(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!)
Demi mendapatkan uang untuk mengobati anak angkatnya, ia rela terjun ke dunia malam yang penuh dosa.
Tak disangka, takdir mempertemukannya dengan Wiratama Abimanyu, seorang pria yang kemudian menjeratnya ke dalam pernikahan untuk balas dendam, akibat sebuah kesalahpahaman.
Follow IG author : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prolog
Sebuah pernikahan harusnya menjadi babak baru dalam kehidupan seseorang, tak terkecuali bagi Alviana Andini. Seorang wanita muda yang akan dinikahi oleh seorang pria dewasa bernama Wiratama Abimanyu Sudarmadi.
Dengan balutan kebaya putih yang semakin memancarkan aura kecantikannya, Via duduk di sisi pria yang sebentar lagi akan berstatus sebagai suaminya. Lirikan penuh kebencian Wira terarah pada dirinya, yang membuat wanita itu menunduk takut.
"Saya terima nikah dan kawinnya Alviana Andini Binti Adam dengan mahar seperangkat alat shalat dibayar tunai." Suara lantang Wira terdengar begitu merdu mengucapkan ijab qabul. Via memejamkan matanya sesaat dengan tetesan air mata membasahi wajahnya. Beberapa orang saksi pernikahan yang hadir menyerukan kata sah.
Tangannya terulur, hendak menyalami sang suami. Namun yang diperoleh Via tidak seperti pengantin lain, tak ada senyuman, tak ada kecupan lembut di kening.
Malam pengantin yang seharusnya menjadi malam terindah bagi Via nyatanya menjadi malam paling menyedihkan dalam hidupnya. Bagaimana tidak, ia ditinggalkan di malam pertama pernikahannya. Lelaki tampan yang baru saja menjadi suaminya sangat membenci dirinya dan bersumpah akan membuat Via hidup bagai di neraka.
Kebencian Wira pada Via bukan tanpa alasan. Dengan julukan sebagai wanita murahan, Wira tak henti-hentinya menghina Via yang diketahuinya berprofesi sebagai seorang wanita penghibur.
Jika boleh memilih, Via bahkan tak ingin menginjakkan kakinya kedalam kubangan lumpur yang menodai nilai kesuciannya sebagai seorang wanita.
Wira memutuskan menikahi Via demi menjauhkan ayahnya dari godaan Via, yang ia duga merupakan wanita simpanan ayahnya. Yang membuat Wira seakan tak percaya adalah ayahnya sangat mendukung keputusannya menikahi wanita malam tersebut.
"Jangan pernah bermimpi untuk bisa menjadi istriku yang sebenarnya. Wanita kotor sepertimu bahkan tidak layak untuk laki-laki mana pun," ucap Wira seraya mendorong tubuh Via hingga terhempas ke atas sebuah kasur lantai yang lusuh.
Sekuat tenaga, Via menahan air matanya agar tidak terjatuh. Dalam hati masih ada keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah tidur. Akan ada keajaiban baginya. Hanya doa dan harapan yang menguatkannya, bahwa suatu hari Wira akan melembutkan hatinya.
Namun, ucapan Wira seakan menorehkan sayatan sembilu di hati gadis rapuh itu. Pertahanan yang dibangunnya runtuh menahan lara di hati, manakala Wira meninggalkannya dalam sebuah kamar sempit yang lebih layak disebut gudang. Tangis pilunya memecahkan keheningan malam, kesunyian seolah memeluknya erat.
****
"Wira, kau sudah mulai mabuk. Pulanglah! Bukankah ini malam pengantinmu. Harusnya kau menikmati malam pertamamu di rumah bersama istrimu, bukannya malah mabuk-mabukan disini," ucap Ivan, seorang sahabat Wira.
"Haha, kau tau alasanku menikahi wanita malam itu, Van. Aku menikahinya hanya untuk membalas sakit hatiku pada ayah. Teganya dia berselingkuh dengan wanita murahan itu, sementara ibuku sedang sakit."
"Tapi ayahmu bukan orang seperti itu. Mungkin kau salah, Wira."
"Aku pernah melihat buktinya, Van. Aku melihat mereka keluar bersama dari tempat hiburan malam," jawabnya dengan yakin. "Dia wanita menjijikkan, dan kau malah menyuruhku pulang? Aku lebih baik minum di sini," sahut Wira yang suaranya sudah mulai berat.
"Hentikan ini! Ayo, aku akan mengantarmu pulang!"
"Tidak! Aku bahkan tidak mau melihat wajah wanita murahan itu. Bagiku dia sangat menjijikkan," imbuhnya seraya menenggak minuman.
"Kalau begitu istirahat di rumahku saja. Bagaimana?" tawar Ivan lagi.
Sejenak laki-laki itu mengerutkan dahinya, pertanda sedang memikirkan sesuatu.
"Baiklah ... Tolong bantu aku berdiri. Kepalaku terasa berat."
Ivan pun menggotong Wira keluar dari tempat itu lalu membawa pulang ke rumahnya untuk beristirahat.
***
Via PoV
Hari ini pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di rumah laki-laki yang telah resmi menjadi suamiku, Mas Wira. Seorang pria dingin, sedikit arogan, pemarah dan kaku.
Mas Wira sudah pernah menikah sebelumnya. Aku dengar beberapa tahun lalu istri pertamanya pergi dengan membawa anak pertama mereka dan menuntut cerai. Entahlah, aku juga tidak tahu pasti.
