Kihana Betaria Lutfi terpaksa menerima perjodohannya dengan pria yang sangat ia benci.
Ayahnya mengatakan jika keluarga nya memiliki hutang pada keluarga Dude yang tidak bisa di lunasi dan keluarga Dude menginginkan Hana menjadi istri dari anak pertama mereka bernama Reynan Dude yang juga merupakan guru di tempat Hana sekolah.
Pernikahan mereka di rahasiakan dari seluruh guru dan pihak sekolah karena Hana tidak ingin di keluarkan dari sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Aku tidak mau!" tolak Hana, ia mendorong majalah tersebut dan kembali menyandarkan punggungnya di kursi.
"Baiklah, aku akan meminta papi untuk memecat ayahmu sekarang juga dan menagih hutangnya dengan tenggat waktu 3 hari." Ancam Rey sambil meraih ponselnya diatas meja.
Mendengar hal itu hati Hana mendadak ketar-ketir.
"Memangnya berapa sih hutang papa? Aku bisa mencicilnya jika nanti aku sudah bekerja. Aku berjanji tidak akan kabur!"
"Kau yakin, bahkan seumur hidup mu bekerja untuk membayar hutang papa mu tidak akan pernah bisa melunasinya." Kata Rey menantang.
Hana meneguk ludahnya. "Ya be-berapa! Cepat katakan jadi aku bisa menimbangnya!" kata Hana.
"Seratus milyar!" kata Rey berbohong.
Mata Hana membulat mendengar perkataan Rey. "Hah! Impossible, aku tau bapak bohong kan. Haha, mana mungkin papa memiliki hutang 100 milyar. Untuk apa uang sebanyak itu. Selama ini hidup kami cukup sederhana." Kata Hana sambil tertawa, ia yakin itu hanya akal-akalan Rey agar ia mau menerima perjodohannya.
"Papa mu salah menandatangani perjanjian kerja sama. Ia sudah merugikan rumah sakit Dude Medika dengan menandatangani dokumen yang salah, sehingga menyebabkan perusahaan papi ku merugi seratus milyar." kata Rey lagi. Sebenarnya hanya merugi satu milyar, ia melebih-lebihkan agar Hana tidak menolak perjodohan mereka.
Hana menatap Rey dengan mata berkaca-kaca. Ia meminta belas kasihan pada Rey untuk tidak memecat papa nya.
Jujur saja melihat wanitanya akan menangis membuat hati Rey serasa di remat. Ia tak sanggup tapi ia tetap pada pendiriannya. Memaksakan kehendaknya agar Hana mau menikah dengannya.
"Ba-baiklah, tapi tolong jangan pecat papa." kata Hana lirih.
"Bagus, aku suka gadis penurut. Jadi mulai sekarang menurut lah jika tidak ingin aku melakukan hal yang akan merugikan keluargamu." kata Rey tegas.
Akhirnya Hana menarik kembali majalah yang sempat ia sodorkan. Ia mulai memilih berlian yang ia sukai. Jujur saja sebagai seorang wanita yang feminim, Hana tentu terpana melihat semua model perhiasan dari katalog itu. Sebagaimana wanita normal pada umumnya.
Setelah memilih perhiasan yang diinginkan, Hana memberi tahukan pada Rey.
"Aku pilih yang ini pak!" kata Hana pelan sambil menunjuk gambar kehadapan Rey.
Rey hanya menatap sekilas lalu kembali fokus mengoreksi pekerjaan muridnya.
"Hmm!" jawabnya singkat.
Hana menghembuskan nafas pelan dan hanya menatap Rey yang sedang fokus memberi nilai.
"Sebenernya pak Rey ganteng, tapi menyebalkan. Coba aja kalo yang di jodohkan sama aku itu pak Nino pasti aku nggak akan menolak. Haha pak Nino!" Hana membandingkan Rey dan Nino di dalam benaknya hingga membuatnya senyum-senyum sendiri. Dan hal itu tentu tak luput dari perhatian Rey.
Sejak tadi Rey memang sesekali mencuri pandang kearah Hana. Entah apa yang Hana pikirkan hingga membuat Hana tersenyum Rey tak tau.
"Ehem!" Reynan berdehem untuk mengambil atensi Hana. Tapi ternyata Hana seperti tidak mendengarnya hingga membuat Rey gemas.
"Hana!" panggil Rey dengan lantang.
"Ya pak Nino-" jawab Hana, setelah melihat wajah Rey di depannya Hana langsung menutup mulutnya sendiri menggunakan sebelah tangannya.
