Kim Da Mi harus menikahi Yoo Jae Suk, cucu dari presdir Yoo yang sudah berjanji pada kakeknya. Meskipun perasaannya masih tersisa untuk aktor tampan Wi Ha Joon.
Akankah dia mampu menekan perasaannya pada aktor tampan itu, sedangkan dia harus tetap bekerjasama dengannya untuk menangani Rumah Pelangi miliknya?
Yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Sampai di rumah keluarga Yoo.
"Kamar mu di sana tuan putri kecil" tunjuk Jae Suk pada Yu Na yang sejak tadi terus bicara dan akrab dengannya.
"Terimakasih" jawab Yu Na langsung membawa kopernya.
Da Mi mengangkat kedua alisnya.
"Kamar mu?" Jae Suk bertanya pada Da Mi.
"Di sana, di kamar ku" lanjut Jae Suk menunjuk.
Da Mi mengerutkan dahinya, kemudian memukul lengan Jae Suk.
"Sakiiit! " keluh Jae Suk.
"Benar, kau bawa saja semua baju mu ke kamar Mikey. Di sana juga sudah ada beberapa baju yang kakek beli untuk mu, Mikey juga ikut memilih untuk mu" ucap Min Hyuk dari belakang.
"Tapi kek, aku dan dia... " Da Mi enggan.
"Satu bulan lagi, hanya tinggal satu bulan lagi. Kau hamil beberapa minggu pun sebelum menikah takkan begitu terlihat" ucap Min Hyuk.
Mata Da Mi dan Jae Suk membulat. Da Mi menyeringai kesal, sementara Jae Suk tertawa tanpa suara, kemudian membentuk setengah lingkaran di perut mengejek Da Mi.
Da Mi menendangnya, dia pun kesakitan tapi tetap tersenyum.
Saat masuk, Jae Suk ikut masuk dan membuka jaketnya.
"Hei kau mau apa? " Da Mi berseru cukup keras.
"Tentu saja mandi, tadi aku habis olahraga sebelum menjemput mu" ucap Jae Suk yang akan membuka kausnya.
"Ehhhh, berhenti! Aku belum keluar! " Da Mi menghentikan.
"Kalau begitu, sudah sana keluar! " Jae Suk mendorongnya.
Da Mi keluar dan pergi berkeliling di rumah luas itu.
Sementara Jae Suk memperhatikan dirinya dari pintu kamar.
"Kau sering pergi bersama Ha Joon dan menerima perasaannya, dengan orang yang dijodohkan dengan mu kau bersikap seperti itu" gumam Jae Suk kemudian sedikit menyeringai.
Da Mi berhenti di luar, kemudian duduk di kursi taman, Min Hyuk mendekat dan menemaninya.
Jae Suk memperhatikan dari jendela kamarnya.
"Jika bukan karena kakek, aku tidak mau menerima perjodohan ini" ucap Jae Suk lagi.
Jae Suk jadi berpikir, sudah cukup lama dia tak bertemu dengan Ha Joon dan membicarakan taruhan itu. Dia mengambil ponsel dan menghubunginya.
Beberapa saat setelah mandi, dia pergi dengan terburu-buru tanpa mengatakan apapun pada yang lainnya.
Da Mi melihatnya.
"Dia pasti menemui temannya, begitu kalau sudah hendak menemuinya" ucap Min Hyuk.
"Teman? " tanya Da Mi.
"Ya, Wi Ha Joon, teman Jae Suk. Mereka sering pergi bersama. Ha Joon anak yang cukup baik dan menyenangkan" jawab Min Hyuk.
Da Mi terkejut, namun terdiam, tatapannya beralih pada mobil Jae Suk yang pergi.
"Teman! " gumamnya lagi.
#
Sementara itu.
Mirae datang ke tempat syuting terlambat karena memikirkan perjodohan Jae Suk dan Da Mi.
Dia terus dimarahi sutradara, tapi pikirannya masih memikirkan ketidakpercayaannya terhadap apa yang terjadi.
