Ketika Akbar tiba-tiba terbangun dalam tubuh Niko, ia dihadapkan pada tantangan besar untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang sama sekali berbeda. Meskipun bingung, Akbar melihat kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih baik sambil berusaha mempertahankan identitasnya sendiri. Dalam prosesnya, ia berjuang meniru perilaku Niko dan memenuhi harapan keluarganya yang mendalam akan sosok Niko yang hilang.
Di sisi lain, keluarga Trioka Adiguna tidak ada yang tau kalau tubuh Niko sekarang bertukar dengan Akbar. Akbar, dalam upayanya untuk mengenal Niko lebih dalam, menemukan momen-momen nostalgia yang mengajarinya tentang kehidupan Niko, mengungkapkan sisi-sisi yang belum pernah ia ketahui.
Seiring berjalannya waktu, Akbar terjebak dalam konflik emosional. Ia merasakan kesedihan dan penyesalan karena mengambil tempat Niko, sambil berjuang dengan tanggung jawab untuk memenuhi ekspektasi keluarga. Dengan tekad untuk menghormati jiwa Niko yang hilang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Farhan Akbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Miniatur Kerajaan
Scene: Halaman Depan Sekolah
Akbar: “Buset dah, ini sekolah apa, sekolah gede bener!”
ia terkejut melihat gedung sekolah yang megah dengan desain modern dan fasilitas keren di sekelilingnya. Suasana ramai dengan para siswa dan siswi yang berdatangan, bikin dia merasa bersemangat sekaligus sedikit cemas.
Akbar: (dalam hati) Gila, ini pasti tempatnya para elite. Gue harus siap-siap.
Setelah Mang Toing pergi, Akbar melangkah masuk melalui halaman sekolah yang besar. Rasanya kayak masuk ke dunia yang berbeda.
Dia melirik sekelilingnya dan terpesona oleh bangunan megah yang bergaya arsitektur Eropa, dipadu dengan nuansa alam yang asri.
Taman-taman hijau terawat rapi, pepohonan rindang, dan bunga-bunga yang bermekaran bikin suasana semakin sejuk dan nyaman.
Akbar: (dalam hati, menggelengkan kepalanya) “Crazy people, ini tempatnya asik banget!”
Dia mengedarkan pandangannya, melihat siswa-siswa lain yang berjalan dengan percaya diri.
Beberapa dari mereka mengenakan seragam dengan gaya modis, sambil bercanda dan tertawa. Akbar merasakan campur aduk antara pesona dan kecemasan.
Senyuman mereka dan semangat yang terpancar membuatnya semakin bertekad untuk beradaptasi dan menjadikan hari ini sebagai awal yang baik.
Pakaian para siswa laki-laki di sekolah itu tampak sangat teratur dan modis. Rata-rata mereka mengenakan celana chino berwarna krem dipadukan dengan kemeja biru dongker atau biru langit yang rapi. Beberapa siswa terlihat lebih formal dengan jas yang elegan, sementara yang lain memilih celana biru dongker yang juga sangat stylish.
Tak luput, semua siswa menggunakan dasi biru yang serasi, menambah kesan profesional dan terampil. Logo baju sekolah mereka tersemat pada bros yang ciamik dan elegan, menunjukkan kebanggaan terhadap identitas sekolah.
Akbar memperhatikan detail ini dengan rasa kagum. “Wah, mereka semua kelihatan rapi banget,” pikirnya, “ini pasti sekolah yang sangat memperhatikan penampilan siswanya.”
Sedangkan untuk para siswi, mereka mengenakan rok mini berwarna biru langit yang anggun, dipadukan dengan kemeja putih yang menawan layaknya blazer. Beberapa di antaranya memilih gaun putih yang sederhana namun elegan, sementara yang lain tampil ceria dalam gaun biru langit, lengkap dengan pita biru yang lucu di rambut mereka.
Akbar tak bisa menahan diri untuk mengagumi penampilan mereka. Mereka tampak imut dan cantik-cantik, berjalan dengan penuh percaya diri di antara kerumunan.
Akbar: (dalam hati) “Luar biasa! AMAZING!” Melihat keindahan dan kecantikan ini membuatnya semakin bersemangat.
Rasa antusiasme mengalir dalam dirinya. Dia tahu, di tengah semua keindahan ini, dia harus menemukan cara untuk bersinar.
Dengan senyum lebar dan tekad yang kuat, Akbar melangkah maju, siap menjelajahi dunia baru yang penuh dengan pesona dan tantangan.
Saat Akbar melangkah lebih jauh ke dalam sekolah, dia mendengar suara bisik-bisik dari sekelompok wanita di dekatnya. Mereka saling menatap sambil tersenyum, terlihat excited.
Wanita 1: “Lihat itu, Kak Niko! Sepertinya dia.”
Wanita 2: “Iya, bener! Ganteng banget ya!”
Akbar merasa sedikit canggung mendengar obrolan mereka. Dia tahu bahwa mereka mengacu padanya, dan meskipun dia berusaha terlihat santai, hatinya berdebar.
Akbar: (dalam hati) Wow, jadi aku udah punya fans? Gila, ini baru pertama kali!
Dia mempercepat langkahnya, sedikit bingung dengan perhatian yang tiba-tiba mengarah kepadanya. Meski senang, dia juga merasakan beban baru yang harus dipikul.
Niko Trioka Adiguna
Setiap langkah yang diambil Akbar seolah membuatnya merasa tampan, layaknya pangeran yang tengah bersinar di kerumunan orang-orang.
Rasa percaya diri mengalir dalam dirinya, memperkuat keyakinan bahwa dia memang pantas berada di sini, di tengah keindahan dan energi positif yang mengelilinginya.
Saat dia melintasi halaman sekolah yang ramai, senyumnya semakin lebar.
Pandangannya menyapu sekeliling, melihat teman-teman baru yang tertawa dan bercanda, serta merasakan kegembiraan di udara.
Dia merasa seolah-olah semua mata tertuju padanya, memberi semangat untuk terus melangkah.
Akbar: (dalam hati) “Hari ini adalah milikku.
Aku akan menunjukkan siapa aku yang sebenarnya!”
Dengan setiap detakan langkahnya, dia semakin yakin bahwa petualangan yang menantinya di sekolah ini akan penuh dengan momen berharga.
Akbar siap untuk menjelajahi dunia baru ini, dan dia tahu, dengan sikap positif dan penampilan yang menarik, dia bisa membuat kesan yang tak terlupakan.