Novel ini mengisahkan seorang pemuda lugu yang kekuatannya tertutup racun sejak kecil, dia bertemu dengan seorang kakek yang menolongnya dan memberinya kekuatan yang bisa mengalahkan para dewa.
Dia punya tubuh antik yang jarang dimiliki oleh banyak orang, tapi titik kekuatan yang dia punya hanya terbuka satu saja, padahal ada tiga titik kekuatan yang harus dibuka untuk setiap orang yang belajar beladiri.
Pemuda ini tidak tahu siapa kedua orang tuanya, dia berpetualang mengelilingi kerajaan-kerajaan hingga akhirnya dapat menemukan orang tuanya yang saat ini kekuatannya sudah hilang sama sekali karena titik kekuatannya sudah dihancurkan semua oleh seorang yang mempunyai kekuatan super power juga.
Orang yang mempunyai kekuatan super power itu ternyata adalah saudaranya sendiri yang menapaki jalan hitam dalam kehidupannya.
Dengan segenap keinginan dan semangat yang membara, tokoh utama dari novel ini mempelajari ilmu spiritual dan berusaha untuk membuka semua titik kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rama memasuki gunung Panjang bersama rekan-rekannya
Setelah bertemu dengan Grindi,
mereka semua berjalan menuju tempat pembuatan senjata miliknya, terlihat Rama
sedang memegan sebuah material senjata yang langka.
“Material apa ini?”. Tanya Rama
“Itu batu meteoroid tuan muda,
adanya di gunung Panjang saja, itu
material langka yang sudah hampir punah, jika itu digunakan untum membuat
pedang, senjata dari besi baja akan langsung bisa dipatahkan”. Jawab Grindi.
“Dimana gunung panjang berada?”.
Tanya Rama kembali
“Itu gunungnya tuan muda,
terlihat jelas dari sini, tapi jika ingin kesana harus benar-benar siap untuk
menghadapi banyak hewan siluman disana”. Lanjut Grindi
“Baiklah, jangan khawatirkan itu,
aku mau kesana, siapa yang mau ikut?” Rama menawarkan kepada rekannya, sudah
pasti semuanya ingin selalu berada disamping rama dan mau ikut semua.
“Baiklah, nanti malam kita
berangkat kesana”. Kata Rama
“Orang ini, sungguh mempunyai
keberanian yang sangat besar, jarang sekali pendekar apapun yang mau mendekati
gunung itu, malah dia ingin memasukinya”. Gumam Grindi didalam hati.
Malam harinya.
“Anak muda, apakah kalian
benar-benar akan pergi ke gunung panjang?”. Tanya ki Tunggak.
“Benar ki, memangnya kenapa?”.
Tanya Rama
“Anakku pergi kedalam sana sudah
dari tiga tahun yang lalu dan belum kembali”. Jawab Ki Tunggak
“Anak kakek perempuan atau pria
kek?”. Tanya Purwati
“Anakku perempuan, mungkin sudah
seumuran nona ini”. Jawab ki Tunggak sambil menunjuk kearah Sukmawati.
“Jika kalian bertemu dengannya,
aku minta tolong, bawalah dia kembali”. Harap ki Tunggak
“Tenang saja kek, kami adalah
orang-orang hebat yang tidak akan terkalahkan, jadi pasti akan membawa anak
kakek kembali, nanti”. Jawab Purwati yang sudah mulai Pede.
Berangkatlah mereka berempat
menuju gunung padang menggunakan burung elang kepunyaan ki Buana Abadi.
“Akhirnya sampai juga kira
digunung ini, aura disini memang benar-benar menyeramkan”. Kata Rama kepada
tiga rekannya.
“Iya tuan muda, kalau tuan muda
sama gadis kecil Purwati saya tidak perlu khawatir lagi, tapi untuk saya dan
Puteri Sukmawati harus super hati-hati disini”. Kata Ki Buana Abadi yang
sedikit ketar-ketir.
“Tenang saja, aku akan melindungi
kalian bertiga”. Kata Rama
“kakak, aku ingat ketika kakak
melawan orang yang memakai pedang terakhir kali, kakak menyerangnya dengan
formasi yang sama persis dengan yang dibuat oleh orang itu, apakah kakak bisa
mempelajari semua ilmu beladiri dengan sangat cepat?”. Tanya Purwati.
“Hehehe, itu, kebetulans aja
tiba-tiba bisa”. Jawab Rama
“Kakaaaaak, kakak mah gitu”.
Jawab purwati manja
“Awas didepan ada seekor siluman
beruang ang cukup kuat”. Tiba-tiba rama mengatakan sesuatu
“Bagaimana kakak bisa tau?”.
Tanya Purwati
“Kakak mendapatkan kekuatan ini
saat dipagoda kerajan Singo Ngaung”. Jawab Rama
“Oooo, jadi kita bisa lebih
berhati-hati sekarang”. Kata ki Buana Abadi
“GHOUGH, GHOUGH, GHOUGH”.
Terdengan suara beruang sedang lapar dan ternya beruang itu sangat besar
sekali, tingginya melebihi pohon yang ada disana.
