Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.
Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?
Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. SELAMATKAN DIA UNTUKKU
Dengan tubuh yang sedikit kurang fit, Jonathan memaksakan diri untuk keluar dari rumah, menuju sebuah restoran Jepang yang berada di pusat kota.
Hari ini, Jonathan sudah berjanji akan menerima kunjungan seorang pengusaha yang berasal dari negara Jepang.
Pertemuan bisnis dengan pengusaha asal Jepang Tuan Nakamoto berlangsung selama dua jam. Keduanya sepakat untuk menjalin kerja sama bisnis. Setelah menandatangi kesepakatan kerja, Jonathan dan asisten Theo tidak kembali lagi ke perusahaannya.
"Kita langsung pulang saja,Theo!" Titah Jonathan
"Apa tidak sebaiknya kita ke rumah sakit, Tuan, sepertinya anda sakit,” Theo mengingatkan.
“Tidak perlu Theo, suruh saja dokter Flemming menemui ku di rumah!” ujar Jonathan.
“Baiklah, Tuan,” Theo menjalankan mobil itu dengan kecepatan sedang, meninggalkan parkiran restoran Jepang.
Theo mengalah, dia tahu pasti bos nya itu tidak suka bau rumah sakit.
Tiga puluh menit kemudian, mobil itu telah sampai didepan mansion milik Jonathan.
Pria tampan itu, segera keluar dari dalam mobil, dan berjalan cepat kearah ruang kerjanya. Sementara itu Theo memarkirkan mobilnya di garasi. Tak lama kemudian dia segera menyusul Jonathan masuk kedalam ruang kerja bersama dokter Flemming yang juga baru datang.
Theo menunggu, dokter Robert Fleming selesai memeriksa dan mengobati Jonathan. Setelah dokter Fleming selesai dengan tugasnya, barulah Theo menyerahkan dokumen yang baru saja didapatnya dari Kapten Leonard.
"Tuan, ini dokumen yang berisi informasi tentang wanita yang ada di tahanan itu." Theo menyerahkan sebuah amplop besar ke tangan Jonathan.
"Terimakasih, kamu boleh keluar!” Ucap Jonathan.
Theo mengangguk dan segera keluar ruangan dan menutup pintu ruang kerja itu dari luar
Jonathan membuka amplop berwarna coklat itu segera. Dan membaca isinya dengan seksama.
"Zevanya Meghan, berusia 35 tahun. Adalah lulusan terbaik Ohio state university Amerika Serikat. Berkebangsaan Australia.
Zevanya Meghan, berusia 35 tahun.
lulusan terbaik Ohio state University . USA.
Berkebangsaan Australia.
Terpidana mati kasus penyelundupan heroin dan ekstasi.
Jonathan meletakkan amplop besar itu diatas meja. Kemudian keluar dari ruang kerjanya. Pria itu berjalan kearah dapur untuk mengambil minuman dari dalam kulkas. Kerongkongannya terasa kering.
"Ada sesuatu yang anda butuhkan, Tuan?" Theo menghampiri tuannya yang sudah duduk di mini bar, sambil meminum segelas air.
Jonathan tidak menjawab, malah balik bertanya pada Theo. "Kapan eksekusi mati itu dilaksanakan?" wajah Jonathan terlihat muram.
"Satu Minggu lagi, Tuan.” Jawab Theo.
Jonathan diam sejenak. Perlahan Jonathan meletakkan kembali gelas minumannya di meja. Sejenak nafasnya terlihat tidak beraturan. Gelisah dan memutar otak untuk bisa menyelamatkan wanita itu.
"Hubungi Kapten Leonard sekarang,Theo!” Perintahnya.
"Baik..." Jawab Theo singkat.
Theo memang asisten yang bisa diandalkan, dia mengenal tuannya dengan baik. Bahkan, Theo tahu hal hal yang disukai atau tidak disukai oleh Jonathan.
Tanpa banyak bicara lagi, Theo segera menghubungi Kapten Leonard dengan ponselnya. Setelah menunggu beberapa saat nomor yang dihubungi tersambung, terdengar suara kapten Leonard menjawab diseberang telepon.
"Apa yang bisa saya bantu, Theo?” tanya Leonard.
"Maaf mengganggu anda Kapten, apakah anda sibuk? Tuan Jonathan ingin bertemu dengan anda, kalau bisa secepatnya.” Jawab Theo.
"Kapan dan dimana?" Tanya Kapten Leonard lagi.
“Anda saja yang tentukan tempat dan waktu nya Kapten, ini bersifat rahasia, " kata Theo.
"Baiklah, nanti ku kirim lokasinya, sekarang aku masih sibuk, mungkin nanti malam aku punya waktu, sekitar pukul tujuh." Kapten Leonard memandang jam tangannya.
"Kalau begitu terimakasih atas kesediaan anda, Kapten!" Kata Theo sambil menutup panggilannya.
***
Jonathan keluar dari kamar mandi setelah membersihkan dirinya dengan berendam dengan air hangat di bath tube selama 30 menit. Setelah berpakaian rapi dia duduk didepan sebuah meja rias. Jonathan membuka sebuah laci kecil yang ada di bawah meja, dan mengeluarkan sebuah foto yang berbingkai dengan pigura berwarna emas.
Jemarinya menyentuh lembut foto itu. Seraut wajah cantik dengan senyum yang begitu indah, dia adalah mendiang istri Jonathan, Angelica Josephine Alexander. Wanita lembut dan berhati mulia, Jonathan sangat mencintai istrinya itu, namun takdir telah memisahkan mereka dengan cara yang tragis.
Jonathan menyesal ?
