NovelToon NovelToon
Bangkitnya Lady Antagonis

Bangkitnya Lady Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Achaa19

Karin, seorang editor buku yang sibuk, terbangun dalam tubuh Lady Seraphina Ashbourne, seorang karakter antagonis dalam novel percintaan terkenal yang baru saja ia revisi. Dalam cerita asli, Seraphina adalah wanita sombong yang berakhir tragis setelah mencoba merebut perhatian Pangeran Leon dari tokoh utama, Lady Elara.

Berbekal pengetahuannya tentang plot novel, Karin bertekad menghindari takdir suram Seraphina dengan mengubah cara hidupnya. Ia menjauh dari istana, memutuskan untuk tinggal di pinggiran wilayah Ashbourne, dan mencoba menjalani kehidupan sederhana. Namun, perubahan sikapnya justru menarik perhatian banyak pihak:

Pangeran Leon, yang mulai meragukan perasaannya pada Elara, tiba-tiba tertarik dengan sisi "baru" Seraphina.

Duke Cedric Ravenshade, musuh terbesar keluarga Seraphina, yang curiga terhadap perubahan sifatnya, mendekatinya untuk menyelidiki.

Sementara itu, Lady Elara merasa posisinya terancam dan memulai rencana untuk menjatuhkan Seraphina sebelum hal-hal di

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8

Bab 8: Perang yang Tak Terhindarkan

Karin terjaga tengah malam, matanya terbuka lebar dalam kegelapan. Semua yang baru saja ia dengar tentang Lord Malvin dan rencana Lady Elara terus berputar dalam pikirannya. Pangeran Leon mungkin percaya bahwa mereka masih memiliki waktu, tetapi Karin tahu bahwa ancaman ini sudah terlalu dekat—mereka harus bergerak sekarang atau segala sesuatunya akan terlambat.

Di ruang pertemuan yang sepi, ia duduk sendiri, merenungkan langkah-langkah yang harus diambil. "Apakah ini benar-benar yang terbaik?" pikirnya, wajahnya dipenuhi kecemasan. "Jika kita tidak hati-hati, kita bisa kehilangan segalanya."

Pintu perlahan terbuka, dan suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan. Karin menoleh, dan mendapati Pangeran Leon berdiri di ambang pintu, matanya tajam dan penuh tekad. "Karin," katanya dengan suara tenang, meskipun jelas ada kecemasan yang tersembunyi di baliknya. "Aku tahu kau tidak tidur. Kita perlu berbicara."

Karin mengangguk dan mempersilakan Pangeran Leon untuk masuk. "Ada yang perlu kita selesaikan. Kita tidak punya waktu lagi."

Pangeran Leon duduk di seberang meja, wajahnya lebih serius dari sebelumnya. "Aku tahu. Aku telah mengatur beberapa langkah untuk memastikan kita memiliki sekutu di luar istana, tapi aku masih membutuhkan lebih banyak informasi tentang gerakan Lady Elara."

Karin menarik napas dalam-dalam, berusaha tetap tenang. "Aku sudah mendengar sesuatu. Ada informasi baru yang harus kita pertimbangkan. Lady Elara sudah membuat pergerakan besar. Tidak hanya bangsawan yang berpihak padanya, tetapi dia juga memanfaatkan beberapa tentara yang selama ini setia kepada keluarga kerajaan."

Pangeran Leon terdiam sejenak, matanya tertutup rapat, memproses apa yang baru saja didengar. "Itu jauh lebih buruk dari yang aku kira," katanya akhirnya. "Jika dia benar-benar mengendalikan pasukan, maka kita dalam bahaya besar. Tetapi kita tidak bisa mundur."

Karin menatapnya, tekadnya semakin kuat. "Tidak ada pilihan lain, Leon. Kita harus bertindak sekarang. Kita tahu siapa yang kita hadapi."

Pangeran Leon mengangguk. "Ya, dan kita tahu siapa yang bisa kita percayai—beberapa orang di istana masih setia padaku. Tapi kita harus bergerak cepat. Aku juga menerima kabar dari luar bahwa beberapa kerajaan tetangga mulai mencium adanya ketegangan politik di dalam kerajaan ini."

Karin menahan napas sejenak. "Kita perlu mengalihkan perhatian mereka. Jika Lady Elara mendapatkan dukungan internasional, maka kita benar-benar akan kalah."

Pangeran Leon menyandarkan punggungnya ke kursi, matanya memandangi Karin dengan penuh rasa terima kasih dan kepercayaan. "Aku tahu aku bisa mengandalkanmu, Karin. Aku sudah mempersiapkan beberapa langkah, tapi aku ingin kau ikut serta dalam setiap keputusan. Kita harus bersatu dalam perang ini."

Karin mengangguk, sebuah rasa tanggung jawab yang lebih besar semakin menekan dirinya. "Aku siap. Kita harus pastikan Lady Elara tidak menang."

