Hanya karena dipuji ketampanannya oleh seorang wanita, Miko justru menjadi target perundungan sang penguasa kampus dan teman-temannya.
Awalnya Miko memilih diam dan mengalah. Namun lama-kelamaan Miko semakin muak dan memilih menyerang balik sang penguasa kampus.
Namun, siapa sangka, akibat dari keberanian melawan penguasa kampus, Miko justru menemukan sebuah fakta tentang dirinya. Setelah fakta itu terungkap, kehidupan Miko pun berubah dan dia harus menghadapi berbagai masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Seruni
Wanita bernama Narsih yang tak lain adalah sepupu dari Sukma, nampak terkejut begitu mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Surya. Wanita itu jelas heran dan merasa kesal karena baru datang tapi malah mendapat bentakan.
"Apa maksudmu, Mas?" tanya Narsih masih agak bingung dengan pertanyaan kakak ipar sepupunya itu.
Surya bangkit dengan mata yang memerah. "Kamu nggak usah pura-pura lupa, Narsih!" bentak Surya. "Dibayar berapa kamu sama Renata, hah!"
Mata Narsih semakin membulat. Sekarang dia sedikit paham kemana arah pertanyaan tersebut.
"Siapa yang dibayar?" Narsih menyangkalnya. "Ini maksudnya apa sih? Aku baru datang kok malah dimarahin?" Narsih menunjukkan rasa kesalnya untuk menutupi rasa panik yang mendera saat itu juga.
"Udah dibilangin Tidak perlu pura-pura kamu! Paham nggak!" suara Surya semakin menggelegar.
Agar semakin tak emosi, Abas segera bangkit dan mendekati sang ayah untuk menenangkannya.
"Emang Bi Narsih tidak tahu?" tanya Abas.
"Tidak tahu apaan? Ngomong yang jelas dong?" Narsih malah tanya balik dengan ketus.
"Tuh, lihat di televisi," Abas menjawab dengan santai.
Narsih langsung melempar pandangannya ke arah televisi. Seketika keningnya berkerut. "Bukankah itu William?"
"Iya," jawab Abas. "Dia sedang mengklarifikasi berita yang menyudutkan Mbak Runi sebagai pelakor."
"Apa!" Narsih agak kaget. "Berarti berita itu benar kan? Kalau Seruni itu seorang pelakor?"
"Tidak," jawab Abas, membuat Narsih agak tercengang. "Justru William sedang membongkar kejahatan Renata di masa lalu yang telah sengaja turut campur menjebak Mbak Runi sampai hamil dan memfitnahnya dengan beragam foto."
"Apa!" kali ini Narsih benar-benar syok. "Bagaimana bisa?" bahkan Narsih sampai gagap dalam melempar pertanyaan.
"Tentu saja bisa," balas Abas. "Apa lagi William memiliki banyak bukti yang sedang dibeberkan untuk memperjelas semuanya. Jadi ya, Bi Narsih siap-siap aja. Kalau Bi Narsih terlibat, mungkin Bi Narsih akan berakhir di penjara. Bi Narsih tahu sendiri kan, kekuasaan William seperti apa."
Narsih terperanjat. Seketika wajahnya pucat dan dia sama sekali tidak bersuara kembali.
Sedangkan di ruang konferensi, saat ini keadaannya terlihat lebih tenang sejak beberapa detik yang lalu. Semua yang hadir di sana, nampak begitu fokus mendengarkan kisah masa lalu dari pria paling berpengaruh di negara ini.
"Maaf, Tuan, apa hubungannya, antara Seruni dan Renata di waktu dulu?" tanya seorang wartawan.
William tersenyum tipis. "Mereka dulu berteman baik dan dulu Renata pernah menjalin hubungan dengan John. John dan Renata berharap Daniel bisa kencan dengan Seruni agar mereka bisa kencan bareng. Tapi cerita selanjutnya kalian sudah mendengarnya tadi."
"Oh..." Semua mengangguk paham.
"Untuk anak saya, Miko," William menatap anak muda di sebelahnya yang sedari tadi lebih banyak terdiam dengan perasaan yang campur aduk.
"Ayah minta maaf, karena kebodohan Ayah, dulu Ayah sempat tidak mengakui kamu sebagai anak Ayah. Ayah tahu, apapun alasan Ayah, tetap, Ayah lah yang salah. Maka itu, Ayah minta maaf."
Miko tertegun. Dia seketika dia agak bingung dan hanya bisa menatap ayahnya tanpa bisa berkata-kata.
Rasa haru pun mulai menyelimuti ruangan tersebut. Banyak yang terkejut dengan permintaan maaf yang terucap dari mulut William. Baru kali ini, mereka menyaksikan seorang miliarder nampak begitu tulus mengakui kesalahannya di depan umum.
