Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.
Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEDATANGAN REGINA
TOK! TOK! TOK!
"Masuk!" sahut Giorgio saat mendengar suara Sherly dari luar.
"Silahkan, Nona. Permisi, Tuan," kata Sherly mempersilahkan sekaligus izin keluar setelah mengantarkan wanita yang bernama Gina itu masuk.
Senyum wanita itu terbit tatkala melihat pria tampan di hadapannya.
"Hai, Gio. Maaf aku tidak mengabari dulu sebelum aku ke kantormu. Apa aku mengganggu? Apa kau sedang sibuk?!" kata wanita itu saat melihat tumpukan berkas di atas meja pria tampan itu.
"Oh ini! Tidak apa, ini bukan apa-apa. Aku akan membiarkan Roby menyelesaikannya nanti," tukas pria itu melirik ke arah berkas yang ada di depannya.
Gina tersenyum melihat sikap ramah Giorgio. Padahal sebelumnya, pria itu sangat pelit bicara setiap kali ia mengajukan pertanyaan pada pria itu, namun senyum itu tidak bertahan lama saat ia melihat seorang wanita dengan perut buncit sedang menatap ke arahnya.
Gina melihat ke arah wanita dengan perut membuncit itu lalu kembali menoleh ke arah Giorgio seakan sedang bertanya 'Siapa wanita hamil itu, Giorgio?'.
"Oh, sorry sorry. Aku sampai lupa memperkenalkan kalian," tukas Giorgio saat melihat tatapan ingin tahu Gina tentang sosok wanita yang ada di ruangannya saat ini.
"Perkenalkan, Gina wanita itu bernama Marissa. Dan Marissa, perkenalkan ... wanita cantik itu bernama Gina Dawson," Giorgio memperkenalkan kedua wanita itu dengan senyum miring ke arah Marissa yang tengah menatapnya tajam.
Jelas saja tajam, toh di depan matanya sendiri Giorgio malah memuji wanita lain tepat di depan matanya.
Gina berdehem saat melihat Marissa dan Giorgio malah saling berpandangan. Tidak, lebih tepatnya saling menatap tajam satu sama lain. Entah apa yang terjadi pada kedua orang itu hingga mereka lupa keberadaan dirinya diantara mereka.
"Silahkan duduk!" Giorgio yang memutus lebih dulu tatapannya kemudian mempersilahkan Gina duduk.
Gina tersenyum kecut saat Giorgio yang baru menyuruhnya duduk padahal sudah sejak tadi ia berdiri seperti orang bodoh melihat adegan tatap tatapan diantar mereka.
*
*
"Bagaimana kabarnya, oma?" tanya Gina basa basi.
"Entahlah, sepertinya dia sehat. Kau bisa langsung menghubunginya sendiri jika penasaran dengan kabarnya," jawab Giorgio dengan acuh.
Gina tersenyum meringis mendengar jawaban Giorgio yang kembali dingin dan datar padanya. Dalam hati ia pun berkata, "Yaelah, kembali lagi dia ke mode normalnya."
"Ah … iya benar juga. Aku kira kau tahu kabar terbarunya, maka dari itu aku bertanya padamu karena akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku di kantor," jelas wanita itu tersenyum.
Giorgio hanya mengangguk mendengar penuturan wanita itu. Sedang Gina yang sudah sejak tadi melihat tatapan mata Giorgio yang selalu tertuju ke arah wanita hamil itu pun semakin kesal karena pasalnya sejak tadi ia bertanya namun tidak sekalipun pria itu menjawab dengan menatapnya secara langsung.
"Jika kau tidak sibuk, bisakah kau menemaniku makan siang sekarang? Bukankah ini waktunya makan siang?" kata Gina yang lagi-lagi mencoba peruntungannya untuk mencairkan kebekuan pria itu.
Lagi dan lagi, pria itu menjawab tanpa melihat ke arah wanita itu.
"Boleh, aku pun sudah sangat lapar," balasnya dengan mata yang masih menyorot ke arah wanita berperut buncit itu.
Bukannya Marissa tidak menyadari jika sejak tadi Giorgio terus menatap ke arahnya, namun sebisa mungkin ia bersikap biasa saja dengan mengalihkan kegugupannya dengan bermain bermain ponsel.
Marissa pun juga bingung harus bersikap seperti apa di depan orang lain. Ia takut jika perkataan maupun tindakannya nanti bisa membuat Giorgio mendapat masalah, terlebih ia juga tadi mendengar jika wanita yang bernama Gina itu mengenal baik oma dari Giorgio.
"Bagaimana, Giorgio? Kita berangkat sekarang?" usul wanita itu yang membuyarkan lamunan pria itu.
"Ah … iya iya, kita berangkat sekarang. Ayo!" sahut Giorgio yang langsung menggandeng lengan Gina menuju pintu. Sedang Marissa yang masih duduk pun terperangah melihat sikap manis pria itu.
