Karena terlilit hutang, seorang karyawan rela menyerahkan istrinya sendiri sebagai jaminan pada seorang boss perusahaan demi mendapatkan pinjaman yang jauh lebih besar.
Usia pernikahan Lukas yang menginjak pada angka 7tahun namun tak juga dikaruniai seorang keturunan, membuat lelaki itu perlahan membenci Seruni sang istri! alasan itu pula yang membuat Lukas tega berkhianat dan membuang Seruni di kediaman Panca sebagai asisten rumah tangga.
Ketulusan serta kebaikan Panca yang begitu mencolok di awal pertemuan, akhirnya membuat Seruni terbuai, wanita itu bahkan bersedia menikah dengan Panca setelah bercerai dari Lukas demi bisa membahagiakan Nyonya Arini!
Namun siapa sangka? mental Panca yang berantakan justru membuat Seruni harus kembali jatuh bangun menjalani hubungan rumah tangga barunya.
Akankah Seruni mampu mengendalikan sang majikan dan membebaskan Panca dari bayangan trauma masa lalunya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Macaroni Schotel Yang Di Panggang!
Hari-hari berlalu,
Seruni kini semakin tampil memukau, ia bahkan mampu memikat hati Nyonya Arini dengan segala keterampilan tangan nya dalam menangani pekerjaan rumah tangga.
Dan hari itu,
Dua orang wanita dengan bentangan jarak yang jauh berbeda di kediaman Panca tampak saling memperhatikan timer pengingat di atas meja dapur.
Tiiiing ....,
Apa ini berhasil???
Seruni tampak gugup, namun perlahan ia berhasil menguasai diri dan kembali mampu bersikap tenang dihadapan Nyonya Arini.
Pergerakan tangan Seruni kembali tampil cekatan dalam membuka tutup panci pengukus, sebuah loyang berbentuk bundar tampak dikelilingi uap dari air mendidih.
Semoga saja tidak mengecewakan,
Seruni terus berbicara seorang diri dalam hati saat memperhatikan bentuk masakan yang kini ia hidangkan untuk nenek Panca.
"Hati-hati nek! ini masih cukup panas!"
"Tak apa, Nak! aku bisa menanganinya!"
Perlahan wanita dengan sedikit kerutan yang tampil pada dahi itu terlihat menggerakkan garpu juga sendok mini pada kedua tangan.
Seruni ..., kenapa wanita ini terampil sekali??? apa ada darah seorang koki yang mengalir dalam dirinya?
Pergerakan rahang sang nenek tua tampak melambat, ia menatap ke arah Seruni yang turut membeku menantikan reaksinya.
"Bagaimana rasanya nenek??" Seruni tak berkedip saat menyaksikan sang nenek tua mengecapkan bibir.
"Perfect!! teksturnya lembut tapi juga tidak terlalu lembek! dan bahan-bahan yang kau padukan benar-benar sempurna di lidah ini, Nak!!"
"Benarkah??" netra indah Seruni pun berbinar, sudut bibirnya terangkat hingga kembali menampilkan senyum lebar.
"Tentu saja, Runi!! ini adalah macaroni schotel yang paling mengagumkan yang pernah nenek coba!! aaaawwh!! berikan padaku satu slice lagi, Nak! tak perlu memanggang nya di dalam oven! aku ingin menikmatinya langsung seperti ini saja!"
Seruni pun mengangguk, ia kembali meraih pisau kue dan memotong macaroni schotel serta meletakkan nya di atas piring kecil sebelum akhirnya menyajikan makanan itu dihadapan Nyonya Arini.
"Apa nenek membutuhkan sesuatu yang lain? teh herbal yang sempat nenek bicarakan kemarin, saya telah mengeluarkannya dari koper,"
"Dirimu memang paling pengertian Seruni! nenek ingin teh herbal! dan-, bisakah kau memberikan sedikit keringanan??"
