Nb : konten sensitif untuk usia 18 tahun ke atas !
Parade Hitam, wabah Menari.
Kisah kelam dalam hidup dan musik.
Tentang hati seorang anak manusia,
mencintai tapi membenci diri sendiri.
Sebuah kisah gambaran dunia yang berantakan ketika adanya larangan akan musik dan terjadinya wabah menari yang menewaskan banyak orang.
------------------------------------------------
Menceritakan tentang Psikopat Bisu yg mampu merasakan bentuk, aroma, bahkan rasa dari suatu bunyi maupun suara.
Dia adalah pribadi yang sangat mencintai musik, mencintai suara kerikil bergesekan, kayu terbakar, angin berhembus, air tenang, bahkan tembok bangunan tua.
Namun, sangat membenci satu hal.
Yaitu, "SUARA UMAT MANUSIA"
------------------------------------------------
Apa kau tahu usus Manusia bisa menghasilkan suara?
Apa kau tahu kulitnya bisa jadi seni indah?
Apa kau tahu rasa manis dari lemak dan ototnya?
Apa kau tahu yang belum kau tahu?
Hahahaha...
Apakah kau tetap mau menari bersamaku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sad Rocinante, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian II - Cold Smile
Empat belas hari lamanya Mercury di dalam kurungan, badannya menjadi lebih kurus lagi dan tatapannya jauh lebih kosong daripada yang sebelumnya, wajahnya menyimpan banyak amarah dan kebencian.
Semua itu karena selama dia di dalam kurungan ini dia telah sedikit banyak tahu rahasia di baliknya. Dengan terpaksa telah banyak mendengar pembicaraan dan teriakan segala tetek bengek manusia-manusia di sana, karena itulah amarahnya semakin tak terbendung, sebab akhirnya dia mengetahui alasan kenapa satu-satunya teman masa kecilnya menghilang entah kemana.
Sebenarnya bisa saja dari dulu dia mencoba mendengarkan setiap suara di sekitar panti asuhan bahkan seluruh hutan terdekat jika dia mau.
Namun, dia tidak pernah melakukannya karena dia tidak akan sanggup jika harus mendengar suara-suara manusia, apalagi kalau memaksa untuk mendengarkan banyak suara sekaligus itu akan berdampak pada pendengarannya, tidak jarang telinganya berdenging atau kepalanya pusing serta mual dan muntah-muntah.
Awalnya Mercury tidaklah sebenci itu terhadap orang lain, semuanya dimulai sejak teman masa kecilnya yang bernama: Adelaide menghilang bak ditelan bumi, membuat suasana hati Mercury menjadi kacau dan kosong.
Adelaide adalah seorang gadis kecil berusia satu tahun lebih tua dari Mercury serta gadis dengan kulit berwarna hitam dan rambut ikal. Karena warna kulitnya itu lah dia menjadi sering dihina dan dijauhi oleh orang-orang, kesamaan inilah yang membuat Mercury dan Adelaide lama-lama menjadi dekat karena memang sudah menjadi insting atau naluri seorang manusia: bersatu dengan orang lain ketika memiliki musuh yang sama.
Adelaide pula yang menjadi alasan senyum di wajah Mercury yang sampai saat dia menghilang senyum itu tetap ada walau hanya senyum dingin dan palsu.
Suatu hari Adelaide yang ketakutan karena dipukuli oleh anak-anak yang lebih tua dibantu oleh Mercury yang memberikan punggungnya sebagai tameng pukulan dari anak-anak perundung itu. Mercury yang datang entah dari mana tiba-tiba menimpa dan menutup mulut Adelaide menggunakan kedua tangannya sehingga dia lah yang menjadi sarang pukulan para anak-anak nakal tersebut.
Karena kejadian itu Adelaide yang merasa berterimakasih mencoba menjadi teman bagi Mercury walau sebenarnya dia selalu merinding ketika dekat dengannya, dan Mercury pula awalnya menolak dan tidak sudi karena sebenarnya tujuan awalnya bukan untuk melindungi Adelaide melainkan untuk menghentikan suara tangisannya yang sangat mengganggu itu.
Namun, walau hanya karena kesalah pahaman hubungan mereka menjadi dekat, Mercury mulai membuka diri untuk orang lain dan Adelaide pun memberanikan diri dan mencoba menghiraukan segala ketakutan yang dia rasakan ketika bersama dengan Mercury.
Mereka berdua selalu bersama setiap saat sampai anak-anak yang lain tidak sudi lagi untuk mengganggu mereka. Satu saja sudah membuat jengkel, apalagi dua.