Rey mengangguk paham ternyata sejak tadi Hana memikirkan Nino. Guru bahasa inggris yang khusus mengajar kelas 12.
"Apa pantas seperti itu? Kamu sedang bersama calon suamimu, tapi malah memikirkan pria lain?"
Mendengar perkataan Rey, Hana mencebik kesal. "Iya maaf!" putus Hana pasrah. Ia tak ingin memperpanjang masalahnya dan Rey. Karena tau jika dirinya pasti tidak akan pernah menang melawan Rey.
"Waktu istirahat masih 15 menit lagi, kamu mau makan apa biar aku pesankan?" kata Rey menawarkan. Sebenarnya ia lapar karena belum makan siang, Rey ingin makan dengan di temani Hana.
"Saya pengen makan di kantin pak, kalau begitu saya keluar dulu ya pak!" Hana bangkit dari tempat nya duduk namun segera di tahan Rey.
"Tunggu! Aku ikut!" kata Rey seraya bangkit dari tempat duduknya.
Hana merasa bingung harus bagaimana. Tidak mungkin ia berjalan menuju kantin bersama dengan guru yang sering ia gadang-gadang sebagai satu-satunya guru yang sangat ia benci.
Apa kata orang-orang, bahkan seluruh murid di Prestasi international school hampir semua mengetahui jika Hana sangat membenci Reynan guru fisika itu.
"Hei, ayo! Katamu mau ke kantin!" Suara dingin Rey membuyarkan lamunan Hana yang sejak tadi sudah berdiri di belakang pintu.
Hana menelan ludahnya dan mengerjapkan matanya. "Ba-pak serius mau makan di kantin. bukannya bapak nggak suka ya makan di kantin?" tanya Hana sedikit gugup karena Rey berdiri tepat di depannya.
Hana harus mendongakkan wajahnya karena tubuh Rey yang tinggi.
"Banyak omong, keburu bel berbunyi. Aku sudah lapar!" sentak Rey lalu memegang tangan Hana lembut dan membuka pintu ruangannya.
Rey menggandeng tangan Hana menuju kantin setelah mengunci pintu ruangannya. Banyak pasang mata yang melihat Rey berjalan bergandengan tangan dengan Hana.
Mereka semua tau jika keluarga Hana dan Rey berhubungan. Tapi tetap saja membuat mereka semua syok. Pasalnya mereka sangat tau jika Hana sangat membenci Rey.
Rey sama sekali tidak perduli dengan tatapan para siswa nya akan dirinya yang menggandeng tangan Hana. Tapi tidak dengan Hana, sepanjang jalan Hana hanya menunduk melihat pergerakan kakinya dan Rey diatas lantai kramik.
Hana merasa tidak punya muka saat ini, dalam hatinya mengumpat Rey yang sudah keterlaluan, memperlakukannya seenaknya tanpa mempertimbangkan perasaanya.
Saat sudah sampai di kantin, Rey mengajak Hana berdiri di meja prasmanan yang menyediakan menu makan siang untuk semua pihak sekolah. Baik murid ataupun guru bebas mengambil makanan yang di sediakan kantin sekolah. Semua makanan ini gratis karena para siswa sudah membayar biaya sekolah yang tidak murah.
"Cepat ambil makananmu, sebentar lagi bel masuk berbunyi. Apa bisa kenyang dengan terus menatap lantai begitu!" kata Rey ketus karena kesal melihat Hana hanya menunduk.
Hana langsung mendongak dan melihat Rey yang menatapnya tajam. "Ish, aku malu jalan bareng sama bapak ke kantin tau nggak?" protes Hana kesal. Akhirnya hatinya lega bisa mengeluarkan unek-uneknya.
Rey mendecih lalu mengambil piring bersih yang di sediakan dan mulai mengisi piring itu dengan makanan yang tersedia. Ia sama sekali tidak perduli dengan protes yang Hana tujukan.
Hingga sampai ia selesai mengambil semua menu, Hana masih terpaku di tempatnya sambil menatap Rey dengan tatapan permusuhan. Tapi Rey sama sekali tidak memperhatikan Hana, ia mencari tempat untuk duduk dan mulai menyantap makanannya.
"Dasar guru gilak!" umpat Hana kesal dan menghentakkan kakinya.
Hana pergi dari meja prasmanan menuju meja yang menyediakan makanan ringan. Hana mengambil satu mangkuk salad buah juga segelas susu. Ia masih kenyang setelah makan banyak saat istirahat pertama tadi.
Hana duduk di tempat yang jauh dari Rey dan bergabung dengan Anton, Leo dan Sean. Sean sangat senang karena Hana duduk di meja bersamanya.