"Keringanan?? maksud nenek???" Seruni berucap dengan raut wajah bingung.
Nyonya Arini pun tampak celingukan sebelum akhirnya mengisyaratkan pada Seruni untuk mendekat.
"Tolong tambahkan sedikit gula tebu untuk teh herbal itu, Nak! tapi ingat!!! rahasiakan hal ini dari Panca!!"
"Tapi nenek!!! apa nenek tidak ingat dengan kadar gula dalam darah nenek kemarin?"
"Aaaaaghh!!! kau ini, lagipula itu sudah dua hari yang lalu!! ayolah Seruni, nenek mohon!!" Nyonya Arini tampak menggenggam serta sedikit mengguncang lengan Seruni yang kini justru menampilkan raut wajah cemas.
**
Tok tok tok,
"Maaf Mas Panca!! bisakah saya masuk??"
Panca tersenyum tipis sebelum akhirnya ia terperanjat saat mendengar suara dari lisan wanita yang ia kagumi. Pria itu juga mengayunkan kaki dengan lebih cepat demi meraih gagang pintu.
Sosok wanita berparas ayu dengan kedua tangan yang menggenggam nampan kini tampak terlihat jelas dihadapannya.
"Apa kau membutuhkan sesuatu honey??"
"Mmmm-, saya dan nenek mencoba untuk memasak macaroni schotel! apa Tuan bersedia untuk mencicipinya sekarang?"
Panca melangkah di samping tubuh Seruni dan seketika mendorong perlahan wanita itu untuk memasuki ruangan.
"Macaroni schotel?? apa kau sengaja membuatkan ini untuk ku?"
Panca membungkuk, aroma memikat dari keju serta daging ham dari macaroni schotel yang dipanggang membuat senyum di bibir Panca kian melebar.
"I-itu, ini-, nenek meminta saya untuk mencoba resep dari buku yang sempat ia koleksi, jadi-,"
"Buku resep? apa kalian sempat mengacak-acak perpustakaan pribadi ku??" tatapan Panca yang tak beralih saat Seruni meletakkan nampan akhirnya membuat wanita itu tertunduk juga salah tingkah.
"T-tuan!!"
"Ayolah honey!!!"
"Baiklah! Mas Panca!! aku minta maaf, aku kembali mengunjungi perpustakaan pribadi mu tanpa izin! aku-, hanya ingin memastikan bahwa rak-rak buku disana telah diperbaiki dengan semestinya!" kalimat itu seketika terlontar begitu saja saat Seruni kembali merasakan belenggu lengan besar Panca pada tubuhnya.
"Mmmuuucchhh!!! you're the perfect wife! and i love you, alot!!!"
Kecupan lembut yang spontan mendarat di bibirnya lagi-lagi membuat jantung Seruni berdegup dengan kencang bahkan tak beraturan.
"Are you nervous??"
"Entah! tapi sepertinya, ada hal lain yang lebih saya takutkan!" Seruni beralih pandang, ia mencoba menghindar dari tatapan Panca yang semakin dalam bahkan mampu menembus ke dalam relung hatinya.
"Apa perihal nenek??"
"Mungkin demikian! saya-,"
"Tak apa! kau menggantikan gula dengan madu didalam teh yang ia kehendaki bukan??"
"A-apa?? jadi T-tuan telah mengetahui nya? saya-, telah membicarakan hal ini dengan dokter yang memeriksa nenek kemarin! belia berkata bahwa tak masalah jika-,"
"Aku mencintaimu, Runi! sungguh!!"
"Tuan!!! apa Tuan tidak mendengarkan saya?"
Dia jauh lebih imut dengan tampilan mata yang membulat sempurna seperti sekarang,
Dan dia juga sudah percaya diri untuk berbicara banyak dihadapan ku, sungguh kebahagiaan bersama dirimu adalah hal yang sangat sederhana, Runi!
