Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Gaun Rancangan Haura dikontrak
Haura kini berada di sebuah penginapan di mana sebuah ajang perancang mode busana pemula dilaksanakan. Acara yang disponsori sebuah majalah mode terkenal itu cukup sukses. Hasil rancangan Haura banyak dilirik dan disukai para pengunjung. Haura sangat senang gaun rancangannya banyak yang meminati.
Tidak hanya gaun rancangannya saja yang disuka, milik yang lain juga seperti milik Adi dan teman-teman lain dari kampus lain juga banyak yang melirik. Haura tidak kecil hati atau patah semangat. Sebab ajang ini bukan ajang kompetisi, melainkan ajang mengeksplor kemampuan dari para calon perancang muda.
"Ra, hasil rancangan kita banyak diminati para pengunjung. Kalau banyak yang meminati, lumayan rancangan kita bisa dibeli bahkan dikontrak untuk beberapa bulan," ucap Adi senang.
"Aku tidak terlalu berharap besar, Di. Sudah diikutkan ajang ini saja, aku sangat senang. Masih banyak rancangan perancang lain yang lebih bagus dari punya aku," sahut Haura merendah.
"Kamu ini terlalu merendah. Oh iya, berhubung acara ini selesainya sampai malam hari, nanti kamu dari kampus langsung aku antar pulang ke rumah, ya?" ujar Adi menawarkan tumpangan.
"Oh, iya, Di. Terimakasih sebelumnya. Aku pikir acara ini akan memakan waktu semalam dua hari. Aku terlanjur membawa baju ganti," kata Haura menyesal, karena tasnya menjadi penuh oleh baju ganti yang ia bawa.
"Tidak apa-apa, kalau kamu ingin nginap, pulangnya tidak perlu langsung ke rumah, kamu nginap saja di rumah aku, siangnya baru pulang," ujar Adi sembari tertawa.
Haura sejenak melotot dengan ucapan Adi yang dinilainya nyeleneh. Dia menggeleng memberikan reaksi sebagai tanda tidak setuju.
"Tenang saja aku cuma bercanda, kok, Ra. Jangan diambil hati. Kamu ini serius banget nanggapinya," tanggap Adi kemudian.
"Sepertinya kemarin panitia penyelenggara salah perhitungan, mereka pikir acara ini akan molor dan makan waktu lebih dari perkiraan," lanjut Adi memberikan argumen tentang pernyataan seorang panitia yang sebelumnya bilang kalau acara itu akan makan waktu semalam dua hari dan menginap.
Haura senang sebetulnya akan segera kembali ke rumah. Tapi, kalau ingat lagi dengan Bisma, rasanya hatinya menjadi ciut untuk pulang. Sedikit kecewa juga dengan keputusan panitia kemarin yang sempat menyebutkan acara itu bakal sampai menginap.
"Haura, kamu melamun? Jangan melamun, sekarang siap-siap bereskan barang bawaanmu. Supaya nanti malam sekitar kam 12 malam, barang kamu sudah siap dan tidak ada yang tertinggal," ujar Adi memperingatkan.
Haura manut, dia segera menuju kamarnya untuk membereskan barang bawaannya. Kebetulan ia satu kamar bersama Ghina yang juga akan membereskan barang bawaannya juga.
Setelah selesai membereskan barangnya, Haura segera mengirimkan pesan WA pada Bi Mimin. Untung saja saat ini waktu baru menunjukkan pukul 21.30 Wib, artinya Bi Mimin baru saja akan siap-siap masuk kamar.
"Assalamualaikum, Bi Mimin. Saya tidak jadi menginap. Karena acaranya selesai dalam satu hari ini. Kemungkinan saya sampai rumah sekitar jam tiga dini hari. Saya minta tolong buka pintu gerbangnya nanti, ya. Tapi, ingat, ya, Bi. Jangan bilang dulu ke mama atau yang lainnya kalau saya pulang dini hari nanti. Terus nanti saya masuk ke dalam rumahnya dari pintu samping saja. Terimakasih, ya, Bi. Assalamualaikum," pesan Haura kepada Bi Mimin.
Untung saja Bi Mimin jam segitu belum tidur, sehingga ia masih bisa membaca pesan dari Haura.
"Baik, Non, siap," balas Bi Mimin.
Haura lega karena sudah memberi tahukan Bi Mimin akan kepulangannya. Setelah itu, para peserta perancang mode busana pemula masih harus mengikuti acara terakhir penilaian, dari jam 22.00 sampai selesai.
"Perancang pemula yang berhasil dikontrak hasil rancangannya adalah, Haura, Adi, Ghina, Nadin ...." Suara pembawa acara dari acara mode busana itu memperdengarkan pengumuman siapa saja yang hasil rancangannya dikontrak maupun dibeli.
