Menurut cerita para tetua, jika menjadi pendamping pengantin lebih dari 3 kali, akan sulit mendapatkan jodoh. Akan kah Lia mengalaminya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Efelin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Hanya itu yang terjadi malam ini. Dava nampaknya akan mendekati Lia secara perlahan. Dia hendak memberi rasa nyaman dalam berteman dulu, baru melangkah lebih lanjut.
Waktu terus berjalan. Persahabatan antara Dava dan Lia berjalan dengan baik. Mereka sering saling berkirim kabar di siang hari, saling telponan di malam hari, bahkan setiap minggu di hari Jumat, mereka selalu bertemu. Dava menjemput Lia ke kantornya dan mengajak Lia menjelajahi kuliner malam yang ada di kota Jakarta.
Kini sudah tiga bulan usaha Dava mencoba mendekati Lia. Semua ucapan dan perilaku Dava terhadap Lia, kadang membuat Lia hampir luluh.
Lia menyadari sedari awal pertemuannya dengan Dava saat kejadian tabrakan itu, Lia sudah terpesona dengan diri Dava, di tambah lagi dengan kedekatan mereka akhir-akhir ini, hampir saja membuat pertahanan Lia runtuh untuk tidak terpesona dan jatuh cinta pada Dava.
Tapi jika ia sadar akan kenyataan yang ada, ia coba menepis rasa itu. Ia tak mau lagi kecewa kembali karna laki-laki yang berhubungan dengannya punya segalanya yang lebih darinya. Lia menilai Dava adalah orang yang mampu yang dapat Lia lihat dari pakaian yang Dava kenakan dan mobil yang Dava gunakan.
Dava walaupun seorang CEO yang sukses, namun keluarganya tetap mengajarkan hidup sederhana, tidak perlu berpenampilan glamor untuk menunjukkan jati diri. Memang Dava mengenakan pakaian bermerek karna itu untuk menunjang kerapian penampilannya, tapi untuk kendaraan, ia hanya menggunakan Toyota Fortuner untuk operasionalnya bekerja. Padahal ia punya mobil Lamborghini Aventador di garasi rumah orang tuanya karna jarang ia gunakan.
Lia tidak bermaksud menutup diri. Ia sadar, usianya terus bertambah, tapi ia tidak ingin membuat keluarganya bersedih jika ia terus gagal dalam membina hubungan dengan laki-laki karna keadaan Lia seperti itu, keadaan yang membuat laki-laki memilih mundur sebelum memperjuangkannya.
Sore itu, Dava lagi-lagi menjemput Lia di kantornya. Selama ini, jika pekerjaannya tidak terlalu banyak, Dava menyempatkan diri datang menghampiri Lia.
Ketika mereka sudah di dalam mobil, Lia bertanya,
“ Kita mau ke mana, pak? “
“ Kalau ke taman hiburan, mau tidak. Kan selama ini kita selalu wisata kuliner, kali ini di variasikan dulu “ tawar Dava sambil melajukan mobilnya.
“ Di variasikan, bapak ada-ada aja bahasanya, tapi boleh juga, sekedar refresing setelah seminggu ngadepin kerjaan yang kadang sepertinya tidak habis-habis. “ ucap Lia.
“ He.. he... he... kamu lagi mumet ya. Emang tugas dari pak Bara lagi banyak? “ tanya Dava sambil tertawa kecil.
“ Enggak juga sih tapi selama ini saya tidak pernah pergi ke tempat hiburan seperti itu, bingung mau pergi dengan siapa. “ tanpa sadar Lia mengeluarkan unek-unek dalam hatinya.
“ Nampaknya kau merasa kesepian dalam kesendirianmu, Lia. Kau terlalu keras membangun tembok hatimu hingga membuatmu menahan sendiri semua yang kau rasakan. Tidak semua laki-laki akan selalu mengecewakanmu seperti yang sudah kau alami. “ ucap Dava dalam hati sambil menatap Lia sekilas. Dava melihat guratan kekecewaan akan keadaan yang harus dialami pada wajah cantik Lia.
Mereka pun tiba di taman hiburan. Awalnya mereka membeli tiket masuk. Kemudian memilih wahana apa yang akan mereka jajali. Pertama mereka naik Bianglala. Dari atas mereka bisa melihat apa yang ada di sekitar taman bermain.