Selang berapa detik, Miko pun tersenyum dan mengangguk pelan. Tanpa ragu, William langsung memeluk anak kandungnya dengan perasaan yang campur aduk.
Seketika suasana ruangan kembali riuh oleh tepuk tangan orang-orang yang hadir di sana.
"Jadi, anak muda itu, anak kandung anda, Tuan?" tanya seorang wartawan, begitu keadaan mulai berangsur tenang.
"Ya, dia anak kandung saya," jawab William tanpa keraguan. "Dan bukti-bukti yang saya dapat juga sangat akurat, jadi saya yakin 1000 persen kalau dia putra saya."
"Lalu, bagaimana dengan Tuan Kelvin?"
Wiliam menyeringai. "Dia tidak layak dipanggil Tuan. Dia bukan anak kandung saya. Bukankah tadi kalian mendengar dan melihat buktinya? Jadi saya umumkan, mulai detik ini, Kelvin tidak ada hubungannya dengan keluarga Dixion dan dia..." William menjeda ucapannya, sembari merangkul pundak sang anak.
"Mulai detik ini juga, namanya berganti menjadi Miko Angelo Dixion dan saat ini juga, saya umumkan, satu-satunya wanita yang akan menjadi istri saya adalah Seruni Meheswari."
Suara riuh tepuk tangan kembali menggema di ruangan konferensi pers.
"Tidak!" Kelvin berteriak sangat keras. "Tidak! Tidak bisa! Tidak!" Di dalam tempat tinggalnya yang sekarang, Kelvin mengamuk sejadi-jadinya.
"Keterlaluan kamu, William! Keterlaluan!" Renata pun tidak kalah geramnya dengan sang anak. "Ini tidak bisa dibiarkan. Aku tidak akan kalah darimu, Seruni!"
Daniel dan John hanya bisa diam meski mereka juga memiliki kemarahan yang sama. Sudah pasti dua pria itu tidak terima begitu saja dan mereka pasti akan menyusun rencana lain untuk membalas William.
Sementara itu di tempat lain.
"Bagaimana, Seruni? Kamu sudah lega?" tanya Amalia lembut, menatap wanita yang lebih muda dari dirinya.
Seruni tersenyum canggung. Seruni lantas mengangguk pelan.
"Tante harap, kamu juga mau memaafkan William," ucap Amelia penuh harap. "Tante tahu, William salah besar. Jika Tante ada di posisi kamu, mungkin Tante juga akan sukar memaafkannya."
"Semua perlu waktu, Kakak," Rena menimpali. "Seruni, William dan Miko memang harus hidup bersama agar mereka memiliki banyak waktu untuk saling berbicara."
Amelia mengangguk setuju.
Sementara itu di rumah lama Seruni, Narsih benar-benar terlihat syok dengan apa yang baru saja dia lihat. Dia tidak menyangka keadaannya malah menjadi seperti ini.
"Sekarang aku tahu, kenapa Bi Narsih, tiba-tiba memiliki banyak uang," ucap Abas. "Tiba-tiba Bi Narsih beli mobil, bangun rumah mewah, piknik kemanapun meski suami nganggur dan Bi Narsih hanya pembantu di rumah orang tuanya Renata. Apa selama ini Bi Narsih mendapat uang tutup mulut dari wanita itu?"
Mata Narsih sontak membulat. "Jangan nuduh sembarangan kamu, Abas!" bentak Narsih tak terima.
"Kalau bukan dari Renata, terus dari siapa?" Abas tersenyum sinis. "Nggak mungkin kalian ngepet kan?"
"Abas!" bentak Narsih.
Abas malah terkekeh. "Nggak usah panik, Bi. Sekarang Mbak Runi akan menjadi Nyonya Dixion. Kita lihat saja, apa yang akan dia lakukan pada Bi Narsih."
Seketika wajah Narsih kembali memucat.
Masih di hari yang sama, di tempat lain.
"Bagaimana, Tuan? Apa rencana anda setelah menyaksikan konferensi William?" tanya seorang asisten pribadi pada bosnya.
Sang Tuan tersenyum. "Tentu saja target kita berubah. Kamu cari info terlebih dahulu, wanita yang tadi namanya disebut William."
"Siap, Tuan."
"Jangan lupa, kamu juga harus menemukan Renata, Daniel dan John. Saya yakin mereka saat ini tidak terima dengan keputusan William. Kita harus bisa memanfaatkan mereka."
"Siap! Tuan!"
Sang Tuan langsung tersenyum senang dan dia segera menghubungi anak perempuannya untuk menjalankan rencana lainnya.
dikhianati org yg disayang memang amat sangat sulit sembuh, cinta 100% akan berubah menjadi benci 1000%