---

Di tempat yang jauh, di ruang rahasia yang jauh dari mata istana, Lady Elara sedang mempersiapkan langkah terakhir dari permainan yang sudah dia susun dengan sempurna. "Mereka sudah mulai bergerak," bisiknya pada dirinya sendiri, matanya berkilat dengan penuh kemenangan. "Tapi mereka tidak tahu apa yang sedang menunggu mereka."

Seorang pengikutnya yang setia berdiri di sampingnya, wajahnya penuh kecemasan. "Lady Elara, Pangeran Leon dan Lady Seraphina semakin mendekat. Mereka sudah mengetahui sebagian dari rencana kita."

Lady Elara tersenyum sinis, tak terlihat sedikitpun ketakutan di wajahnya. "Itu tidak masalah. Aku sudah mempersiapkan segalanya dengan cermat. Bahkan jika mereka tahu, mereka akan terperangkap dalam perangkap yang lebih besar."

Dia berjalan menuju meja besar yang penuh dengan peta dan dokumen-dokumen penting. "Aku sudah memastikan bahwa setiap langkah mereka akan mengarah pada kehancuran. Mereka hanya belum tahu siapa yang sebenarnya berkuasa di sini."

Lady Elara berhenti sejenak, lalu menatap pengikutnya dengan penuh kekuasaan. "Kita hanya perlu sedikit lebih banyak waktu. Ketika waktunya tiba, tak ada yang bisa menghentikan kita."

---

Kembali di istana, Karin dan Pangeran Leon sedang mempersiapkan perjalanan malam mereka. Mereka telah merencanakan untuk menemui beberapa sekutu di luar kota yang bisa membantu mereka mengumpulkan pasukan, dan untuk mengirimkan pesan-pesan penting kepada kerajaan tetangga agar mereka dapat mengantisipasi potensi serangan.

Namun, saat mereka berdua menuju gerbang istana untuk bertemu dengan sekutu mereka, mereka merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Beberapa pasukan kerajaan yang biasanya terlihat setia pada Pangeran Leon tampak menghalangi jalan mereka. Karin merasakan ketegangan yang luar biasa saat melihat raut wajah para tentara itu—sesuatu yang tidak biasa terlihat.

Pangeran Leon berhenti sejenak, menatap mereka dengan hati-hati. "Karin, aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ini tidak seharusnya terjadi."

Sebelum mereka sempat bertindak lebih jauh, salah satu tentara maju ke depan dengan senyum licik di wajahnya. "Pangeran Leon, Lady Seraphina," katanya dengan nada yang penuh ejekan. "Kami telah menerima perintah baru. Semua perjalanan dan rencana kalian harus dihentikan. Langkah kalian sudah terdeteksi."

Karin merasakan sebuah lonjakan energi dalam dirinya, dan dalam sekejap, ia sudah bersiap untuk bertindak. "Apa yang kalian maksud?" tanyanya dengan nada penuh kewaspadaan.

Namun, saat itulah suara langkah kaki lainnya terdengar di belakang mereka, dan dari bayang-bayang muncul lebih banyak tentara yang kini mengelilingi mereka. "Kalian telah terjebak dalam permainan yang lebih besar dari yang kalian kira," suara dingin itu datang dari belakang, dan Karin langsung mengenali siapa yang berbicara.

"Lord Malvin."

Lord Malvin melangkah maju, menatap Pangeran Leon dan Karin dengan tatapan yang sulit dibaca. Senyumnya yang dingin hanya menambah ketegangan di udara. "Kalian tahu," katanya dengan suara yang tenang dan penuh rasa percaya diri, "selalu ada satu langkah lebih cepat daripada kalian."

Karin menggigit bibirnya, berusaha tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang. "Kenapa, Lord Malvin? Kenapa kau berkhianat? Apa yang kau inginkan dari semua ini?" Tanyanya dengan suara yang penuh amarah.

Lord Malvin mengangkat alisnya, seolah terhibur dengan pertanyaan itu. "Apa yang aku inginkan?" katanya perlahan. "Kekuasaan, tentu saja. Tak ada yang lebih menarik daripada kekuasaan yang bisa aku raih dengan menguasai istana ini." Dia berhenti sejenak, seolah menikmati ketegangan yang terasa di antara mereka. "Aku sudah lama berada di sisi yang salah. Namun, ternyata yang benar adalah berada di sisi yang memiliki kekuatan."

Karin merasakan darahnya berdesir. "Kau bekerja sama dengan Lady Elara, bukan?"

Lord Malvin hanya tertawa pelan. "Betul. Dan sekarang, aku berada di pihak yang menang. Pangeran Leon, kamu sudah terlalu lama berada dalam kekuasaannya, sementara aku berada di luar lingkaran itu. Kini saatnya aku mengubah itu."

Pangeran Leon melangkah maju, wajahnya penuh ketegangan dan kemarahan. "Tidak akan ada kemenangan untukmu, Lord Malvin. Kamu mengira kita tidak tahu rencanamu? Kalau aku tidak bisa menghentikanmu, maka aku akan menghancurkan seluruh permainan ini."

