Kaiya Agata_ Sosok gadis pendiam dan misterius
Rahasia yang ia simpan dalam-dalam dan menghilangnya selama tiga tahun ini membuat persahabatannya renggang.
Belum lagi ia harus menghadapi Ginran, pria yang dulu mencintainya namun sekarang berubah dingin karena salah paham. Ginran selalu menuntut penjelasan yang tidak bisa dikatakan oleh Kaiya.
Apa sebenarnya alasan dibalik menghilangnya Kaiya selama tiga tahun ini dan akankah kesalapahaman di antara mereka berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Rapat akhirnya selesai. Isi rapat tadi membahas tentang festival kampus yang akan diadakan bulan depan. Dan semua anggota club tersebut telah mendapatkan bagiannya masing-masing. Lory, Kaiya dan satu teman mereka lagi yang biasa dipanggil Tita dapat tugas cari pemain musik yang akan tampil di festival nanti.
Lory dan Tita terlihat sangat antusias. Berbanding terbalik dengan Kaiya. Gadis itu tak ada gairah sama sekali. Apalagi baginya tugas itu berat. Ia tidak pandai bergaul sekarang. Berada di banyak orang saja dia risih, apalagi mengerjakan tugas seperti itu. Alhasil, Kaiya memutuskan melarikan diri ketika Lory dan Tita asyik berbincang.
Kaiya lebih memilih menyendiri di belakang kampus. Tentu saja karena dirinya lebih menyukai ketenangan. Gadis itu duduk di bawah pohon besar sambil bersandar di dinding pohon tersebut. Ia merenung, memikirkan kenangan lamanya bersama para sahabatnya. Sesekali gadis itu tersenyum. Lalu senyum itu akan berubah menjadi sebuah senyuman sedih. Karena Kaiya tidak berani lagi berharap persahabatan mereka akan kembali seperti dulu.
Dia sendiri yang membuatnya. Jadi dia sendiri yang harus menerima resikonya. Kaiya mendesah berat. Tampaknya Jiro yang paling membencinya sekarang. Seperti tadi, pria itu memperlakukannya dengan ketus dan cukup kasar. Kalau Darrel belum terbaca. Tapi Kaiya bisa merasakan lelaki itu tidak membencinya. Ia selalu tersenyum saat tidak sengaja tatapannya berpapasan dengan Kaiya.
Naomi sendiri, Kaiya tahu sahabatnya yang satu itu adalah gadis yang baik dan dewasa, tidak membencinya sama sekali. Hanya saja, posisinya sekarang berada di situasi yang serba salah. Sama seperti Darrel. Kaiya bisa memahaminya.
Terakhir Ginran, Kaiya tidak tahu bagaimana dengan pria itu. Yang jelas tadi, Ginran sangat cuek dan tidak meliriknya sedikitpun. Apa Ginran benar-benar sudah melupakannya sekarang? Gadis itu tersenyum pahit. Apa yang kamu pikirkan Kaiya. Kamu jelas-jelas sudah menyakiti dan menyia-nyiakan seorang laki-laki baik seperti Ginran, dan sekarang masih berani berharap lebih?
"Ginran, tunggu!"
suara itu menghentikan lamunan Kaiya. Ia berbalik dan menatap dari balik pohon ke arah datangnya suara tadi. Ia pikir dirinya salah dengar, ternyata tidak.
Ginran berjalan cepat tidak menghiraukan gadis yang mengikutinya dari belakang tersebut. Gadis itu tidak asing di mata Kaiya. Kaiya terus mengamatinya dengan saksama. Mengingat di mana pernah bertemu dengan gadis itu. Ah, ya! Perempuan itu adalah salah satu senior yang tidak sengaja di tabrak olehnya beberapa waktu lalu. Kaiya tidak tahu namanya tapi wajahnya ia ingat dengan jelas. Cewek itu terus memandangi mereka diam-diam dari balik pohon.
Kali ini Ginran menghentikan langkahnya dan berbalik menatap senior yang mengikutinya tersebut. Tangan pria itu ia letakkan di saku celananya sambil menatap cewek yang entah siapa namanya itu dengan wajah datar khasnya. Wajah Ginran itu memancarkan keangkuhan yang sempurna.
"Katakan sekarang." suaranya tak kalah datar dari wajahnya. Kaiya bisa mendengar jelas karena jaraknya dari mereka tidak terlalu jauh.
"Gb... Gue pengen ngajak lo dinner bareng malam ini. Mau nggak?" Sandra menatap Ginran penuh harap. Meski merasa malu, tapi ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Sudah berkali-kali ia menunjukkan rasa sukanya terang-terangan ke Ginran dengan bahasa tubuhnya, tapi sama sekali tidak ada respon. Makanya hari ini setelah melihat ada kesempatan, ia langsung memakai kesempatan tersebut. Buat Sandra sendiri, laki-laki idaman banyak perempuan seperti Ginran ini harus secepat mungkin dikejar. Kalau tidak orang lain akan mengambilnya.
