Cerita ini untuk fatcat dengan happy ending
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Jadi sebenernya gue suka sama Meyra, bukan Sera. Waktu itu kan Meyra nggak tertarik sama gue, yang keliatan interest sama gue malah Sera, jadi ya udah deh gue akhirnya deket sama dia. Gue deket sama Sera juga sebenernya pengen bisa ikut deket sama Meyra, eh ternyata gak bisa. Meyra makin jauh, dan akhirnya gue minta lah Papa buat jodohin gue dengan Meyra. Akhirnya jadi begini, Meyra benci sama gue." jelas Gale panjang lebar pada Vardhan, Felix, Caden. Ketiganya mengangguk paham dengan penjelasan yang telah diberikan oleh Gale.
"Oh gitu ternyata ceritanya. Pantes Meyra sekarang ketus sama lo." Gale menatap Caden tajam mendengar perkataannya barusan. Sedangkan yang ditatap hanya bisa menyengir.
"Kenapa lo gak deketin aja Meyra dari awal Gal, tanpa harus modus dulu ke Sera." ucap Felix memberikan pendapatnya.
"Ya karena itu tadi dia gak tertarik sama gue. Tau sendiri kan Meyra cuma lihat Nathan. Dia kayak udah bener-bener yakin sama perasaannya buat si cupu itu. Bahkan tadi pas gue pukulin si culun, Meyra nangisin dia dan bentak gue."
"Hah, lo pukulin dia Gal ?" Caden bertanya dengan raut muka terkejutnya begitu pula dengan Felix dan juga Vardhan.
"Iya lah, siapa yang gak emosi coba liat calon tunangannya peluk-pelukan sama cowok lain. Disaat gue jemput dia ke rumahnya dan ternyata dia udah berangkat sama si culun itu."
"Wah begitu, kalo gue jadi lo kayaknya juga bakal lakuin hal yang sama sih." Caden menunjukkan raut muka geramnya, mendukung apa yang diperbuat oleh temannya itu.
"Lo kan tau sendiri gimana perasaan Meyra ke Nathan, terus kenapa lo malah minta buat dijodohin sama Meyra ?" tanya Vardhan penasaran.
"Karena gue pengen miliki Meyra dengan status yang jelas. Terserah dia suka atau nggak, biar gue aja yang suka dia itu lebih dari cukup. Toh si culun itu gak mungkin bisa berbuat apa-apa dengan dijodohkan nya Meyra sama gue. Dia bakalan patah hati liat gue sama Meyra bersama, dan gue menunggu hal itu." smirk terbit di bibir Gale saat mengucapkan kalimat terakhir.
"Bucin banget lo Gal" ujar Felix yang diangguki oleh Caden.
Sepertinya ia akan merelakan perasaannya, pikir Vardhan.
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Ini pertama kalinya Meyra mengantar Nathan ke rumah Ayah kandungnya yang asli. Ia belum pernah tau Ayahnya Nathan itu orang yang seperti apa karena Nathan sendiri belum bercerita padanya. Hanya sekilas menyebutkan nama Ayahnya yaitu, Dominic. Gadis itu mengantarkan pulang Nathan dengan menaiki taksi. Tau sendiri tadi dirinya dijemput Nathan saat ke kampus.
Saat memasuki pelataran kediaman Ayah Nathan, Meyra dibuat menganga. Ia terkejut melihat rumah Ayahnya yang bak istana ini. Sebentar, sepertinya ini tidak asing baginya. Dia seperti pernah melihatnya tapi dimana ya. Ah, Meyra ingat sekarang. Dia pernah melihat rumah yang seperti istana ini disiarkan di beberapa stasiun berita. Pemiliknya sendiri adalah orang terkaya di negara A, Dominic McCartney. Jangan bilang Dominic yang dimaksud Nathan waktu itu memang Dominic McCartney.
Beberapa bodyguard ditempatkan di depan pintu. Selain untuk keamanan, seolah hal tersebut untuk menyambut kedatangan pemilik rumah. Terbukti mereka menundukkan kepalanya secara bersamaan saat Nathan tiba.
"Ya ampun tuan muda, kenapa anda bisa sampai babak belur begini ?" tanya George dengan raut wajah khawatir.