Adelaide selalu berbicara seakan banyak hal yang bisa dia katakan sekaligus dalam satu waktu, Mercury yang mendengarnya hanya bisa bersabar dan membiasakan diri. Adelaide adalah anak yang periang, sering menggoda wajah dingin Mercury yang sama sekali tidak pernah terlihat tersenyum atau tertawa, berkali-kali Adelaide menari seperti orang bodoh atau menggelitiki badan Mercury—semuanya tidak berhasil, anak ini seperti batang pohon saja.
Namun, Adelaide yang periang tidak pernah berhenti untuk membuat Mercury bisa tertawa, dia tahu kalau mercury sangat suka mendengarkan suara, sehingga dia menarik paksa Mercury yang sedang tertidur di bawah pohon untuk ikut bersamanya ke dalam hutan yang dekat dengan bendungan.
Sesampainya di sana, Mercury melihat banyak burung yang beterbangan karena kedatangan mereka, telinganya yang jeli merasa bahagia mendengar semua suara kepakan sayap itu.
"Ayo tutup matamu, ayo, ayo ...." Adelaide manarik tangan Mercuri dan memaksanya agar menutup mata.
Setelah Mercury menutup matanya tiba-tiba Adelaide bersiul nyaring dan burung-burung jalak di sana mengikuti suara siulan nya bersaut-sautan begitu indah membuat Mercury tidak bisa berhenti menggerakkan kepalanya, telinganya tak bisa berhenti bergerak menerima segala keindahan itu.
Lambat laun Mercury mulai tersenyum menikmati segala kicau-kicau burung yang merdu, Adelaide yang menyaksikannya ikut terkagum akan senyum tulus dari mercury: sangatlah indah dan menghangatkan hati.
Saking bahagianya Adelaide, dia sampai-sampai tertawa lepas dan membuat Mercury membuka matanya begitu terkejut, tanpa sepengetahuan mereka burung-burung jalak di sana juga bersaut-sautan menirukan suara tawa lucu Adelaide.
Mercury yang kebingungan malah merasa geli dan ikut tertawa walau tidak mengeluarkan suara sedikitpun tapi mulutnya terbuka sangat lebar bahkan dia sampai memegangi perutnya saking terbahak-bahak nya.
'Hahahaha Hahahaha ....'
"Hahahaha hahahaha ...."
Keduanya tidak tau harus berbuat apa kecuali tertawa bahagia menyaksikan burung yang seakan menertawai mereka, aneh tapi lucu sekali, hewan lebih bisa menghadirkan kebahagian kepada manusia dibandingkan sesama manusia itu sendiri.
Hahahaha ... hahaha ... manusia memang begitu, mereka mau membuat orang lain bahagia hanya ketika mereka bisa ikut di dalamnya, mereka mau membantu orang lain hanya ketika mereka membutuhkan sesuatu darinya. Sungguh berbeda dengan hewan, hewan akan memberikan apa yang mereka mau berikan tanpa tahu apa balasannya, mereka bersifat baik kepada mereka yang juga memperlakukan mereka dengan baik, dan mereka akan setia kepada mereka yang memberinya kasih sayang. Keduanya sama-sama memiliki hati dan pikiran, bedanya yang satu bisa membusuk.
Syurrr ....
Hujan datang tiba-tiba, burung-burung segera beterbangan kesarang mereka masing-masing. Brrrrr ..., meninggalkan kedua anak kecil yang masih asik tertawa berpegangan tangan penuh gembira.
Di bawah hujan dua sahabat baru ini meninggalkan kesendiriannya, menari bersama kepedihan, tertawa bersama kebencian.
"Mercury ...! kamu harus selalu tersenyum, ya ...!" teriak Adelaide yang berlari meninggalkan Mercury di belakang.
Mercury yang masih kesulitan menggerakkan bibir untuk tersenyum membalasnya dengan anggukan saja, namun hatinya sungguh ingin berteriak: Iaaaa ...! Sekeras mungkin.
Adelaide yang melihat Mercury hanya menunduk kembali berlari menghampirinya dan menarik bibir Mercury ke atas seperti tersenyum dengan kedua jempolnya.
"Nah ..., selalu tersenyum seperti ini .... Hahahaha ...."
Mercury menangis walau dia tidak tau pasti kenapa dia bisa menangis, dia tidak pernah merasakan hal aneh seperti ini biasanya, air mata mengalir dari matanya padahal dia sangat gembira, bibirnya mengkerut seperti bayi cengeng saja, membuat Adelaide tertawa terbahak bahak melihatnya. Ini bukan tangisan kesedihan tapi air mata bahagia. Mungkin.
