Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.
Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.
Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.
Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Regan. Kenapa kamu keterlaluan sekali sama Clara nak? " tanya sang mama, saat Devan baru masuk ke dalam rumahnya, sudah di sambut dengan cercaan sang mama.
Dengan terpaksa Regan menghentikan langkahnya.
"Ma, sudah Regan bilang berkali kali sama mama, tolong jangan pernah mendekatkan Clara ke hidup Regan, klau mama memang mau Clara dekat sama mama, sudah sama mama aja, nggak usah di jodoh jodohkan sama Regan, karena Regan nggak suka sama dia." tekan Regan, sungguh rasanya dia ingin berteriak klau saja wanita itu bukan orang tuanya.
"Kenapa nak? Clara wanita baik baik, sopan dan dia juga seorang model, apa lagi kita sangat mengenal keluarganya, dan kamu dari kecil sudah berteman dengannya." ucap Sang mama yang belum puas dengan jawaban Regan.
"Menurut mama dia baik, tapi menurut Regan dia bukan wanita baik baik, pokoknya, klau sampai mama masih belum berhenti mendekatkan dia sama Regan, jangan harap Regan akan tinggal di rumah ini, Regan akan tinggal di apartemen Regan sendiri." ancam Regan kepada sang mama.
"Ya, jangan gitu dong, iya iya mama nggak akan mendekatkan kamu sama dia lagi." pasrah sang mama.
"Bagus, sekali lagi wanita itu datang ke perusahaan, awas saja, akan ku buat dia menahan malu seumur hidup." ancam Regan yang tidak main main, mamanya pun ikut bergidik melihat wajah menyeramkan sang putra.
"Astaga, kenapa dia bisa seperti itu sih." gumam sang mama.
"Lain kali jangan pernah membuat anak mu, marah ma, dia bukan laki laki yang mudah untuk wanita murahan seperti Clara." ketua sang suami.
"Papa apa apaan sih, ikut ikutan sama anaknya aja." kesal bu Dian.
"Mama mama... Mama mungkin mudah di tipu oleh wanita itu, tapi bukan kami para laki laki." ujar papa Raihan, meninggalkan bu Dian seorang diri.
"Huuu... Apa memang saya yang salah ya, mendekatkan Clara sama Regan, sebenarnya bagaimana pergaulan Clara di luar sana, hingga anak dan suami saya tidak menyukainya." gumam bu Dian memijit dahinya yang mulai terasa pening.
Regan sampai di dalam kamarnya, lansung melempar tubuhnya yang penat ke atas kasur empuk di kamarnya itu.
"Huuu... Capek sekali." keluh Regan dan dia mengeluarkan hpnya dari saku jasnya.
Regan membuka HP dan melihat beberapa foto Sabira yang di kirim oleh anak buahnya.
"Kamu gadis yang tangguh, kamu pasti bisa melewati semuanya, saya akan menjaga kamu dari jauh, sekarang kamu adalah tanggung jawab saya." gumam Regan melihat wajah cantik Sabira.
Setelah puas melihat lihat foto Sabira, Regan bangkit dari tidurnya, dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.
Sementara di tempat lain, Sabira yang baru pulang dari mall bersama Tari sudah di sambut oleh bi Tuti di depan pintu.
Dengan senyum mengembang di bibir Sabira menatap bibi.
"Bibi dari tadi? " tanya Sabira bahagia, akhirnya bibi kesayangannya bisa tinggal bersamanya.
"Belum kok non." sahut Bi Tuti tak kalah bahagia bertemu majikannya itu.
"Ayo masuk bi." ajak Sabira.
"Itu teman dan belanjaan non." tunjuk bi Tuti ke arah mobil, di sana terlihat Tari yang bersungut sungut kesal karena di lupakan oleh sahabatnya itu.
"Hahaha.... Maaf maaf, saking senangnya ketemu sama bibi aku melupakan kamu bestee." kekeh Sabira dengan tawa riangnya.
"Iya iya tau, yang di sayang kan cuma bibi, kita mah apa atuh." dengus Tari melengos meninggalkan Sabira dan bi Tari dia justru masuk ke dalam rumah kontrakan Sabira tanpa salam.
Sabira banya tertawa girang melihat wajah kesal sahabatnya itu.
"Hayo loh, non. Temannya ngambek." kekeh bi Tari.
"Biarin bi, di bujuk sama makanan juga dia baik lagi." kekeh Sabira, membawa barang belanjaannya ke dalam rumah dan di bantu oleh bi Tuti.
"Ini kamar bibi ya, dan di sebelah kamar aku." ucap Sabira memberitahu bi Tuti kamar yang akan di tempati oleh bi Tuti.
"Baik non." sahut bi Tuti sopan.
"Ya sudah, bibi masuk aja ke kamar, dan rapikan pakaian bibi di lemari, lalu istrirahat sekalian, bibi pasti capek, hari ini nggak usah masak, kita beli makan aja." oceh Sabira.
Bi Tuti hanya mengangguk tanda mengerti, begitu lah nona mudanya itu, yang selalu memanusiakan para pekerjanya.
"Bir, aku pulang ya, besok aku nginap lagi." seru Tari.
"Ya sudah, kamu hati hati, sampaikan salam dan terimakasih aku sama om." ucap Sabira.
"Ok, bye bestee..." ucap Tari melambaikan tangannya ke arah Sabira, dan di balas oleh Sabira.
Setelah tidak lagi melihat mobil yang di kendarai oleh sahabatnya itu, baru lah Sabira masuk ke dalam rumah dan tidak lupa mengunci pintu rumahnya.
Sabira melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar, untuk membersihkan tubuh dan juga lansung beristirahat.
Saat Sabira keluar dari dalam kamar mandi, di kaget kan oleh keberadaan sang bibi yang sudah duduk anteng di kasur Sabira lengkap dengan obat obatan.
"Hii... Di kirain siapa, ternyata bibi." kekeh Sabira yang hanya memakai handuk kimono dan handuk yang di lilit di atas kepala.
"Memang non pikir siapa? " kekeh bi Tuti.
"Nggak siapa siapa sih." Sabira ikut terkekeh.
"Duduk sini non." ajak bi Tuti menepuk kasur di sampingnya.
Sabira yang tau tujuan bi Tuti dengan patuh berjalan mendekati bi Tuti, lalu duduk di samping bi Tuti.
Dengan telaten bi Tuti mengobati luka di punggung nona mudanya itu.
Sabira sungguh terharu dengan perhatian bi Tuti, sejak perhatian keluarganya di ambil oleh Aura, hanya bi Tuti satu satunya yang setia kepada Sabira.
"Makasih bi." ucap Sabira tulus.
"Sama sama non." sahut si bibi tak kalah tulusnya.
"Bibi nggak jadi istirahat? " tanya Sabira.
"Tadinya mau istirahat, pas dengan bunyi gemericik air, pasti non lagi mandi, jadi bibi urung istirahatnya, bibi ingat punggung non belum sembuh benar, harus di obati terlebih dahulu." jujur bi Tuti.
"Ahhh... Bibi yang terbaik." Sabira berhambur memeluk bi Tuti.
Bi Tuti juga membalas pelukan Sabira penuh kasih sayang.
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
eh... kafan apa Kaifan ya?
ahh dasar sekutu pengkhianat luu..
saat sekutumu sudah tidak lagi punya power Lo tinggalkan..🤣🤣🤣
krna hati sabira sdh hambar dgn kezdoliman kalian slm ini... keluarga lucnut...