Evelyn hanya seorang gadis desa yang pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Beruntung sekali karena dia mendapat pekerjaan di Mansion Revelton, keluarga kaya nomor satu di Spanyol.
Namun siapa sangka ternyata kedatangannya malah membawa petaka untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Dia ingin memasuki Eve lagi dan lagi. Gadis itu tampak menggigit bibir bawahnya menahan sakit. Keineer yang melihat itu menjadi semakin bernafsuu.
"Satu pelepasan lagi bagaimana?"
"Ti-tidak Tuan."
"Kau menolak? Ingin aku paksa?"
Eve menangis dalam diamnya tubuhnya benar-benar sakit semua terutama bagian intimnya tapi Keineer malah meminta satu pelepasan lagi, katakanlah bahwa pria itu sangat gila.
---
Keineer merasa iba melihat Eve kembali menangis. Wajah Eve yang berlinang air mata selalu mengganggunya, dia tidak suka melihat Evenya menangis.
"Kalau begitu hanya ciuman, bagaimana? Ku jamin kau tidak akan menyesal jika mau melakukanny." Keineer tetaplah Keineer. Jika tidak bisa kembali bercinta maka dia harus mendapatkan yang lain. Salahkan saja tubuh Eve yang selalu membuatnya bernafsu setiap saat.
Eve hanya bisa mengangguk pasrah menolak pun percuma pria itu pasti akan memaksanya. Keineer mencium bibir Eve dengan lembut membawa kedua tangan Eve untuk mengalung di lehernya. Kedua tangan Keineer memeluk tubuh Eve. Dengan lihai Keineer melumat bibir mungil Eve disesapnya bibir yang terasa begitu manis tersebut.
Tangannya kanannya mulai menjamah gung kembar milik Eve. Dengan sesekali memilin puting merah jambunya yang sudah mengeras. Evenya sudah terangsang.
Keineer tampak tersenyum kemenangan tapi Eve tiba-tiba memukul adalah bidang Keineer yang membuat pria itu langsung melepaskan tautan bibirnya.
"Ada apa?"
"Anda tidak berangkat ke kantor? Bagaimana jika Nyonya mencari anda atau bahkan dia bisa curiga.."
"Bisa tidak jangan membahas dia saat kita sedang bersama?"
Keineer mendelik tajam membuat Eve menundukan pandangannya takut.
"Da berhenti memanggilnya dengan sebutan Nyonya, dia bukan majikanmu lagi."
Keineer benar-benar ingin menyiksa Eve dengan kenikmatan saat ini juga.
"Sekali lagi ku jelaskan jangan membahas orang lain termasuk istriku maka akan ku hukum kau, Eve." Keineer menggigit sekilas bibir bawah Eve dengan cukup kuat hingga pemiliknya meringis.
"Jangan memancing emosiku, Eve. Aku bukanlah orang yang dibekali banyak kesabaran." Keineer meremas kedua gunung kembar Eve dengan kuat.
Ah
Eve mendesah pelan dan meringis dia meraih tangan Keineer dan menyingkirkan tangan besar pria itu.
"Diam atau aku akan semakin menjadi. Aku sedang marah Eve sayang." tatapan Keineer menggelap. Dia tidak bisa lagi menahan gairahnya.
Digigitnya leher mulus Eve yang lembab dihisapnya cukup kuat sehingga meninggalkan bekas ungu kebiruan. Eve menggigit nibir bawahnya menahan desahan.
Keineer sedikit mengangkat pinggul Eve sedangkan tangan kanannya memposisikan pedang tumpulnya. Eve berteriak tertahan dengan sekali hentakan pedang tumpulnya tertanam sempurna di dalam sana.
Oh siaal Evenya masih saja terasa sempit. Eve menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Keineer. Kedua tangannya mencengkeram bahu pria itu menahan sakit yang begitu luar biasa. Bagian intinya masih terasa sakit karena kegiatan semalam dan sekarang sudah dimasuki kembali bayangkan seperti apa rasa sakitnya.
"Sakit.."
Keineer menampakan seringai iblisnya emosinya sedang meledak-ledak saat ini. Bersama Eve dia selalu emosi tanpa sebab dan bergairah setiap waktu. Eve hanya pasrah dengan isak tangis. Dia sudah mati-matian menahan tangisannya namun isakan itu tetap tidak bisa direndam.
"Sebagai hukuman sekarang bergerak, naik turunkan pinggulmu!"
Eve menggeleng pelan dia tidak akan sanggup bergerak dengan rasa sakit yang begitu luar biasa.
"Kau menolak lagi, Sayang?"
Keineer mulai bergerak dengan brutal pedang tumpulnya terus menusuk Eve dengan kasar
Ah ah
"Tuan sakit.."
"Ah bi**ch.." Keineer menggeram dan semakin menambah kecepatannya.Keineer dapat merasakan pedangnya yang seperti dihisap.
Keineer menarik rambut panjang Eve membuat kepala gadis itu mendongak. Keineer menikmati pemandangan gunung kembar gadisnya yang berguncang. Dada gadis itu tampak naik turun seiring tarikan nafas pemiliknya.
"Kau sangat seksi, Evee!!" seperti kesetanan Keineer terus bergerak dengan berubah-ubah posisi. Dia tidak memperdulikan Eve yang mulai berteriak kesakitan dan mencoba untuk. melepaskan penyatuan.