Menikah dengan seseorang yang teramat membenciku bukan sesuatu yang kuharapkan sebenarnya. Dan sampai sekarang, aku tidak tahu, apa alasan Mas Wira mengikatku ke dalam sebuah pernikahan dengan beberapa syarat yang bagiku sangat berat.
Yang aku tahu, Mas Wira memandang hina diriku karena pekerjaanku sebelumnya. Aku pernah bekerja sebagai seorang wanita penghibur. Bukan tanpa alasan, aku rela menjadi wanita malam. Demi membiayai pengobatan putri angkatku, Lyla.
Gadis kecilku yang kini berusia 4 tahun. Dia mengidap penyakit leukemia. Lyla divonis mengidap penyakit mematikan itu saat usianya satu tahun. Dan sejak saat itu aku berjuang untuk membiayai pengobatannya, sendirian. Aku tinggal di Panti Asuhan Kasih Bunda sejak masih bayi. Karena itulah aku tidak mengenal siapa orang tuaku.
Melihat kondisi tubuh Lyla yang semakin hari semakin lemah membuat hatiku seakan diremas, bagaimana anak sekecil dirinya bisa bertahan melawan penyakit mematikan itu. Tubuh lemahnya bahkan tak mampu membelenggu semangatnya untuk terus bertahan hidup. Tubuhnya rapuh, tapi semangatnya menyala seperti mentari. Bahkan dia tidak pernah menangis walau pun merasa sakit.
Jika seorang anak lemah seperti Lyla saja mampu berjuang melawan sakitnya, kenapa aku tidak bisa berjuang untuk membiayai pengobatannya yang mahal. Aku bersumpah pada diriku sendiri, akan ku lakukan apapun demi Lyla kecilku. Aku akan berjuang keras untuknya.
Dan kenyataan pahit adalah, aku tidak mungkin bisa membiayai pengobatan Lyla sementara aku hanya seorang karyawan biasa di sebuah butik. Kadang aku menerima pekerjaan lembur, walaupun bayaran tak seberapa.
Suatu hari aku mendapatkan tawaran kerja dari seorang teman semasa sekolahku, Laras. Ia menawarkan pekerjaan dengan penghasilan menggiurkan. Karena aku hanya lulusan SMA, sehingga hanya pekerjaan dengan gaji tidak terlalu besar yang bisa kudapat.
Dengan mata berbinar, aku menanyakan pada Laras tentang pekerjaan apa yang sedang digelutinya. Aku benar-benar ingin mendapatkan pekerjaan layak dengan gaji besar untuk bisa membiayai pengobatan Lyla
"Tidak begitu sulit. Tugas mu hanya menemani tamu mu duduk dan menyenangkan mereka," jelasnya.
Aku diam mematung mendengarkan penjelasan singkatnya. Apakah ada pekerjaan yang hanya menemani seseorang duduk dan membuatnya senang? Pekerjaan macam apa itu, pikirku.
"Hanya menemani duduk, lalu digaji sebesar itu?" tanyaku yang belum mengerti penjelasan Laras.
"Iya, kalau kau ingin mendapatkan lebih, kau bisa melayani mereka. Setelah mereka puas, mereka akan memberimu bonus yang besar," imbuh Laras kemudian.
Aku kembali membeku. Perlahan aku mulai bisa menebak pekerjaan macam apa yang sedang ditawarkan oleh temanku itu. Dengan perasaan berkecamuk aku memberanikan diri menanyakannya lagi.
"Ap... apa maksudmu pekerjaan ini adalah menjadi wanita penghibur begitu?" tanyaku ragu-ragu.
"Iya... benar. Memang pekerjaan apa yang bisa kudapatkan dengan bekal ijazah SMP?"
Aku membelalakkan mataku tak percaya. Ternyata selama ini temanku bekerja sebagai wanita penghibur. Tidak, aku tidak boleh menerima tawarannya sekalipun aku butuh. Dengan keyakinan penuh aku menolak tawaran kerja yang diberitahukan temanku tersebut.
Namun, hal lain justru terjadi, kondisi kesehatan Lyla semakin memburuk. Sedangkan kami tidak punya cukup uang untuk berobat.
Kata dokter, Lyla dapat tertolong dengan pencangkokan sumsum tulang belakang dari pendonor orang tua atau saudara kandungnya. Sementara aku sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua kandung Lyla, dimana mereka berada, dan mengapa mereka membuang Lyla-ku yang malang.
Aku pun teringat kembali pada tawaran Laras. Dengan sangat terpaksa, aku mendatangi Laras untuk menawarkan diriku dan memohon diberi pekerjaan itu.
Ya Tuhan, kenapa sepertinya takdir menarikku ke dalam lubang hitam itu. Aku seperti akan tenggelam ke dalam lumpur hitam yang dalam.
Langkahku terasa berat, bahkan bernafas pun aku sulit. Namun, inilah pilihan satu-satunya yang dapat kutempuh untuk mengobati Lyla. Laras pun mengenalkanku dengan seorang pria yang merupakan bos pemilik sebuah tempat hiburan.
Dan kisahku menjadi seorang wanita malam pun dimulai ....
🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵
Novel ini banyak kisah sedihnya jadi harap sedia kanebo untuk menyeka air mata.
Jangan lupa tinggalin like dan komen ya man teman. 🤭🥰🥰🥰