Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TWENTY SIX
"Saya gak pengen jauh sama kamu rasanya. Tapi saya juga sadar gak baik saya terlalu lama di sini" aku mengusap punggungnya dengan tepukan pelan. Ternyata Mas Fahmi juga mengetahui hal itu.
"Maaf karena buat kamu jadi omongan tetangga karena kekhawatiran saya" aku menggeleng. Membiarkan Mas Fahmi melepaskan pelukannya dan berganti dengan usapan lembut di pipi kiri ku.
"Mas berangkat sekarang?" alih ku. Dia menggeleng.
"Abis Maghrib Mas berangkat" aku mengangguk dengan senyum kecil.
"Ya udah, mending sekarang Mas mandi, biar gak suntuk gitu" tanpa bantahan dia beranjak, memasuki kamarnya dan keluar dengan pakaian ganti dan handuk dalam genggaman.
Aku menatapnya dengan kekehan pelan, melihat langkah gontai tak ber semangatnya menuju kamar mandi. Sebelum berganti dengan helaan pelan keluar dari bibir ku.
_
Tepat jam 7 Mas Fahmi keluar dengan tas kecil berisi pakaian dan tas laptop yang dia bawa. Aku, Mamah dan papah beranjak mendekat, menghantar nya menuju teras rumah, menyalimi Mamah papah dan menatap ku, Mas Fahmi bertanya.
"Kamu yakin kamu baik-baik aja Mi?" aku mengangguk dengan seulas senyum yang aku tampilkan tak berniat menahannya semakin lama disini. Bukan tak ingin, hanya khawatir.
"Ami baik Mas" dia mengangguk dengan usapan lembut yang dia labuhkan pada rambutku.
"Ya udah Mas pulang. Jangan sakit lagi ya! Mas janji bakal selalu kasih kabar" aku mengangguk.
"Iya. Mas hati-hati di jalan, dan kabarin kalo udah nyampe rumah" Mas Fahmi mengangguk.
"Saya pamit pak bu. Terima kasih sudah di ijinkan menginap dan maaf kalo merepotkan" papah mamah dengan senyum menggeleng kecil.
"Tidak nak Fahmi. Kami justru seneng dengan kehadiran Nak Fahmi. Tolong di maafin ya kalau semisal ada kata yang menyinggung"
"Tidak bu. Kalau begitu sekali lagi saya pamit assalamu'alaikum"
"Walaikumsalam"
Sesingkat itu mobil yang di kendarai Mas Fahmi menghilang dari pandangan ku. Mamah memberi usapan lembut mengajak masuk ke dalam yang aku ikut tanpa kata dengan sesekali melihat ke belakang entah untuk apa.
_
Setelah kembali sehat seperti sedia kala, aku kembali pada rutinitas keseharian ku, mulai dari bangun pagi, membantu mamah mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus tanaman hias juga ke kampus.
Mas Fahmi menepati janjinya, pria itu selalu memberi kabar walau terkadang hanya satu pesan karena terlalu sibuk, aku memaklumi juga mewajarkan dan tentunya tak ingin banyak menuntut. Aku masih ingat batasan ku.
Mungkin dengan hari ini bisa di hitung 2 bulan lebih lamanya kami tidak bertemu, hanya bertukar kabar melalui room chat sesekali menelfon jika Mas Fahmi tidak terlalu sibuk, menanyakan kabar dan bagaimana kuliah ku, salah satu hal yang sudah aku hafal dari Mas Fahmi, seperti sekarang. Saat pria itu kembali bertanya bagaimana kuliah ku dari sambungan telfon yang berlangsung.
"Aman Mas. Ya walau beberapa dosen gak tanggung-tanggung buat ngasih tugas individu" suara tawanya terdengar halus juga terdengar letih.
"Gak papa. Namanya juga belajar ya" aku mengangguk walau ku yakin dia tak akan melihat itu.
"Mas boleh kirim alamat gak?" aku mendadak mendapat sebuah ide
"Alamat? Buat apa Mi? " tanyanya.
"Gak papa. Pen tau aja di mana Mas tinggal, di mana Mas kerja, boleh gak?" jelas ku dengan tawa pelan.
"Boleh, nanti Mas kirim di chat ya" aku mengangguk lagi.