Kisah cinta si kembar Winda dan Windi. Mereka sempat mengidamkan pria yang sama. Namun ternyata orang yang mereka idamkan lebih memilih Windi.
Mengetahui Kakanya juga menyukai orang yang sama dengannya, Windi pun mengalah. Ia tidak mau menerima lelaki tersebut karena tidak ingin menyakiti hati kakaknya. Pada akhirnya Winda dan Windi pun tidak berjodoh dengan pria tersebut.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing. Windi menemukan jodohnya terlebih dahulu dibandingkan Kakaknya. Kemudian Winda berjodoh dengan seorang duda yang sempat ia tolak lamarannya.
Pada akhirnya keduanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kagum
Windi baru saja sampai di kantor. Ia mendapat sambutan hangat dari rekan kerjanya. Mereka memberikan selamat atas pertunangannya.
Windi berusaha berkonsentrasi untuk menyelesaikan projeknya. Namun kejadian semalam membuatnya tidak bisa fokus.
"Windi, kamu kenapa?" Tegur Dinda.
"Duh nggak tahu, Mbak. Dari tadi ini nggak fokus."
"Cie cie... pasti teringat pangeran pujaan hatinya."
"Haha... apaan sih, Mbak."
"Halah... kamu boleh saja nggak ngaku. Tapi aku yakin itu. Karena aku juga pernah begitu."
Windi hanya tersenyum menanggapinya. Ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya.
Saat jam istirahat Windi mendapatkan notif chat dari sang calon imam.
💌Calon Imam
Jangan lupa makan siang ya, nanti pulang kerja aku jemput. Aku sudah izin sama abi.
Windi pun membalas chat nya dengan singkat.
"Duh, ngapain pake' dijemput segala. Ya allah, jadi makin nggak karuan ini." Lirih Windi.
"Windi... ayo ke kantin! " Ajak Dinda.
"Iya, Mbak.
Lagi-lagi hati Windi gelisah saat makan. Javier berhasil membuatnya kepikiran.
"Woi... Windi! Makan, jangan diawur-awur doang nasinya. Kamu kenapa sih, dari tadi kayaknya nggak beres?"
"Hehe... nggak pa-pa kok, mbak. Ayo lanjut makan. "
Setelah makan siang, Windi pergi ke ruangan Noval. Ia mendiskusikan projek yang saat ini ditanganinya. Windi juga menyampaikan pengunduran dirinya setelah menyelesaikan projek itu. Noval sudah menduga, hal itu akan terjadi.
"Padahal aku masih ingin berkarya di sini, Noval."
"Aku juga pinginnya Mbak tetap bekerja, tapi mau bagaimana lagi. Mbak, kamu bisa bekerja di perusahaan suamimu nanti kalau kamu masih ingin berkarya."
"Noval menurutmu bagaimana dengan Javier?"
"Cie... penasaran sama calon suami sendiri nih!"
"Ya kan aku tidak terlalu mengenalnya. "
"Tapi sudah sangat mencintainya, begitu? Haha... "
"Ya Allah... Noval aku tanya serius ini."
"Haha... iya-iya."
Noval pun menceritakan tentang sosok Javier sesuai yang ia ketahui. Bahwa Javier itu tidak pernah pacaran. Agamanya juga cukup bagus, orangnya bertanggung jawab, sayang keluarga, dan royal ke siapa pun. Noval meyakinkan Windi agar tidak perlu ragu kepada Javier. Ia menjamin Javier akan menjadi pasangan yang baik untuk sepupunya itu.
"Makanya Mbak jangan heran kalau dia agak kaku, haha... Tapi dia family man banget lho, Mbak. "
"Haha... nanti aku bikin nggak kaku."
"Haha... percaya aku sama kamu Mbak."
Setelah ngobrol dengan Noval, Windi kembali ke ruangannya.
Waktu sangat cepat berlalu. Sudah waktunya pulang kantor. Javier pun menelpon Windi untuk memberitahukan bahwa ia sudah berada di jalan. Windi yang saat ini sedang datang bulan, tidak mampir ke musholla untuk sahabat. Ia menunggu Javier di depan kantor. Kebetulan ada bangku panjang untuk tempat duduk. Windi tidak duduk sendiri. Tapi ada beberapa karyawan yang sedang menunggu jemputan.
Tidak lama kemudian, sebuah mobil datang dan berhenti di depan kantor. Javier turun dari dalam mobil. Melihat Javier datang, Windi pun beranjak dari duduknya. Karyawan lain yang melihatnya berbisik-bisik.
"Maaf sudah menunggu, tadi sedikit macet."
"Iya, nggak pa-pa."
Javier membukakan pintu untuk Windi. Mereka duduk di kursi tengah. Tomi yang menjadi sopir.
"Jalan, Tom!"
"Siap, bos."
Saat mobil melaju, Windi heran karena jalan yang dilewatinya bukan jalan menuju ke rumahnya.
"Em, apa kita akan mampir dulu?"
