Apa jadinya jika dalam suatu pernikahan hadir orang ketiga?
Begitulah nasib Mayang yang harus menghadapi kehidupan pernikahannya yang penuh dengan lika-liku.
Mertua, dan ipar menganggapnya sebagai benalu.
Ditambah dengan lima tahun pernikahannya dengan Adam, mereka belum juga dikaruniai buah hati.
Sanggupkah Mayang menghadapi semua kemelut kehidupan?
Akan kah Mayang memilih untuk meninggalkan suaminya atau tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Semenjak kejadian kemaren. Adam lebih sering menghubungin Mayang, dengan alasan mantan ibu mertua nya ingin bertemu dengan hafiz. Bukan niat Mayang tidak mau mempertemukan hafiz dengan neneknya. Tapi mengingat tujuan Adam hanya untuk surat rumah. Membuat Mayang berpikir ulang.
Karena bosan dengan ulah Adam dan mantan ibu mertua nya yang selalu menghubunginya. Mayang mengijinkan mereka untuk bertemu dengan hafiz. Biar bagaimana pun hafiz berhak mengenal neneknya. Mayang meminta agar mereka bertemu diluar, tidak dirumah Mayang melainkan disalah satu restoran yang dekat dengan butik nya.
Tak lupa pula Mayang meminta pengacaranya untuk membawa berkas-berkas surat pemindahan nama hak kepemilikan rumah mereka yang dulu. Mayang telah menghubungi pengacaranya dan meminta nya untuk datang ke restoran yang sudah disepakati oleh Mayang dan Adam. Mayang sudah tidak mau berurusan dengan mereka kecuali yang berhubungan dengan Hafiz.
"Bun, nanti ketemu ayah jam berapa?"tanya hafiz dengan wajah ceria.
"Sehabis Dzuhur sayang. Kenapa nak?"jawab Mayang
"Enggak apa-apa Bun."ucap hafiz ragu-ragu
"Beneran sayang?"tanyaku pasti
"Iya Bun. Hafiz siap-siap dulu ya Bun." Bergegas hafiz menuju kamar nya untuk bersiap-siap. Mayang hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya.
Setelah rapi, Mayang dan hafiz memacu kendaraannya menuju restoran yang telah mereka sepakati. Suasana jalan sangat padat kemungkinan besar mereka akan sampai terlambat.
Sesampainya di restoran, Mayang melihat Adam, mantan ibu mertua nya tak lupa pula Novi dan anak laki-laki mereka yang usia nya tidak jauh berbeda dengan hafiz. Yang sedang bercanda gurau dan mengobrol. Mayang dan hafiz berjalan menuju meja mereka. Dan menduduki kursi yang telah disediakan.
"Maaf telat, tadi macet di jalan. Gimana kabar ibu." ujar Mayang sambil basa-basi lalu mencium tangan mantan ibu mertuanya.
"Enggak apa-apa Mayang. Ibu sehat-sehat saja. Ini hafiz kan may? " Tanya mantan ibu mertu.
"Iya Bu, ini hafiz."jawab ku.
"Salim ayah dan nenek, fiz."ujarku kepada hafiz. Hafiz pun mencium punggung tangan nenek dan ayah nya.
"Hafiz mau pesan apa sayang? May pesan lah makanan untuk mu dan hafiz. Ibu baru saja memesan makanan."tanya mantan ibu mertua Mayang dengan suara yang dilembutkan nya.
Mayang memanggil salah satu waiters dan memesan makanan untuk dirinya dan juga hafiz.
"May, ibu mau meminta tolong sama kamu buat memberikan sertifikat rumah kalian dulu." Ungkap mantan ibu mertuanya.
Deg
"Maaf, Bu. Sebenernya tujuan ibu itu ingin bertemu hafiz atau masalah sertifikat rumah ya?"tanya ku sambil melihat wajah putraku hafiz. Mayang melihat Adam yang sedang mencium pipi anaknya.
"Sebenernya tujuan ibu bertemu kamu, buat sertifikat rumah dan ketemu hafiz cucu ibu?"ucap mantan ibu mertua. "Kenapa kamu tidak memberitahu kami kalau kamu hamil may? Jadi kamu tidak perlu bercerai dengan Adam. Lagi pula kamu itu kan enggak punya siapa-siapa. Pakai acara berpisah segala."sungut nya.
"Maksud ibu apa bilang seperti itu?"tanya Mayang dengan emosi
"Maksud ibu, seharusnya kamu sama adam tidak usah bercerai kalau kamu sedang hamil. Lagian kamu itu cuma ibu rumahtangga. Mana mungkin kamu punya penghasilan buat membiayai cucu ibu. Jadi ibu tidak perlu keluar dari rumah itu dan tinggal di rumah lama ibu, ibu kan jadi malu sama teman-teman ibu. Lagi pula Novi tidak bisa diharapkan mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus anak."ungkap nya tanpa sadar.