Wi Ha Joon melihatnya, setelah sutradara pergi, dia mendekat dan menyapa Mirae.
"Kau baik-baik saja? " tanya Ha Joon.
Mirae menatap Ha Joon, matanya membulat kemudian dia menutup matanya.
"Kenapa? " tanya Ha Joon.
"Tidak, aku hanya sedang mengatur otak ku supaya aku tidak salah bicara" ucap Mirae.
"Kau ini kenapa? " Ha Joon terheran.
"Hei Ha Joon si! "
Seru Jae Suk dari kejauhan.
Mata Mirae terbuka lebar, dia menoleh bersamaan dengan Ha Joon.
"Hai bro! " Ha Joon melakukan tos istimewa dengannya.
Mirae tertegun menatap keakraban mereka.
Jae Suk langsung terdiam menatap Mirae.
"Kau tidak bekerja? " tanya Jae Suk sembari mengangkat alisnya.
"Hmmm? " Mirae masih tak sadar.
"Pergi bekerja sana! " Jae Suk menunjuk ke arah kerumunan.
"Ahhh, iya Pak, permisi Pak! " Mirae tersenyum bodoh dan pergi.
Jae Suk menunggunya menjauh, baru bicara dengan Ha Joon.
"Dia bersikap aneh hari ini" ucap Ha Joon.
"Dia mengatakan sesuatu? " tanya Jae Suk.
"Tidak, memangnya kau menyuruh dia mengatakan sesuatu padaku?" tanya Ha Joon.
"Tidak, aku hanya tanya" Jae Suk duduk.
Mereka terdiam sejenak melihat beberapa adegan diambil di depannya.
"Soal taruhan itu, bagaimana? Kapan aku harus siapkan rumah dan Lamborghini merah ku untuk mu" tanya Jae Suk.
Ha Joon menghela kemudian menunduk.
"Maaf bro, aku tidak bisa mengembalikan uang penalti padamu. Aku juga tidak bisa memenangkan taruhan itu" jawab Ha Joon pelan.
Jae Suk mengerutkan dahinya.
"Kenapa? Bukankah hubungan kalian berjalan lancar? " tanya Jae Suk.
"Ya, tapi kami hanya berhubungan kerjasama saja. Karena rumah pelangi yang dia rencakan saja. Selebihnya, dia tak pernah punya perasaan padaku" jawab Ha Joon malu.
Tapi Jae Suk pernah melihat Da Mi begitu tersipu menerima semua perhatian dan sikap manis Ha Joon. Dia heran kenapa Ha Joon menyerah.
"Coba sekali lagi, datang saat dia sedang sedih dan manfaatkan suasana itu untuk mengambil hatinya" ucap Jae Suk.
Ha Joon menatap Jae Suk, merasa dia terlalu merencanakan semuanya.
"Itu yang ada dalam naskah beberapa waktu ini" lanjut Jae Suk menutupi.
"Ahhh, kau benar. Mungkin aku tidak begitu intens bersamanya" jawab Ha Joon setuju.
"Ya, coba sekali lagi, ku lihat kau juga benar-benar menyukainya" Jae Suk berdiri.
"Kau akan pergi? " tanya Ha Joon.
"Aku tunggu sampai bulan depan, masih ada kesempatan" ucap Jae Suk.
"Baiklah, aku akan coba" Ha Joon menjawab dengan mudah meskipun sebenarnya dia sudah menyerah.
Jae Suk pergi dengan sesekali menyapa yang lainnya. Kemudian Su Ni, aktris lawan main Ha Joon mengejarnya.
"Michael! " serunya.
Jae Suk menoleh.
"Hai Sunny cantik! " jawab Jae Suk meraih pinggangnya.
Su Ni tersipu malu, mereka berdua pergi berjalan bersama keluar gedung.
Ha Joon hanya tersenyum melihat tingkah Jae Suk yang selalu menerima pelukan setiap wanita cantik.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>