"Gak apa-apa kok, cuma luka biasa. Ini juga udah diobatin tadi." Meyra melotot mendengar jawaban Nathan barusan, ingin rasanya menyela namun ia tidak punya keberanian untuk menyampaikannya sekarang.
"Mari saya antar ke kamar" Nathan hanya mengangguk mengiyakan. Meyra sendiri mengikuti dibelakangnya.
"Minta tolong siapkan minuman dan camilan untuk Meyra ya." pinta Nathan pada George, usai dirinya sampai di kamar.
"Baik tuan muda"
"Terima kasih" Nathan memberikan senyumannya pada George yang dibalas oleh pria yang sudah beruban itu.
"Sama-sama tuan muda"
Kini Nathan dan juga Meyra duduk di atas ranjang king size milik cowok itu. Meyra memandang lekat Nathan, sedangkan si empu yang ditatap mengalihkan pandangannya ke arah lain karena tidak kuat ditatap terus menerus begitu. Meyra sendiri masih ingat ucapan Nathan yang membuatnya kesal.
"Ah sakit Meyra" Meyra menekan luka Nathan membuatnya mengerang kesakitan. Lagipula siapa suruh Nathan bilang cuma luka biasa, giliran disentuh begitu mengeluh kesakitan.
"Katanya tadi cuma luka biasa." kata Meyra dengan memutar bola matanya malas.
"Iya maaf, aku tadi salah ngomong."
"Duh imutnya" batin Meyra ingin berteriak saja rasanya melihat raut wajah Nathan yang sekarang mirip anak kucing minta dikarungin.
"Kamu emang bisa deh bikin aku gak bisa marah lama-lama ke kamu." Nathan tersenyum senang mendengar Meyra berkata seperti itu.
"Then, hug me please." pinta Nathan
"Sure" Meyra malah sangat senang dengan permintaan cowok itu.
Keduanya berpelukan agak lama. Meyra tidak mengeratkan pelukannya dengan Nathan seperti biasanya karena takut menyakiti cowok itu. Nathan sendiri menghirup dalam-dalam wangi Meyra yang membuatnya tenang. Sepertinya, berpelukan dengan Meyra menjadi hal favoritnya saat ini. Sampai tiba-tiba sebuah ketukan pintu mengejutkan dua insan tersebut.
Ternyata yang mengetuk pintu adalah Anne. Dia membawakan minuman juga camilan seperti yang diminta oleh Nathan tadi.
"Terima kasih" ucap Nathan dan Meyra berbarengan.
"Sama-sama. Kalo gitu saya permisi tuan muda, non."
"Minum Meyra" Nathan mempersilahkan gadis imut itu, dan langsung saja dilakukan oleh Meyra.
"You're so beautiful" kata Nathan tiba-tiba yang membuat Meyra salting.
"Apa sih, tiba-tiba banget kamu ngomong gitu." Meyra berbicara tapi tidak berani menatap Nathan. Pipi gadis itu kini terlihat memerah.
"Kamu cantik banget kalo lagi blushing gini." kedua tangan Nathan menangkup pipi Meyra. Satu jempolnya mengelus pipi gadis imut itu yang terasa begitu halus.
"Athan..." rengeknya yang kemudian langsung menyembunyikan mukanya di dada Nathan.
"Hahaha" tawa Nathan sembari mengelus puncak kepala Meyra.
"Oh iya Athan. Ayah kandung kamu yang asli, yang kamu maksud tuh Dominic McCartney ?" Meyra bertanya selepas mengurai pelukannya dengan Nathan.
"Iya betul"
"What, jadi sekarang kamu punya Ayah pengusaha terkaya dong ?" Nathan mengangguk membenarkan.
"Ya begitulah" Nathan mengambil kedua tangan Meyra dan menggenggamnya.
"Awalnya aku shock dan agak tidak terima dengan kenyataan yang aku tau. Tapi di lain sisi aku tidak harus insecure lagi, jika nantinya kita bersatu. Sekarang aku akan perjuangkan kamu Meyra." Nathan mengecup kedua tangannya Meyra yang tadi digenggam olehnya. Gadis manis nan imut itu sendiri sudah merasa terharu dibuatnya.
"Makasih, aku seneng banget dengernya kamu mau perjuangin aku." Nathan mengangguk sembari memberikan senyuman tulusnya.