Sorak sorai seketika terdengar begitu riuh, tanda merasa bahagia bahwa hasil rancangannya dinilai dan berhasil dikontrak.
"Alhamdulillah. Lumayan dikontrak enam bulan bisa nambah-nambah uang ujian semester," ujar Ghina dengan gembira. Haura juga sama senangnya dengan Ghina, dari hasil kontrak gaun rancangannya, ia bisa mengumpulkan uang untuk membayar uang SPP nya. Haura merasa bersyukur, sebab ia tidak perlu menerima uang pemberian dari orang tua angkatnya untuk bayar SPP.
Adi dan lainnya sama senangnya merayakan kemenangan bersama malam ini.
Acara itu selesai, menyisakan kebahagiaan pada Haura dan teman-teman yang lainnya. Kini mereka bersiap untuk meninggalkan penginapan di kota Magelang ini, tempat diadakannya acara perancang mode busana pemula.
Rasa lelah terbayar sudah, setelah memasuki bis, Haura merasa sangat ngantuk. Ia pun tertidur di dalam bis, begitu pun yang lain. Sepertinya mereka sedang bermimpi indah atas kebahagiaan masing-masing, karena gaun rancangannya ada yang berhasil dikontrak maupun dibeli langsung. Namun ada juga yang tidak dibeli atau dikontrak, mereka terlihat murung. Tapi bagi rancangannya yang belum terpilih, masih ada agenda acara mode busana di kesempatan lain yang bisa diikuti. Intinya acara itu, tidak berhenti sampai di situ.
Hingga tidak terasa, bis yang ditumpangi rombongan mereka, tiba di kampus. Haura dibangunkan Ghina karena mereka sudah sampai.
"Haura, sini semua tas kamu, biar aku masukkan." Adi meraih tas gendong Haura yang lumayan berat lalu dimasukkan ke dalam mobilnya.
"Benar nih, kamu tidak mau nginap dulu di rumah aku. Di rumah ada mama papa aku, nanti sekalian aku kenalkan sama mereka," ujar Adi sembari tertawa slengean.
"Dari pada nginap di rumah kamu, lebih baik sekalian pulang saja ke rumah. Waktu juga sebentar lagi pagi. Lagipula aku sudah memberitahu orang rumah kalau hari ini aku pulang dini hari," kilah Haura terdengar tidak suka dengan candaan Adi yang ngajaknya menginap.
"Ya sudah, aku hanya bercanda, kok. Ayo, sekarang kamu masuk dulu. Aku antar sampai rumah." Adi segera melajukan mobilnya setelah keduanya masuk ke dalam mobil.
Dua puluh menit kemudian, mobil Adi sudah tiba di depan gerbang pintu rumah orang tua Haura. Haura turun sembari meraih tas gendongnya yang lumayan berat.
"Di, terimakasih banyak, ya, sudah antar aku," ucap Haura setelah dia turun.
"Sama-sama. Kamu sudah hubungi orang rumah, kan?"
"Sudah, Di. Sebentar lagi Bi Mimin bukakan gerbang," jawab Haura.
"Ok, kalau gitu aku akan pergi setelah kamu benar-benar masuk ke dalam," ucap Adi lagi seraya mengawasi Haura dari balik kaca mobil. Tidak lama pintu gerbang itu terbuka, Bi Mimin membuka pintu gerbang.
Mobil Adi pergi setelah melihat Haura masuk dan melambaikan tangan.
"Bi Mimin, saya minta maaf sudah ganggu waktu Bi Mimin." Haura meminta maaf karena merasa tidak enak dengan Bi Mimin.
"Tidak apa-apa Non. Lagian, Bi Mimin memang jam setengah empat sudah bangun kok. Sekarang Non Haura segera ke kamar, sebelum datang waktu subuh lebih baik tidur sejenak, sepertinya Non Haura sangat ngantuk," kata Bi Mimin penuh pengertian. Haura mengangguk, dia memang masih ngantuk karena badannya begitu lelah.
Tiba di kamarnya yang gelap dan hanya temaran dari lampu meja, Haura perlahan meletakkan tas gendongnya di atas meja. Matanya fokus ke atas ranjang yang sepertinya ada yang berbeda.
"Trek." Lampu utama kamar dinyalakan. Haura mengamati ranjangnya. Haura tersentak dan sangat kaget saat di atas ranjangnya ada sebujur tubuh tertidur lelap. Haura semakin kaget ternyata yang tidur di ranjangnya adalah Bisma.
kamu juga sering menghina Haura...
sama aja sih kalian berdua Bisma dan Jelita...😤
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
cinta tak harus memiliki Jelita..siapa suruh selingkuh😁😁😁😁
ada ada aja nih jelita 😆😆😆😆😒
gak sia² si Bisma punya mulut bon cabe 🤣🤣🤣🤣
bilang aja kejadian yang sebenarnya...
Bisma salah paham...