Lord Malvin mengangkat tangannya, memberi isyarat pada pasukan yang mengelilingi mereka. "Itu tidak akan mungkin, Pangeran Leon. Kami sudah mempersiapkan segalanya dengan sempurna. Semua jalan yang kamu coba tembus sudah tertutup rapat." Dengan senyuman yang semakin melebar, dia melanjutkan, "Sudah terlalu larut bagi kalian."

Namun, tiba-tiba, suara keras terdengar dari belakang. Sebuah serangan mendalam terjadi di luar jangkauan, yang tidak terduga. Seorang pria yang familiar bagi Karin dan Pangeran Leon muncul dari bayang-bayang, dengan tubuh penuh luka namun masih tampak tegas.

"Jangan dengarkan dia, Pangeran!" pria itu berteriak, suaranya keras dan penuh semangat. "Aku… aku masih setia!"

Karin tercengang saat mengenali sosok itu. "Sersan Derek?" Tanyanya dengan kaget.

Sersan Derek, salah satu prajurit paling setia kepada Pangeran Leon, berjalan maju, meski langkahnya terseok-seok karena luka-lukanya. "Aku diserang oleh pasukan yang lebih besar, tapi aku berhasil lolos. Aku membawa bantuan."

Pangeran Leon menatap Sersan Derek dengan mata penuh harapan. "Apa yang kamu bawa, Derek?"

Derek menarik napas panjang, tubuhnya tampak sangat lelah. "Pasukan setia yang aku kumpulkan di luar istana. Mereka belum berkhianat, Pangeran. Kami bisa melawan."

Namun, Lord Malvin tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan. "Kamu terlalu terlambat, Derek," katanya dengan senyum mengejek. "Kami sudah menutup setiap kemungkinan. Tidak ada yang bisa kalian lakukan."

Sebelum mereka bisa bereaksi lebih jauh, langkah-langkah cepat terdengar dari arah gerbang istana. Tiba-tiba, beberapa pasukan yang tampaknya baru saja datang muncul di hadapan mereka. "Kami datang untuk membantu!" suara seorang komandan pasukan terdengar. "Pangeran Leon, kami tidak akan membiarkan kalian kalah begitu saja."

Karin merasa sedikit lega melihat pasukan yang setia kepada Pangeran Leon datang dari berbagai penjuru, tetapi ia tahu ini bukan waktu untuk bersantai. "Tidak ada waktu lagi! Kita harus menyerang sekarang sebelum mereka bisa menyusun pertahanan lebih kuat!" teriaknya.

Pangeran Leon mengangguk, suaranya dipenuhi kebulatan tekad. "Kita serang sekarang!"

Dengan seruan yang penuh semangat, pasukan yang baru datang bergabung dengan pasukan setia Pangeran Leon. Serangan dimulai dengan cepat, memanfaatkan setiap peluang yang ada. Dalam kekacauan itu, Karin dan Pangeran Leon bergerak cepat, berusaha menemukan jalan menuju tempat yang lebih aman, sambil berusaha menjatuhkan pengkhianat yang masih mengendalikan sebagian besar pasukan.

Namun, di tengah keributan itu, sebuah suara lain terdengar—lebih lembut dan lebih penuh perhitungan. "Kalian pikir ini selesai?" suara Lady Elara terdengar dari kejauhan. "Perang baru saja dimulai."

Karin menoleh dengan kaget, dan melihat Lady Elara berdiri dengan tenang di sisi lain lapangan. "Jangan kira ini akan berakhir begitu saja," Lady Elara melanjutkan, "Bahkan jika kalian mengalahkan Lord Malvin, aku masih memiliki banyak langkah lainnya yang bisa mengubah keadaan."

Dengan mata yang tajam dan penuh keyakinan, Karin menatap Lady Elara. "Kita akan lihat siapa yang bertahan sampai akhir."

---

1
Aster
Kenapa semua orang takut pada pilihan karin?, Seakan-akan mereka sudah tau masa depan, dan takut Karin mengubah nya?
Aster
Dia tiba-tiba berubah, siapa yg tidak penasaran, hemmm
Aisyah Suyuti
menarik
Frando Wijaya
entah knp gw jd alergi denger kta takdir....
Frando Wijaya
cih 😒....gw dh duga bkl terjadi yg sgt menjengkelkan
Frando Wijaya
HA! seakan2 Tau masa dpn apa yg bch ini lht.... bner2 konyol....segituny ingin antagonist jd boneka? HA! bner2 bch krg ajar tdk Tau malu
dea febriani: ijin promosi cerita silhoute of love
total 1 replies
Frando Wijaya
....... mencurigakn 😒😒😒
Frando Wijaya
ini jls2 ada seseorang yg awasi antagonist harus di takdirkn hidup antagonist
Frando Wijaya
gk heran putri kandung sendiri saat mati gk sedih....heh 😏....sampah bht
Frando Wijaya
semua berawal keslhan bpk antagonist sialan itu...yg sdh biarkn anakny mati gara2 Dia
Cha Sumuk
MC ceweknya kurg cerdas jg lemah
Achaa19
bagus
Hikam Sairi
mulai baca
Retno Isma
semangat nulisnya thorrr....💪💪💪💪
Rahman Hayati
masih lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!