah memastikannya, tapi aku jadi sedikit ragu.” Ucap Aslan menghela nafas berat, Iris menghapus air matanya dan menatap Aslan dengan lembut.

“Feet, baiklah aku tahu. Adikku ini hanya sedang bingung saja saat inikan?” Tanyanya dengan sedikit menahan tawa, Iris tersenyum lembut.

“Tunggu disini sebentar,” Ucap Aslan, dia keluar dari kamar Iris dan kembali bersama sosok pria yang mengenakan topeng.

Iris ingat dia, dia adalah ajudan sang Kakak bernama Black. Kata orang-orang dia memiliki wajah yang mengerikan itulah mengapa dia menutupinya dengan topeng, namun Iris tahu betul bila pria itu adalah sosok yang amat setia dan juga memiliki sisi yang tak pernah diketahui oleh siapapun.

“Halo Black, apa kucing putih itu telah ditemukan?” Tanya Iris dengan senyuman, Black nampak menunduk.

“Terimakasih atas kepedulian anda Yang Mulia, saya telah memberinya rumah di belakang Istana.” Iris terkikik geli, begitupun dengan Aslan. Namun orang selanjutnya yang masuk membuat mata Iris langsung terbelalak.

“Ini orang yang menolong Iris saat itu, namanya Andrew Anderson.” Ucap Pangeran Mahkota, Iris langsung merasa lemas. Dia ingat dengan kejadian di mana saat dia jatuh dari tebing, saat Iris baru saja pulang dari Kuil Suci.

Tubuh Iris yang bergetar membuat Aslan waspada, dia tak pernah melihat adiknya merasa begitu ketakutan hingga membuat sekujur tubuh Iris memancarkan rasa takut.

Itu juga kali pertama pertemuan antara Iris dan Andrew, Iris memang ingat dengan rambut hitam yang menyelamatkannya. Namun didunia ini bukan hanya Andrew yang berambut hitam, bagaimana bisa dulu Iris begitu yakin bila pria itu yang menyelamatkannya?

“Hem, kepalaku sangat sakit Kak. Bisakah Kakak saja ya-”

Nyuut!

Bruk!

Iris terjatuh dari ranjang, namun kala itu sosok yang menangkapnya bukan Andrew ataupun Aslan. Iris terbelalak dan akhirnya mata mereka saling bersitatap.

Mata coklat terang yang nampak begitu khawatir, dan rambut hitam itu seolah membuat Iris teringat akan sesuatu. Iris menurunkan pandangannya hingga dia dapat menangkap hal yang membuat dia ingin tertawa tapi juga menangis.

Sebuah ta*hi lalat di leher pria itu tak akan Iris lupakan, karena orang yang menyelamatkannya juga memiliki hal serupa.

“Iris!” Pekik Aslan melihat sang adik yang terjatuh, Iris kembali tersadar dari lamunannya dan mengingat kembali hal buram itu. Wajah orang yang menyelamatkannya, Iris mengulurkan tangannya hendak meraih topeng Black.

Black terkejut, dia langsung menghentikan tangan Iris dan akhirnya keyakinan Iris makin besar. Tangan Black di penuhi luka kala itu, Iris tersenyum kecut dan Black nampak sedikit terkejut dengan sikap Iris.

“Anda baik-baik saja Yang Mulia?” Tanya Black gugup karena saat itu, Iris tengah duduk di atas pangkuannya.

“Saya baik-baik saja.” Pangeran Mahkota membantu Iris untuk bangkit dan kembali berbaring. Iris memperhatikan Black dengan seksama, nampak samar namun telinga pria itu nampak memerah.

Terpopuler

Comments

Murni Dewita

Murni Dewita

👣

2024-09-27

0

Dewi Ansyari

Dewi Ansyari

Ternyata Black orang yg menyelamatkan iris bukan Andrew

2024-09-19

2

CaH KangKung,

CaH KangKung,

👣👣

2024-09-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!