Kemudian mereka mencoba permainan Tembak Bintang. Dava yang pernah mempelajari teknik dasar menembak, saat ia latihan untuk melindungi diri setahun yang lalu, tentu saja dengan mudah memenangkan permainan ini. Mereka mendapat boneka sebesar setengah badan orang dewasa sebagai hadiahnya.
Ketika mereka hendak berjalan ke wahana selanjutnya, mereka melihat seorang anak kecil menangis. Ia terlepas dari pegangan ibunya saat mencoba mengejar balon yang lepas saat ia pegang.
" Pak, boleh ke anak itu gak? Memang sih di keramaian seperti ini kita harus waspada, tapi aku kasihan sama anak itu. " tanya Lia.
" Boleh, ayo aku temani. " jawab Dava.
Lalu mereka menghampiri anak itu. Setelah mendengar cerita dari anak itu, Lia bertanya siapa namanya dan Dava langsung melaporkan ke bagian informasi yang tak jauh letaknya dari posisi mereka.
Sambil menunggu orang tua sang anak, Lia meminta izin pada Dava untuk memberikan boneka yang mereka dapatkan tadi.
" Boleh ya pak? " tanya Lia.
" Itu terserah kamu, kan kamu yang pegang dari tadi. " ucap Dava.
" Tapi kan bapak yang tadi sudah susah bermain. " ucap Lia.
" Iya deh, apa sih yang enggak buat kamu. " jawab Dava sambil menarik hidung mancung Lia.
Akhirnya Lia memberi boneka itu pada sang anak. Tak lama kemudian, datang laki-laki dan perempuan dewasa menghampiri mereka.
Melihat siapa yang datang, sang anak langsung berteriak sambil berlari menuju orang itu.
" Papa mama, kok aku di tinggal. " kata sang anak.
Sang ibu langsung menyambut anaknya dan menggendongnya, lalu sang ayah menghampiri Dava dan Lia. Ia mengucapkan terima kasih karna sudah membantu menemukan anak mereka.
" Ini boneka kamu dapat dari mana, sayang. Tidak boleh mencuri atau merebut punya orang lain ya. " ibu sang anak bertanya karena ia merasa tidak pernah membeli boneka itu.
" Ini dari tante cantik. " jawab sang anak.
" Iya ibu, itu dari saya, tadi dapat hadiah bermain. Saya rasa si adek lebih cocok memilikinya. " ucap Lia.
" Baiklah, kalau begitu sekali lagi terima kasih. Maaf kami permisi. " jawab sang ayah.
Kini Dava dan Lia kembali menikmati liburan ala taman bermain. Tanpa mereka sadari, mereka seperti dua insan yang saling jatuh hati, bermain bersama, bercanda bersama, tertawa bersama bahkan kadang Lia melompat senang jika permainan di menangkan oleh Dava.
Kini mereka sedang menikmati makan malam di kios yang ada di dekat taman hiburan itu. Nampak wajah lelah pada keduanya sehabis bermain tadi.
“ Ternyata kau semakin cantik jika wajahmu tidak selalu dalam keseriusan seperti biasa. “ ucap Dava dalam hati sambil memandangi Lia.
Lia yang hampir menghabiskan makannya, merasa sadar jika Dava memperhatikannya dari tadi. Hal itu membuatnya tersipu malu, wajahnya terasa hangat dan mungkin sudah memerah.
“ Kamu kenapa, kok menunduk gitu, apa uangmu jatuh ke bawah? “ pertanyaan usil Dava.
“ Bapak jangan melihat saya seperti itu dong, saya seperti mau diintrogasi saja. “ kata Lia tetap menunduk.
“ Kalo ngomong lihat orangnya dong. “ Dava merasa senang mengusili Lia.
“ Tahu ah, bapak usil juga ternyata orangnya. “ jawab Lia yang kini tidak lagi menunduk tapi mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Dava tersenyum melihat tingkah Lia.
Mereka sudah selesai makan, seperti biasa, Dava mengantar Lia pulang.
Tiba di kontrakan Lia, sebelum Lia turun, Dava berkata,
“ Kamu besok ada waktu tidak? Aku mau ajak kamu jalan-jalan. “ tanya Dava.
Lia berpikir sejenak. Dia memang selalu ada waktu setiap weekend.
“ Mau jalan-jalan ke mana? Ini kita tadi kita sudah jalan-jalan. “ ucap Lia.
“ Sekali-kali kita pergi bukan habis pulang kantor. “ ucap Dava.
Ke manakah Dava akan mengajak Lia jalan-jalan ???