NovelToon NovelToon
Derita anakku

Derita anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda
Popularitas:393.9k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Sepeninggal suami, Nani terpaksa harus bekerja sebagai seorang TKW dan menitipkan anak semata wayangnya Rima pada ayah dan ibu tirinya.

Nani tak tau kalau sepeninggalnya, Rima sering sekali mengalami kekerasan, hingga tubuhnya kurus kering tak terawat.

Mampukah Nani membalas perlakuan kejam keluarganya pada sang putri?

Ikuti kisah perjuangan Nani sebagai seorang ibu tunggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesialan Dita

Dita sudah tak bisa berkutik, tubuh yang berselimut lumpur comberan berwarna hitam membutuhkan pertolongan untuk mengangkatnya.

Para warga mau tak mau membantu Dita, penampilan gadis itu sungguh menyedihkan badan hitam di tambah mulut dan dahinya mengeluarkan darah.

Cacian dan pukulan di kepala harus di terima Dita saat orang-orang mengerubunginya.

"Ampun ..." lirihnya.

Ingin sekali ada seseorang yang membantunya membawanya ke rumah sakit. Tubuhnya benar-benar sakit.

"Alhamdulillah, biar pun kotor masih selamat," kelegaan terpancar dari wajah pemilik dompet yang di curi Dita.

"Kamu itu masih muda bukannya kerja yang bener malah jadi copet!" makinya kesal sambil menoyor kembali kepala Dita.

"Ampun, tolong ... tolong bawa saya ke Dokter," pintanya.

"Dih ngapain ke Dokter! Ayo kita bawa ke polsek, harus segera di berantas nih copet model begini, jangan-jangan dia punya sindikat," ucap salah satu warga.

Nina yang penasaran lantas mendekat, karena kejadian itu tak jauh dari Tokonya.

Saat warga mengguyur tubuh Dita, Nina tersentak karena pencopet itu adalah saudari tirinya.

"Dita?" lirihnya sambil menutup mulut.

Merasa namanya di panggil Dita lantas mendongak dan menatap Nina penuh harap.

"Mbak Nina tolong," lirih Dita.

Orang-orang di sana menatap heran dengan Nina. Penghuni baru di pasar ternyata berkerabat dengan pencopet, begitu sebagian besar pikiran warga.

Merasa tatapan mengintimidasi itu di arahkan padanya, Nina buru-buru menjelaskan.

"Saya bukan keluarganya, Saya cuma kenal aja!" ujarnya gugup.

Tiba-tiba Yanto juga ikut mendekat setelah dia selesai mengantar penumpang.

"Loh Dit kamu kenapa?" tanya Yanto bingung.

"Mas Yanto," Dita menangis berharap Yanto bisa membantunya lepas dari sana.

"Kamu kenal orang ini Bang?" tanya salah satu warga.

"Iya, dia adik ipar saya, ada apa ya?" tanya Yanto bingung.

"Oh jadi dia adik ipar kamu, ayo kamu ikut kami juga ke polsek!" paksa salah satu warga.

"Loh-loh emangnya ada apa? Kenapa saya harus ke polsek?" tolaknya.

"Adik ipar kamu ini pencopet! Makanya kamu ikut, ngga bakal di penjara juga!" dengus warga yang memegangnya.

Batin Yanto merutuki kelakuan Dita yang malah menyusahkannya. Yanto tentu saja malu setengah mati, bisa hancur nama baiknya gara-gara Dita.

Yang paling di takutkan adalah para pelanggan yang tak mau lagi menggunakan jasanya.

.

.

Di kediaman Tyas, Titik yang sedang bersiap hendak ke pengadilan agama untuk menghadiri proses cerainya dengan Dibyo merasa tak tenang.

"Kok perasaanku ngga enak ya, ada apa?" monolognya.

"Ah, karena mau jadi janda lagi kali makanya ngga enak. Nasib-nasib, begini banget nasibmu Tik ... Tik."

Titik dan Dibyo bertemu di pengadilan agama, tak ada pengacara dari kedua belah pihak, Titik datang seorang diri sedangkan Dibyo di temani Prapto.

Selain karena kondisi Dibyo yang tak mungkin pergi sendiri, Prapto juga di minta Nina untuk memastikan jika bapaknya tidak mempersulit jalannya persidangan.

Dibyo melihat Titik dengan tatapan penuh kerinduan, bagaimana pun kebersamaan mereka yang sudah lima tahun tak bisa begitu saja hilang.

"Bu," sapanya pada Titik.

"Pak, gimana kabar kamu?" jawab Titik gugup.

Sang suami yang kini lumpuh nyatanya tetap sehat dan terurus, hanya dirinya yang tampak menyedihkan.

"Kamu kurusan Bu?" ujar Dibyo menelisik.

"Iya pak, sekarang aku kan jadi buruh cuci pak," jelas Titik sambil terisak.

Mendengar sang istri menjadi buruh cuci membuat hati Dibyo teriris, selama menjadi istrinya Titik selalu di manja.

Sebelum tinggal di rumah Nina dan menjadikan Rima pembantu gratisan, Titik justru yang selalu menyuruh orang mengerjakan rumahnya.

Namun kini istrinya itu harus berkutat dengan pekerjaan yang dulu di bencinya.

"Memangnya anak-anakmu ke mana Bu? Kok tega mereka membiarkan kamu bekerja?"

Titik menghela napas, kehidupan enaknya bersama dengan Dibyo telah mengubah dirinya dan keluarganya menjadi tak tau diri.

Harusnya saat ini dia hidup enak bersama Dibyo dengan nafkah dari Nina kalau saja dia mau merawat Rima dengan baik dulu.