Iya, penyesalan yang selalu datang diakhir. Kalau saja saat itu, Jonathan menepati janjinya untuk berhenti dari dunia hitam, setelah menikah dengan Angelica, tragedi itu mungkin tidak akan terjadi.
Tepat satu tahun anniversary keduanya, kelompok the dark menggagalkan pengiriman senjata api miliknya, Jonathan marah dan membunuh salah seorang anggota the dark . Ternyata orang yang dibunuh Jonathan itu adalah adik dari ketua the dark, Alfons Grey
Tentu saja Alfons tidak terima dengan kematian adiknya. Dia mencari kelemahan Jonathan, yaitu istrinya, Angelica.
Angelica ditembak saat berkunjung kerumah orang tuanya di pinggir kota.
"Maafkan aku, Angelica! Maafkan aku tidak bisa menepati janjiku untuk tetap setia padamu. Aku tidak tahu apa yang kurasakan saat ini, yang jelas aku ingin wanita yang mirip denganmu itu tetap hidup...." Ucap Jonathan lirih.
Jonathan mencium foto Angelica lembut. Kemudian mengembalikan foto itu ketempat semula.
Jonathan bangkit dari tempat duduknya dan berbaring sejenak di kasurnya yang empuk.
Matanya terpejam, namun tidak sejalan dengan hatinya. Dalam pikirannya saat ini adalah bagaimana cara menyelamatkan kehidupan seorang Zevanya, sementara hukuman mati sudah didepan mata.
Jonathan membuka matanya, saat mendengar ketukan pintu dari luar kamar.
Dan itu adalah Theo asistennya.
"Masuk saja, Theo!"
Theo masuk kedalam kamar yang luas itu.
"Maaf tuan, sekarang sudah hampir pukul tujuh, Kapten Leonard sudah berangkat menuju restoran Blue Sky." Kata Theo.
"Oh ya, aku hampir lupa, tunggu aku bersiap dulu, sebentar lagi aku keluar. " Jonathan buru-buru keruang ganti.
"Saya tunggu diluar, Tuan." Theo keluar dari kamar itu, tanpa menunggu jawaban tuannya.
Tak lama kemudian, Jonathan menyusul keluar, dan masuk kedalam mobil. Theo sudah duduk didepan kemudi.
Setelah lima belas menit berkendara, mereka sampai disebuah hotel Blue sky, Theo berjalan kearah resepsionis dan menanyakan keberadaan kapten Leonard. Seorang pelayan wanita kemudian mengantar mereka kesebuah private room yang telah dipesan Kapten Leonard.
"Silahkan, Tuan-tuan! " Kata pelayan itu ramah.
Seperti biasa, Jonathan hanya memasang wajah dinginnya, jika berada diluar rumah. Theo memberikan sebuah anggukan pada pelayan itu dengan wajah yang datar.
Kapten Leonard berdiri, menyambut mereka.
"Sudah lama menunggu, Leon?" Jonathan mengulurkan tangannya untuk menyalami sahabat lamanya itu.
Leon tersenyum, saat Jonathan memanggilnya dengan nama kecilnya.
"Baru saja sampai Jo, apa kabar?" Leonard menyambut uluran tangan Jonathan dengan hangat.
"Aku baik, ... Oh ya, silahkan pesan makanan dulu, setelah makan malam,baru kita bicara!" Kata Jonathan kemudian.
"Baiklah kalau begitu, kau membuatku penasaran saja," Sahut Leonard.
Theo yang duduk diantara kedua sahabat itu hanya tersenyum. Setelah memesan makanan dan hidangan penutup, Ketiganya langsung menyantap hidangan yang telah tersedia.
Selesai makan, wajah Jonathan kembali tampak serius.
"Ok, apa yang ingin kau sampaikan, Jo?"
Kapten Leonard membuka pembicaraan.
"Ini tentang wanita bernama Zevanya Meghan, aku mau kau selamatkan dia dari hukuman mati itu!" Kata Jonathan to the point.
"Sudah kuduga... Sebenarnya aku juga kasihan melihat wanita itu, tapi aku tidak punya kewenangan untuk membatalkan hukumannya. Itu sudah keputusan Majelis Hakim dan nona Zee juga tidak menolak hukuman yang sudah dijatuhkan padanya? Jawab Leon.
"Aku tidak mau tahu, Leon. Tolong lakukan sesuatu! Aku ingin dia hidup!" Ucap Jonathan tegas.
Kapten Leonard diam sejenak, sepertinya Jonathan tidak main-main dengan ucapannya, dan satu yang Leonard tahu, sahabatnya itu tidak bisa dibantah.
"Aku punya rencana, Tuan !" Kata Theo setelah mendengar perdebatan kedua orang itu. Kapten Leonard dan Jonathan serentak menoleh kearah sang asisten.
"Apa rencanamu,Theo?" Tanya Jonathan.
Theo menjelaskan secara gamblang, rencana yang sudah disusunnya tadi siang.
Jonathan mengangguk, lalu memandang kearah Kapten Leonard.
Theo berpikir sejenak, rencana Theo sangat beresiko, kalau ada yang mengetahui keterlibatannya dalam rencana yang dibuat Theo, jabatan dan nama baiknya akan dipertaruhkan. Tapi Leonard tidak ingin mengecewakan sahabatnya itu.
"Baiklah, aku akan membantu kalian,..."jawab kapten Leonard pada akhirnya.
"Terimakasih, Leon," ucap Jonathan tersenyum tulus. Sebuah senyuman yang tak pernah lagi terlihat semenjak meninggalnya Angelica.
Bersambung.
Pingin nangis/Sob//Sob/