Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Moodku benar-benar rusak karena tingkah Leo. Kalau di lihat-lihat Leo malah seperti tokoh CEO dingin dan kejam yang ada di novel-novel.
Kami berkeliling tempat pembangunan resort bersama klien dari Thailand dan juga sekretarisnya. Juga beberapa para pengembang yang mengerjakan pembangunan. Aku memperhatikan asisten Leo yang sejak awal pertemuan hingga hampir selesai hanya diam. Mengangguk jika setuju, atau hanya mengatakan 'Baik Tuan' jika di mintai tolong.
Pantas saja tidak ada perempuan yang mau menjalin hubungan dengannya. Sikapnya benar-benar seperti orang yang baru bertemu dengan manusia.
Bagaimana bisa papa Wili menjadikan Leo sebagai asisten mas Dimas. Mas Dimas terlihat tidak seperti bos nya, melainkan anak buahnya. Karena sekali mendapatkan tatapan tajam mas Dimas langsung kicep. Tidak berani lagi mendebatnya.
"Yang mana yang atasan, yang mana yang bawahan sebenarnya." gumamku pelan, karena tidak ingin terdengar oleh mereka. Beruntung aku berjalan di paling belakang. Karena aku masih sedikit kesulitan untuk berjalan cepat. Beberapa kali aku melihat asisten Leo menatap ke arahku dengan pandangan yang entah. Tapi aku tidak terlalu memperdulikannya.
Sebenarnya kehadiranku disini tidak ada gunanya sama sekali, karena sudah ada asisten Leo bersama mas Dimas. Biasanya mas Dimas akan bertemu klien hanya bersama sekretarisnya, sementara asistennya itu tinggal di kantor, untuk mengurus kantor saat mas Dimas berada di luar, atau mas Dimas yang akan berada di kantor dan meminta asistennya untuk bertemu klien.
Akhirnya setelah hampir 2 jam pertemuan untuk meninjau pembangunan resort sudah berakhir. Aku bernafas lega, karena sejak tadi aku mengikuti mereka dengan jalan tertatih. Selan******* ku masih sedikit perih dan tak nyaman sehingga membuatku sulit berjalan. Mas Dimas benar-benar membuatku tak berdaya.
Kami berpisah dengan klien di parkiran. Setelah klien pergi, aku langsung masuk ke dalam mobil. Sementara mas Dimas sedang berdiskusi dengan asisten Leo dan beberapa pekerja.
Kami berpisah di sini dengan asisten Leo, karena aku dan mas Dimas mengendarai mobil pribadi milik mas Dimas, sementara asisten Leo menggunakan mobil kantor, untuk menuju kantor. Aku dan mas Dimas berencana untuk langsung pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, aku langsung masuk tanpa menunggu mas Dimas yang sedang memarkirkan mobil ke dalam garasi.
"Yessa!" aku memanggil Yessa setelah berada di ruang keluarga.
Tak lama kemudian aku melihat mama Ulan baru keluar dari dalam kamar.
"Kalian sudah pulang." kata mama Ulan, sambil menatapku dan mas Dimas yang baru masuk.
"Yessa baru aja tidur An, sebaiknya kalian bersih-bersih dulu. Kalau belum makan siang makan dulu."
"Apa semalam Yessa mencari Mommy dan Daddy nya ma?" tanyaku, sembari mendekati ibu mertuaku yang duduk di sofa.
"Hanya bertanya. Tapi tidak menangis. Mama mengatakan jika mommy dan daddy nya sedang bekerja. Mama tidak menyangka jika memiliki cucu yang sangat pintar dan ceria. Kalian tinggal disini saja ya." ucap mama, lalu menggenggam tangan ku dengan mata menatapku penuh harap.
Aku membalas genggaman tangan ibu mertuaku dan mengangguk dengan mengulas senyum manis. "Iya mah, kami akan tinggal disini. Tapi aku mau minta izin sama mama, untuk membawa para pekerja di rumahku ke sini. Aku tidak tega memecat mereka yang suda lama ikut bersamaku." kataku meminta persetujuan. Meskipun aku yakin mama akan mengizinkannya, tapi alangkah lebih baik jika aku meminta izin sebelum mengambil keputusan.
"Tentu saja boleh, mama malah senang karena akan banyak orang di sini. Semakin ramai semakin seru kan. Mama dan papa tidak akan kesepian lagi.
Aku senang mendengar persetujuan mama, lalu memeluknya. Akhirnya aku bisa merasakan lagi pelukan kehangatan seorang ibu. "Terimakasih ya ma!"
"Hmm!" jawab mama dengan mengusap punggungku.
Aku melihat mas Dimas tersenyum senang melihat ku dan mama yang berpelukan. Sejak dulu aku dan mama memang memiliki hubungan yang baik, mama dulu mengalami sakit gagal ginjal, aku membantu mas Dimas untuk mengurus mama. Aku juga bekerja sebagai karyawan di tempatnya dulu bekerja sebagai admin. Untuk membatu keuangan mas Dimas. Aku menyediakan suster untuk merawat mama saat aku dan mas Dimas sedang bekerja.
Mas Dimas mengajakku untuk ke kamar, ia merangkul pinggangku menaiki tangga.
"Mas, jangan lagi ya." kataku dengan tatapan memohon. Karena saat ini ia langsung melahap bibirku setelah menutup pintu kamar dan menguncinya.
Mas Dimas menyeringai dan menarik syal yang aku pakai dan melepaskannya. "Kenapa?" tanyanya.
"Aku beneran capek mas. Nanti malam lah, berikan aku waktu untuk istirahat sampai nanti malam. Setelah itu kamu bisa melakukannya lagi semalaman."
"Aku akan menagihnya!" jawabnya lalu mencubit gemas kedua pipiku.
Aku hanya mengangguk dan masuk ke dalam kamar mandi meninggalkannya untuk membersihkan tubuhku. Sepertinya aku harus membeli multivitamin untuk bisa mengimbangi stamina mas Dimas. Aku takut tidak bisa bekerja karena terlalu lelah.