Panca justru hanyut dalam menatap ekspresi dari wajah Seruni, netra hitamnya hanya mampu memperhatikan gerak bibir dari sang wanita idaman, ia juga membiarkan Seruni berbicara panjang lebar seorang diri.
****
"Oooeeeekkk!!!"
"Kakak!!!! apa yang kau lakukan??? apa kau kembali mengunjungi bar???" Mawar terperanjat dan perlahan menghampiri Lukas yang muncul dengan sangat berantakan.
"Diam kau sialan!!! mulut serta kelakuan sampah mu itu yang membuat istriku menderita!"
"Apa maksudmu kak Lukas?? bisa-bisanya kau berkata seperti ini padaku?? jelas-jelas istri kampungan mu itu yang selalu lelet!! bagaimana aku tidak mengomel padanya??"
Plaaaaaaakkk!!!
Rasa panas yang kini menjalar pada pipi sebelah kanan seketika membuat Mawar menatap sang kakak dengan bola mata yang hampir lepas dari tempatnya.
"Ada apa sebenarnya dengan dirimu kak??? kenapa kau sekasar ini padaku sekarang?? jika memang Seruni meninggalkan mu!! itu semua karena memang dia tak pantas untuk berada di keluarga kita dari awal!!"
"Aku bilang diam!!!" telapak tangan Lukas pun kembali terangkat.
"Astaga!! ada apa ini, Nak?? kenapa kalian saling berteriak seperti ini??" sosok Nyonya Niti yang akhirnya muncul dan berdiri di tengah putra-putrinya seketika membuat Lukas menghentikan pergerakan.
"Putri mu yang tak berguna ini, dia merendahkan istriku!!! usir saja gadis sialan ini ibu!! aku sungguh muak melihat wajahnya!!" Lukas berucap remeh sembari terus mencoba untuk melepas dasi yang terlilit di kerah kemeja.
"Lukas!!! apa yang kau katakan?? dia ini adikmu, Lukas???"
"Ooooeeekkk!!!!"
"Kau mabuk lagi, Lukas??? apa yang salah dengan dirimu Nak??"
"Oooeeeekkk!!!"
Cairan menjijikkan yang kembali tersembur dari dalam perut Lukas seketika membuat pria itu tersungkur lesu di lantai.
"Kenapa aku harus menuruti semua perkataan kalian? kalian lah penyebabnya!!"
"Lukas-,"
"Diam lah ibu!!!! jangan menyentuh ku!!! aku ini benar-benar lelaki brengsek yang tak berguna!! diriku sudah kehilangan satu-satunya hal yang paling berharga dalam hidupku sekarang!! kenapa aku harus menjadi putra mu??? kenapa diriku tak bisa membantah semua perkataan toxic yang kau lontarkan saat itu?? kenapa aku membiarkan semua orang di rumah ini menyakiti istriku? kenapa???" Lukas berteriak sembari mengacak rambut, cairan bening pun terlihat luruh di pipinya.
Lukas?? putraku ...,
Nyonya Niti terdiam hening, dirinya bahkan kembali terhuyung saat Lukas menampik kasar uluran tangannya saat ingin berdiri.
"Oh Seruni!! kembali lah padaku, sayang!! kenapa dirimu setega ini padaku Seruni?? tak bisakah kita hidup berdua saja? aku yang salah!! aku minta maaf!!! seharusnya aku segera membawa mu pergi dari rumah ini, Seruni!!"
Lukas yang melangkah sempoyongan sembari meracau dihadapan Mawar juga sang ibu membuat kedua wanita itu semakin hening dan menatap ke arahnya dengan iba.
Kenapa kalian baru menyadarinya sekarang? lihatlah!! kalian sama sekali tak mampu berbuat apapun tanpa kak Seruni,
Wildan tertunduk, ia kembali menutup pintu kamar perlahan setelah memperhatikan kericuhan keluarganya dari kejauhan.
kok kayak g ngerti kepribadian suami sendiri sih...