"Hahaha ..., aku bilangkan tersenyum, kenapa kamu malah jadi cengeng? dasar cengeng, hahaha ...."
Adelaine yang merasa lucu sekaligus kasihan langsung mengelap air mata di pipi Mercury dan memeluknya erat, dinginnya air hujan terasa hangat akan kasih sayang yang tercipta di antara manusia yang di benci ini.
"Sudah-sudah dasar cengeng, ayo kita pulang."
Mercury yang merasa bingung dengan segera mengelap air matanya dan menunduk serta memberikan senyum tulus yang akhirnya bisa dia lakukan dengan kemampuannya sendiri. Walau sebenarnya hanya meniru senyuman Adelaide saja.
"Ayo ..."
Terimakasih ....
***
Hingga pada suatu hari kira-kira setahun lalu tiba-tiba Adelaide ditarik oleh Demian dan Madam Brielle dari ruangan madu dan dibawa entah kemana tanpa sepengetahuan Mercury.
Mercury yang terbangun dari tidurnya sudah tidak melihat Adelaide lagi di sampingnya, dia sangat khawatir dan mencari sahabatnya kemana-mana tetapi sama sekali tidak bisa menemukannya. Dia mencoba bertanya kepada semua orang tetapi mereka malah berlari ketakutan dan tidak sudi berdekatan dengannya, dia mencoba mencari di segala tempat bahkan sampai kedalam hutan yang jauh tetap dia tidak bisa menemukannya, suara Adelaide seakan lenyap, detak jantungnya sudah tidak terdengar lagi di sekitar panti asuhan.
Mulai saat itulah Mercury kembali membenci manusia lagi, dan lagi. Dia tidak percaya kepada orang lain lagi, dan lagi.
'Adelaide kau berbohong, kau pembohong! kau berjanji tidak akan meninggalkanku tapi sekarang kau telah melakukannya, kau pembohong ...!'
Bibit-bibit kebencian kembali tumbuh dalam hati Mercury, hanya satu hal yang masih dia pertahankan untuk mengobati kekosongan di jiwanya, yaitu tersenyum walau hanya senyum palsu, baginya menepati janji adalah suatu hal yang penting.
***
Begitulah masa lalu Mercury yang membuatnya semakin marah kepada seisi panti asuhan busuk ini.
Dua minggu di kurungan dan mendengarkan semua hal yang ada di sana membuatnya telah tau hal apa yang terjadi sebenarnya, dan hal apa yang telah dialamai oleh Adelaide, sahabatnya.
Saat ini dia ingin segera keluar dan menghabisi semua orang, saat ini dia hanya ingin menghancurkan segala hal, sungguh pedih tak tertahankan lagi, dan lagi.
Tak ... tuk ... tak ...tuk ....
Mercury menyadari suara kaki seseorang yang sedang berjalan ke arahnya, dari suara jantung dan pernafasannya Mercury tahu kalau itu adalah Damien.
Cek lek ...
Damien membuka pintu kurungan Mercury, dari balik kegelapan dia hanya melihat dua bolah mata biru yang menatapnya seakan ingin menelannya utuh-utuh.
Namun, berbeda dengan kebanyakan orang yang berhadapan dengan Mercury, Damien sama sekali tidak merasakan apapun karena pria buruk rupa ini sama sekali tidak mengerti tentang perasaan takut, senang, sedih atau apapun itu, dia hanyalah manusia pesuruh yang akan melakukan segala hal yang tuannya perintahkan, hanya anjing peliharaan saja.
Damien mengayun parang kasar, memotong tali yang mengikat kayu pasung di kaki Mercury dan melepaskannya. Mercury yang sangat lemah hanya bisa menahan rasa amarah dan kebingungan di benaknya.
'Mau apa lagi manusia busuk ini?'
Damien mengangkat tubuh Mercury karena pastinya dia tidak akan bisa berjalan, selain karena kakinya pasti telah keram, kayu pasung itu juga memberikan bekas lecet yang melingkar di antara kulit kaki Mercury. Damien dengan cepat mengangkat dan membawanya keluar dari kurungan, mengantarkannya kembali ke-Ruangan Madu.
Tidaklah biasa seorang anak yang dikurung akan dibebaskan secepat itu, bahkan tidak jarang anak yang dikurung sangat lama saat keluar mereka sudah jadi gila, ada pula yang tidak pernah terlihat lagi entah mereka masih dalam kurungan atau sudah mati.
Aneh ... ada apa ini sebenarnya?
Mercury hanya bisa menunggu dan menahan amarahnya untuk sementara waktu.
pokoknya netral dah, baru kali ini ketemu novel klasik kayak novel terjemahan aja