"Ooooooh.. jadi maksud ibu Mayang jadi pembantu rumah tangga gratisan gitu"
"Bukan may.. bukan gitu maksud ibu"bantah mas Adam mengelak ucapan ibu nya.
"Enggak apa-apa dam, saya paham. Untuk masalah urusan sertifikat rumah, ibu jangan khawatir. Mayang sudah urus pemindahan nama menjadi nama Adam. Tunggu pengacara Mayang. Sebentar lagi datang kok." Ucap ku sambil melihat wajah ibu dan Adam yang tersenyum mendengar bahwa Mayang telah mengubah hak kepemilikan rumah nya lama.
"Bagus lah kalau begitu. Akhirnya kamu sadar juga kalau itu hak nya Adam "ujar ibu dengan lirih yang masih bisa Mayang dengar.
"Cihhh... Dasar nenek-nenek peyot.. enak aja nyuruh gue jadi pembantu gratis an."batin Mayang.
Tak lama kemudian hidangan telah tersaji di atas meja mereka. Dan mulai mereka menyantap makanan yang telah tersaji sambil menunggu pengacara Mayang tiba.
"Maaf Bu Mayang, saya terlambat. Ini berkas-berkas nya"ucap Johan sambil menyerahkan sertifikat rumahnya yang dulu.
"Terima kasih pak johan. pak johan mau makan dulu"tawar Mayang
"Tidak usah Bu, saya masih harus buru-buru karena mau ketemu client lain nya. Saya permisi dulu ya Bu mayang"tolak Johan lalu bergegas pergi.
Mayang langsung menyerahkan sertifikat rumah lamanya sama mantan ibu mertuanya.
"Ini sertifikat rumah, Mayang harap ibu dan Adam tidak usah menghubungi Mayang. Kalau bukan urusan hafiz. Kami permisi dulu."pamit Mayang sambil mengandeng tangan hafiz. Mayang dan hafiz langsung berjalan ke arah kasir dan membayar tagihan mereka. Dan berjalan menuju parkiran mobil.
Sakit hati, itu yang Mayang rasa kan melihat hafiz tidak sedikit pun disapa bahkan di perdulikan oleh ayah kandung nya. Mayang dapat melihat kekecewaan di raut wajah hafiz. Adam lebih banyak fokus serta menunjukkan kasih sayang nya kepada anaknya yang lain. Tanpa melihat putranya hafiz. Dan Novi tersenyum mengejek Mayang dan hafiz.
Mayang memacu kendaraannya dengan pelan menuju rumahnya. Mayang menyadari bahwa hafiz tidak seceria saat berangkat tadi. Sekarang hafiz lebih banyak diam sambil melihat kearah luar jendela.
"Sayang, are you ok"tanya ku sambil menatap jalan.
"I'm oke Bun"
"Menangis lah kalau hafiz ingin menangis. Bunda tahu apa yang sekarang hafiz rasakan. Tapi setelah itu kembali lah jadi hafiz yang dulu. Hafiz masih punya bunda yang sayang sama hafiz dan selalu bersama hafiz."ujar ku.
Hiks... Hiks... Hiks...
Terdengar suara tangisan pilu hafiz. Membuat Mayang mencengkeram stir mobil mengeluarkan emosi yang pendam. Mayang membiarkan hafiz mengeluarkan sesak di dadanya. Mayang mengulurkan tangan kirinya dan mengusap rambut hafiz untuk menyalurkan kasih sayangnya.
Tidak ada ibu yang kuat melihat anak nya menangis. Ingin rasanya Mayang menghancurkan mereka karena telah melukai hati putranya.
Sesampainya di rumah. Mayang menyuruh hafiz untuk membersihkan diri dan beristirahat. Mayang duduk di sofa kamarnya dengan tatapan kosong. Pikirannya berkelana kemana-mana. Suara adzan menyadarkan Mayang dari lamunannya. Mayang bergegas membersihkan diri nya dan melaksanakan sholat sambil meminta ampunan.
Seusai melaksanakan sholat Mayang bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makan malam mereka dan merapikan rumah. Mayang berusaha mencari kesibukan untuk menghilangkan sakit hatinya.
Setelah semua tugas selesai. Mayang berjalan menuju kamar hafiz untuk mengecek kondisi putranya. Hafiz memutar gagang pintu dan membukanya. Dilihat sang anak yang sedang tertidur. Dan bekas air mata di wajah putranya. Mayang mengusap air mata di wajah hafiz dan merebahkan diri nya disamping putranya. Sambil memeluk tubuh putranya.