Titik juga bingung mengapa dia tak memperlakukan Rima dengan baik, padahal anak tirinya sudah memperlakukannya dengan baik.

Dia ingat semua itu karena hasutan anak sulungnya. Tyas selalu iri dengan Rima. Dia selalu mempengaruhi Titik agar tak perlu menyayangi Rima karena gadis itu bukanlah cucu kandungnya.

Tyas berkata harusnya Titik lebih perhatian pada Ziva, karena hanya Ziva yang akan mengakuinya sebagai seorang nenek.

Padahal selama ini Rima tak pernah membantah atau pun kurang sopan padanya. Namun tiba-tiba saja Titik membenci Rima tanpa alasan.

"Nasib ibu kali pak, ngga papa yang penting ibu masih bisa makan," lirih Titik berusaha menarik simpati Dibyo.

Prapto membisiki di telinga Dibyo, mengingatkan lelaki paruh baya itu akan ancaman Nina jika Dibyo berulah.

Dibyo menegang, dia mendengus kesal mendengar peringatan Prapto.

"Kenapa Pak?" tanya Titik bingung melihat perubahan suaminya.

"Ngga papa Bu, semoga setelah ini kita bisa hidup dengan damai," ucap Dibyo datar.

Titik tersentak, dia tak bisa menyentuh hati suaminya. Tadinya Titik berharap perceraian ini akan batal karena Titik yakin Dibyo akan mempertahankannya.

Nyatanya semua hanya keinginan semu Titik. Dibyo memilih berpisah dengannya saat di ruang mediasi. Meski dia melihat raut wajah Dibyo yang juga tampak terluka.

"Aku yakin Nina masih mengancammu pak," ucap Titik saat melihat suaminya meninggalkan pengadilan.

.

.

Baru juga sampai di rumah, Titik kembali di kejutkan dengan menantunya yang berteriak mencarinya.

"Bu! Ibu! Di mana sih!" gerutu Yanto dengan napas terengah-engah.

"Kamu kenapa treak-treak sih Pah, berisik tau!" tegur Tyas yang keluar dari kamarnya.

"Ibu mana Yas?" tanya Yanto tak sabar.

Titik lantas menemui Yanto setelah selesai minum di dapur.

"Ada apa sih To! Mau apa kamu cari ibu?" tanya Titik kesal.

"Ayo ikut Bu!" ajak Yanto sambil menarik tangan mertuanya.

"Astagfirullah! Ada apa sih To! Sabar ngapa jelasin dulu!" elak Titik lalu menghempas tangan menantunya.

Yanto benar-benar kesal dengan kelakuan keluarga istrinya ini.

"Ibu tau si Dita itu udah bikin malu! Dia nyopet di pasar terus di hajar masa!" ucap Yanto menggebu-gebu.

Padahal kenyataannya tak ada yang main hakim sendiri pada Dita. Namun Yanto berkata seperti itu karena tak tau kronologi yang sebenarnya.

"Ya Allah Dita, kenapa kamu bisa jadi begini Nak," tubuh Titik meluruh, dia tak menyangka firasat tak mengenakan yang sejak tadi dia rasakan adalah berita mengenai putri bungsunya.

"Ayo Bu! Malah ngegoler," ajak Yanto lagi.

"Pah terus keadaan Dita gimana?" tanya Tyas yang sudah lebih tenang.

"Ada di polsek."

Lagi-lagi tubuh Titik bergetar hebat mendengar keterangan menantunya.

Dia bergegas bangkit dari duduknya lalu mengikuti Yanto. Tyas memilih ikut karena dia juga merasa khawatir.

Meski sering bertengkar, bagaimana pun Dita adalah adik kandungnya.

"Bentar Bu aku tutup rumah dulu."

Mereka ke kantor polisi bersama salah seorang rekan Yanto yang di mintai tolong.

Di sana Titik merasa hatinya hancur kala melihat putri bungsunya tampak berantakan.

"Ya Allah Dit, kenapa kamu begini? Ibu minta kamu cari kerja, bukan malah jadi copet," omelnya sambil terisak.

"Bu tolong bebasin Dita, Dita sakit Bu," rengek Dita.

Saat Dita membuka mulut Yanto dan Tyas menahan tawa karena melihat bibir Dita yang bengkak dan juga gigi depannya yang tanggal satu.

Titik menatap anak dan menantunya sengit, "kenapa kalian senyum-senyum sendiri, ayo bantu ibu ngebebasin Dita!" tegurnya kesal.

"Bebasin Dita? Emang ibu punya duit?" cibir Tyas

.

.

.

Tbc

1
Dwi Rita
ceritanya bagus. recomended
Nyai Omi
/Shy/
Nyai Omi
lanjut
Nyai Omi
/Smile/
Nyai Omi
iya ksian skli sllu d jahati
Nyai Omi
jahat skli mereka
Nyai Omi
g ada akhlak nya tu ibu tri nani
Muji Lestari Tari
Budi oh budi
Muji Lestari Tari
manusia aneh
Muji Lestari Tari
aduh bikin emosi
Muji Lestari Tari
aduh main dukun
Muji Lestari Tari
jangan mau nin
Muji Lestari Tari
keluarga toxic nggak ada lawan
Muji Lestari Tari
Dibyo gila
Muji Lestari Tari
makin nggak jelas ni orang
Muji Lestari Tari
Dibyo bodoh
Muji Lestari Tari
Yanti ni pelakunya
Muji Lestari Tari
kapok
Muji Lestari Tari
mada sih Anan SMP dah berani gituan
Muji Lestari Tari
keluarga toxic
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!