"Iya, nggak pa-pa kan? Tadi aku sudah izin juga ke abi."
"Oh iya, nggak pa-pa."
Ternyata Javier tidak langsung mengantarkan Windi pulang, tapi ia masih mengajak Windi mampir basecamp. Windi masih menduga-duga.
Windi hendak membuka pintu mobil, namun Javier melarangnya.
"Biar aku yang bukakan."
Windi mengurungkannya. Kali ini Tomi hanya menjadi penonton.
"Terima kasih."
"Iya, Sama-sama.
"Dulu sama Kirana nggak seperti ini. Berarti Bos benar-benar sudah jatuh cinta." Batin Tomi.
Javier pun masuk. Dan saat sampai di dalam, ternyata anak-anak jalanan sedang belajar bersama salah satu teman Javier. Windi dapat melihat mereka. Javier ingin tahu reaksi Windi. Karena dulu reaksi Kirana sangat mengecewakan.
"Ini adalah basecamp kami. Kami menampung anak-anak jalanan untuk belajar. Lihatlah! Mereka sedang belajar."
"MasyaAllah... " Windi pun tersenyum kagum.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam... "
"Om Javier... "
Anak-anak tersebut berdiri berebutan menghampiri Javier. Karena selama satu bulan ini mereka tidak bertemu dengan Javier. Kelihatannya mereka merindukan sosok Javier.
"Alhamdulillah Om Javier sudah sembuh. Kami sangat senang."
"Iya, bang. Kami rindu."
Mereka tak segan memeluk Javier. Usia mereka masih 6-13 tahun. Namun mereka harus bekerja membantu keuangan orang tua. Makanya Javier menggalang dana dan menjadi donatur utama bagi mereka agar mereka mengurangi aktivitas di jalanan dan dapat melanjutkan sekolah.
"Perkenalkan ini Tante Windi, tunangannya Om."
"Hai, Tante Windi."
Mereka pun langsung mencium punggung tangan Windi. Windi menyambut mereka dengan senang hati. Bahkan ada seorang gadis kecil di antara mereka yang berusia 6 tahun. Windi mencium pipi gadis kecil tersebut dengan gemas.
"Namamu siapa?"
"Kiki, Tante."
"Kamu lucu sekali."
"Ah pingin jadi Kiki." Batin Javier.
Meski mereka anak jalanan tapi mereka berpakaian bersih karena Javier dan komunitasnya juga memberikan mereka bantuan pakaian.
"Ayo kembali belajar dulu ya."
"Iya, bang."
Teman Javier melanjutkan kegiatannya mengajar mereka.
"Apa kamu tidak risih dengan mereka?"Tanya Javier.
"Hah.. kenapa harus risih?"
"Nggak pa-pa, karena sebagian orang risih."
"Mereka anak-anak hebat. Kalau pun mereka sedikit kotor itu karena mereka sering di jalan. Aku senang melihat mereka. Dalam diri mereka pasti ada banyak harapan."
Javier menyunggingkan senyumnya. Ia senang karena Windi memang berbeda dengan Kirana. Windi orang yang menyenangkan, rendah hati dan tidak pandang bulu dalam bergaul. Kelihatan dari caranya berkomunikasi dengan anak-anak itu. Javier semakin yakin untuk segera mempersunting pujaan hatinya ini.
Setelah anak-anak tersebut selesai belajar, mereka diberi makanan. Windi membantu membagikan makanan untuk mereka. Ternyata sebelum menjemput Windi, Javier membeli makanan. Makanya ia sampai agak terlambat saat menjemput Windi ke kantor.
"Makasih, Tante, Om."
Mereka pulang dengan tertib.
"Hati-hati di jalan ya."
"Iya, Om."
Kekaguman Windi bertambah kepada sosok Javier. Ia bukan hanya berparas tampan dan kaya namun juga dermawan. Pantas saja abinya langsung menerima pinangan orang tua Javier. Windi yakin abinya pasti mencari tahu tentang Javier tanpa sepengetahuannya.
Setelah anak-anak itu pulang, Javier memperkenalkan Windi kepada temannya yang masih ada di basecamp.
"Bro, kali ini kamu tidak salah pilih." Bisik salah satu temannya.
Javier hanya terseyum menanggapinya.
Sudah adzan Maghrib, Javier dan temannya shalat berjama'ah. Windi duduk di sofa yang berada di depan basecamp menunggu Javier selesai shalat.
Setelah itu mereka pun meninggalkan basecamp. Kali ini mereka lanjut pulang ke rumah. Malam ini kali pertama Javier akan bertamu ke rumah calon mertuanya.
Bersambung...
...****************...
lanjut thor
semangat untuk up date nya
💪💪💪
kalau nunggu pak dosen yg pdkt bakalan lama, semoga aja oma yani & oma widia punya cara untuk mendekatkan mereka, demi Khaira dan juga demi onty mimi biar gak jomblo , terus oak dosen noval juga tidak terus2an terbelenggu dg nasa lalu 😊
terimakasih double upnya thorrr🤩