Dalam hati Sandra sudah berbunga-bunga. Ia begitu percaya diri kalau Ginran akan mengiyakan permintaannya tadi.
"Cari yang lain aja. Gue nggak pernah makan sama cewek yang nggak dekat sama gue. Terutama gue nggak tertarik sama lo." balas Ginran to the point, suaranya tetap datar dan terkesan dingin. Perkataan tersebut jelas langsung mematahkan semangat Sandra. Senyum lebar diwajahnya seketika berubah menjadi raut wajah kecewa. Kalimat terakhir Ginran makin membuat Sandra kecewa
Ginran tidak tertarik padanya? Kenapa? Padahal dia termasuk salah satu perempuan terpopuler di kampus ini setelah Naomi. Wajahnya cantik, bahkan banyak pria yang mengejarnya.
"Ginran, gue sebenarnya ..." Sandra menggantung ucapannya. Tapi ia sudah tahu ucapan selanjutnya yang akan ia katakan. Ia tidak akan menyerah hanya karena Ginran bilang tidak menyukainya. Ia yakin kalau dia gigih, pria itu pasti akan membalas cinta sepihaknya. Seperti yang sering terjadi di film-film.
"Gue udah suka lo sejak lama. Gue pengen kita pacaran. Lo mau nggak?" kata Sandra lagi menghilangkan semua rasa malunya. Lagipula tidak ada orang di sini, hanya mereka berdua. Ia tidak melihat ada seseorang yang tengah mengamati mereka dari balik pohon.
Sementara Ginran yang mendengar ucapan Sandra tak ada respon apa-apa. Ia tidak menyukai gadis itu, sedikitpun tidak. Hatinya sudah ditempati oleh gadis lain, dan itu tidak akan pernah berubah. Meski hubungan mereka sekarang ini tidak baik, bukan berarti ia sudah melupakan gadis itu begitu saja. Kalau segampang itu melupakan seseorang yang dia cintai dengan tulus, tidak mungkin seorang Ginran yang dulunya selalu lembut dan ramah pada semua orang berubah menjadi sedingin ini pada semua perempuan.
Sepenting itulah Kaiya di hati Ginran. Ia tidak bisa berbuat apa-apa dengan perasaannya. Bahkan meski Kaiya menyiksanya seperti ini, hatinya tetap dipenuhi oleh gadis itu. Sekeras apapun ia ingin melupakan, tetap saja tidak bisa.
"Kalo lo mau pacaran, cari saja pria lain. Gue sama sekali nggak tertarik sama lo." tolak Ginran langsung lalu berbalik hendak pergi dari situ.
"Lo suka cewek lain?" tanya Sandra dengan suara bergetar. Hatinya sakit karena Ginran langsung menolaknya tanpa berpikir dua kali.
Lalu di antara keheningan itu, suara dering ponsel tiba-tiba berbunyi. Ginran menghentikan langkahnya dan menoleh ke asal suara dari balik pohon. Sandra ikut menatap ke sana tapi tidak tertarik dengan si pemilik hape yang berdering itu. Ia lebih perlu mendengar jawaban Ginran.
Sementara itu dari balik pohon, Kaiya mengutuk dirinya dalam hati. Kenapa ponselnya harus berbunyi di situasi begini sih? Bagaimana kalau ia ketahuan menguping? Gadis itu cepat-cepat mematikan ponselnya sambil tangannya saling meremas. Tiba-tiba ia merasa gugup. Ia takut ketahuan oleh Ginran.
Dari tempatnya berdiri, Ginran memang tidak bisa melihat siapa orang yang sedang bersembunyi di balik pohon besar itu. Tapi ia bisa lihat sepatunya. Ia kenal siapa pemilik sepatu itu. Sudut bibir pria terangkat, ia tersenyum tipis terlihat seperti menyeringai.
"Ginran, jawab gue." ujar Sandra lagi. Ia tidak suka melihat Ginran yang lebih tertarik pada seseorang yang sembunyi dibalik pohon, entah cowok atau cewek. Ketika Ginran kembali menatapnya, ekspresi pria itu kembali datar.
"Gue emang suka seseorang. Tapi lo nggak berhak tahu. Pergilah, jangan uji kesabaran gue." katanya tegas. Sandra tidak rela mendengarnya tapi gadis itu tetap berbalik pergi. Ia akan mencari kesempatan lain membuat Ginran tergila-gila padanya.
Setelah Sandra benar-benar menghilang dari tempat itu, Ginran menoleh lagi ke pohon besar tempat Kaiya bersembunyi. Cowok itu berjalan cepat ke sana ketika melihat Kaiya siap-siap melarikan diri.
"Mau kemana, udah puas ngupingnya?"
kl kyk ginran naomi apalagi jiro, mereka kyk bukan teman, tp org lain yg hanya melihat "luar"nya saja
2. teman d LN