“Wadaw!, ini beruang apa
monster?”. Tanya Rama didalam hatinya
Dengan spontan beruang itu
menyerang Rama dan kawan-kawannya yang membuat mereka menjadi kocar-kacir,
karena tidak tahu harus bagaimana melawan beruang sebesar itu, terlihat beruang
itu mengeluarkan aura hitam dari tubuhnya dengan mata berwarna hitam juga.
“GHOUGH, GHOUGH,
GHOUGH”. Suara beruang itu sambil mengibaskan tangannya yang terlihat
mengeluarkan asal hitam pekat yang beracun dan tajam.
“Hati-hati, jangan
sampai kalian terkena asap itu, asap itu sangat tajam sekali”. Kata Sukmawati
Rama dengan
kuda-kudanya memfokuskan auranya untuk membentuk cahaya dewa perang yang pernah
ia serap dari tuan Balaraja, dan “BYAR” keluarlah cahaya yang berbentuk sosok dewa perang yang siap menghabisi siapapun
yang berada didepannya.
Sosok cahaya
dewa pedang itu langsung mengibaskan pedangnya kearah beruang raksasa
didepannya dan terlihat perkelahian antara cahaya dewa dengan sosok beruang
yang sangat sengit.
“Krosaak, Brug!!”. Beruang raksasa itu
terjatuh dan mengeluarkan inti kekuatan siluman yang langsung diambil oleh
Rama.
“Baiklah,
beruangnya sudah tewas, kita lanjutkan lagi perjalanan kita mencari batu
meteoroid”. Kata Rama dengan santai.
Rama kembali
melihat ada sosok Serigala dengan empat ekor berwarna putih sedang marah
didepan mereka.
Terlihat
serigala itu membuka mulutnya dan mengeluarkan bulatan cahaya yang sangat
terang dan semakin membesar.
“Bahaya!, Adik
kecil buat perisaimu”. Teriak Rama.
“Baik kak”.
Jawab purwati sambil membuat perisai yang tidak terlihat oleh siapapun kecuali
rama dan purwati.
“GHUUUUUUUUUUUZZZHHH”.
Suara semburan cahata dari mulut serigala itu mengarah langsung kepada keempat
orang yang sedang berdiri didepannya.
“Matilah kita,
perisainya tidak dapat diaktifkan”. Gumam ki Buana Abadi yang tidak tahu kalau
perisai milik Purwati memang tidak terlihat mata
“DWAR!!!!”.
Terlihat ledakan dari rumah Grindi.
Cahaya Putih
mengkilap dan asap membumbung kelangit.
Sementara Rama
dan kawan-kawannya masih berdiri didalam perisai yang dibuat oleh Purwati.
“Sukma,
keluarkan kekuatan bunga tulipmu, dan gabungkan dengan kekuatan pedang purwati,
lalu ki Buana masukkan kekuatan apimu kedalamnya”. Kata Rama sambil menerangkan
“Baiklah”. Jawab
mereka serentak
“hyat, Hyat,
hyat”. Suara dari ketig orang itu terderngar dan keluarlah aura berwarna pink
membentuk bunga tulip, yang dipenuhi pedang-pedang berwarna hijau yang dilapisi
api.
“Wuzz!” pedang-pedang berwarna hijau dari
bunga tulip berwarna pink langsung menghujam kearah Serigala yang mengeluarkan
cahaya putih kembali untuk menahan pedang-pedang itu.
“Ki Buana,
keluarkan petir penghancur semesta punyamu!”. Kata Rama
“Baik tuan
muda”. Ki Buana langsung menunjukkan jarinya kearah serigala yang berada
didepannya dan keluarlah petir berwarna ungu yang menuju ke serigaka itu dan, “Dwar!!”. Ledakan kembali terjadi, tapi
sekarang terlihat serigala berekor empat itu sudah terkapar dengan satu inti
kekuatan siluman yang terbang diatasnya.
“Sepertinya
malam ini, kita akan panen inti spiritual siluman, hahahaha”. Kata Rama sambil
tertawa.
“Ada siluman apa
lagi didepan, tuan muda?”. Tanya ki Buana Abadi
“Sudah lama saya
tidak mengeluarkan kekuatan saya, kali ini saya sangat bersemangat untuk
mencoba kekuatan langkah dewa punya saya”. Lanjut ki Buana Abadi
“Boleeeh,
boleeeh”. Jawab Rama kembali dengan datar.
“Kita sedang
dimana ini tuan muda?”. Kata Ki Buana bingung, terlihat Purwati dan Sukmawati
juga ikut bingung, begitu juga Rama yang sama-sama bingung.
“Apakah kita
masuk ke ruang ilusi? Siapa yang membuat ruang ilusi ini? Apakah siluman disini
sehebat ini? Bisa membuat ruang ilusi yang benar-benar nyata?”. Gumam Rama
“Tenang saja,
kita masuk kealam ilusi”. Kata Rama
Tiba-tiba datang
seorang gadis cantik memakai baju berwarna putih, seperti seorang perempuan
pendekar pedang
“Siapa, kalian?,
apakah kalian akan masuk ke dalam gua yanga da dipegunungan ini?”. Tanya gadis
itu
“Kami kemari
hanya ingin mencari batu meteoroid untuk membuat sebuah senjata tak terkalahkan
nona”. Jawab Rama
“Siapa yang menyuruh kalian kemari?”. Tanya
gadis itu kembali
atas bawah... yg baca jdi rada bingung.