Marissa menghembuskan napas dengan panjang dan kasar saat melihat Giorgio dan wanita yang dikatakan cantik itu keluar dari ruangannya dan meninggalkannya seorang diri di sana. Padahal, sudah sejak tadi ia merengek ingin makan siang namun bukan digubris, Giorgio malah mengatakan jika ia adalah wanita yang sangat merepotkan. Sedangkan Gina yang baru sekali mengajaknya makan langsung diiyakan olehnya.
TES!
Setetes air mata jatuh tanpa disangka dan diduga. Padahal sebelum sebelumnya ia termasuk wanita yang cuek dan tidak ambil pusing dengan omongan orang lain namun kini ia sedikit berbeda, mungkin karena faktor kehamilan yang membuatnya sensitif sehingga membuatnya mudah menangis setiap hatinya terluka.
Tidak terhitung sudah berapa kali Marissa menangis diam-diam lalu kembali ceria dan tersenyum kembali seperti tidak terjadi apapun. Dan hal inilah yang membuat Giorgio seringkali mengartikan lain dari sikap tenang wanita itu.
Saat Marissa akan beranjak dari duduknya. Pintu ruangan itu kembali terbuka dan menampakkan wajah kesal Giorgio di balik pintu.
Kemudian Marissa buru-buru menyeka air mata yang tersisa di pipi mulusnya saat melihat Giorgio yang tiba-tiba datang. Ia tidak ingin sampai pria itu melihatnya sedang menangis dan kemungkinan besar akan kembali mengatakan jika ia wanita yang cengeng atau lebay.
"Bukankah tadi kau bilang lapar? Kenapa masih disini, hah?! Oh.. atau jangan-jangan kau mau minta digandeng atau mau digendong? Iya? Begitu!" cecar pria itu dengan banyak pertanyaan dan pernyataan yang menyudutkan wanita hamil itu.
Bagaimana pria itu tidak marah bercampur kesal jika hanya karena seorang wanita biasa yang bernama Marissa mampu membuat seorang pria tampan dan penting yang bernama Giorgio Adam yang seorang pengusaha muda terkenal dan berpengaruh di negara ini justru menunggu di depan lift yang biasa dirinyalah yang ditunggu oleh orang-orang yang tidak kalah penting darinya, namun berbanding terbalik dengan kondisi saat ini yang mana ia yang sedang menunggu kehadiran seorang wanita seperti orang bodoh.
Flashback on...
"Giorgio … Ayo!" seru Gina memanggil saat melihat pintu lift khusus petinggi perusahaan dan tamu penting itu terbuka.
Namun orang yang sejak tadi dipanggil tetap bergeming. Pria itu justru menoleh ke belakang seolah sedang menunggu kedatangan seseorang.
Gina akhirnya kembali keluar dari lift saat Giorgio yang tidak kunjung masuk ke dalam lift, kemudian menghampiri pria itu lalu menarik lengan pria itu masuk ke dalam lift namun tetap saja pria itu tidak bergerak sama sekali.
"Ada apa, Giorgio? Apa yang kau tunggu?" tanya wanita itu menelisik.
"Apa kau menunggu wanita itu? Siapa dia, siapa Marissa, Giorgio? Dan … apa hubungan wanita itu denganmu?!" lanjut Gina, akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya langsung mengenai Marissa, wanita cantik yang ditemuinya tadi di ruangan pria dingin itu.
"Kau tidak perlu tahu hubunganku dengannya seperti apa, jadi stop karena aku tidak suka dengan wanita yang terlalu banyak bicara sepertimu," ujar Giorgio seraya menaikkan satu alisnya ke atas.
"SHITT! Aku sampai lupa jika pria ini paling anti dengan wanita cerewet. Bisa gagal rencanaku kalau begini," batin Regina dalam hati.
Flashback end.
"Hei, Marissa. Kau sedang apa tadi? Sejak tadi kami menunggumu di sini, benar begitu, Giorgio!" seru wanita itu dengan senyum palsunya.
"Panggil, Risa saja," pinta wanita itu saat mendengar nama dipanggil.
"Baiklah, aku panggil, Isa saja bagaimana?" balas Gina tersenyum dengan mengulum senyum. Dan Marissa langsung mengangguk menandakan jika dirinya setuju dipanggil Isa olehnya. Toh nama Isa juga merupakan nama panggilannya saat di Panti dulu.
"Karena, Isa sudah di sini, bagaimana kalau kita masuk sekarang?" ajak Gina mengulas senyum indah walau dalam hati ia begitu kesal dengan keberadaan Marissa ditengah-tengah mereka.
TERIMA KASIH DAN SUKSES SELALU BUAT KITA SEMUA 🫶🏼