Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 - Video
Ayna berusaha menahan agar cairan bening di matanya tidak berlinang di pipi. Wanita itu tidak menyangka saat mencari pria yang bersedia menikahi dadakan dengannya, ada yang merekam dan menyebarkannya di kantor. Sungguh ia jadi merasa malu dan juga merasa tertekan.
"Nekat juga kamu ya, Ay. Demi pernikahanmu tetap berlangsung dan tidak membuat malu keluarga. Kau berkorban dengan asal saja menunjuk pria untuk menikahimu." Aca sengaja mengejek Ayna.
Aca sengaja memprovokasi Ayna. Agar wanita yang pernah dicintai suaminya itu berhenti bekerja. Hal tersebut akan membuat Arga tidak terus menerus bertemu sang mantan. Arga harus segera move on dan hidup bahagia hanya dengannya seorang.
"Ku lihat disini suami dadakanmu tampan, sih. Apa pekerjaannya? apa suamimu tidak malu numpang menikah? Apa kau-"
Plak
Tangan Ayna melayang terbang ke pipi Aca. Ayna kesal, ia sudah malu oleh video tersebut dan wanita penikung ini malah terus memancing emosinya.
"Apa yang kau lakukan?" Aca membentak Ayna, ia tidak terima dengan perlakuan wanita itu.
Plak
Ayna kembali menampar Aca untuk kedua kalinya.
"Dengar, kau urus saja hidupmu dengan pria sampah itu!" Ayna menunjuk wajah Aca.
"Apa kau tahu, aku sedang mengandung anaknya Arga." Ucap Aca pelan. Mereka berdua kinj sama-sama menatap tajam. Aura permusuhan jelas sekali terasa di saat itu.
"Selamat ya." Ayna tersenyum mengejek membuat Aca semakin kalap.
"Selamat menempuh hidup baru, keluarga SAM-PAH." Ucap Ayna kembali sambil menunjukkan wajah senyum yang menyiratkan kebencian.
Aca meremas tangannya, melihat Ayna yang sudah berlalu pergi.
"Apa kalian melihatku?! lanjutkan pekerjaan kalian!" Hardik Aca melihat para karyawan yang berbisik-bisik membicarakannya.
Dari jauh terlihat Arga yang melihat perdebatan keduanya.
###
Sementara di tempat lain. Alex berjalan dengan gagah memasuki lobi kantornya. Setiap ia lewat para karyawan menundukkan kepala dan mengulum senyum.
Alex tidak peduli dengan ekspresi wajah mereka. Ia berjalan menuju lift yang khusus tersedia untuk eksekutif perusahaan itu.
Tok
Tok
Tok
"Masuk." Ucap Alex setelah berada di ruangannya. Ia duduk di kursi kebesarannya.
"Pak Alex-" Jo tidak jadi berbicara saat melihat wajah Alex. Bukan karena ia takut atau gugup karena tatapan mata tajam milik Alex. Tapi karena ada sesuatu di wajah pria itu.
"Ada apa?" Tanya Alex yang menyadari tatapan Jo.
"Apa pak Alex tidak punya kaca di rumah?" Tanya Jo serius.
"Apa aku harus mendirikan perusahaan kaca?" Tanya Alex kembali dengan nada yang menyebalkan di telinga Jo.
Jo menghela nafas. Ia melangkah menuju kamar mandi di ruangan itu dan tidak lama keluar membawa kaca.
"Pak Alex, ada sesuatu di wajah anda." Jo menyodorkan kaca.
Alex melihat Jo sekilas, ia pun menerima kaca itu dan sejenak melihat wajahnya. Ternyata bekas bibir Ayna masih tertinggal di kedua pipinya.
"Ini harus diabadikan." Tawa Alex sumbang sambil mengeluarkan ponsel untuk mengambil foto pipinya tersebut. Sebenarnya Alex malu, pantas saja tadi beberapa karyawan mengulum senyum melihat dirinya. Tapi walau bagaimana pun, ia harus terlihat cool apapun kondisinya.
"Apa pak Alex masih membutuhkan cuti?" Tanya Jo memastikan kembali. Lebih baik Alex cuti saja dan Jo yang akan menghandle pekerjaannya. Jo tidak mau terjadi seperti semalam. Alex mengatakan akan masuk kantor, tapi pria itu sama sekali tidak datang. Dan itu sangat merepotkan bagi Jo.
"Aku akan mulai bekerja, Jo. Atur saja apa jadwalku hari ini. Aku akan pulang tepat pukul 4 sore." Ucap Alex sambil tersenyum mentoel-toel kedua pipinya tersebut.
"Ingat baik-baik, Jo. Pukul 4 SO.RE!" Alex sengaja menekankan ucapannya.
"Baik pak, akan segera saya jadwalkan. Saya permisi." Jo segera keluar dari ruangan Alex. Ia akan kembali mengatur jadwal Alex hari ini. Pria itu tadi tiba-tiba saja sudah berada di kantor.
'Aku merindukannya.' Alex melihat wallpaper ponselnya terpampang foto ia dan Ayna.
'Apa aku telepon saja dia? tapi ia kan sedang bekerja.' Tangan Alex rasanya gatal ingin menekan gagang telepon itu.
'Ok-ok, aku tidak boleh meneleponnya sekarang. Aku tidak mau membuat Ayna cepat bosan padaku. Biar kami berpisah beberapa jam ini, agar dia juga merindukanku. Lalu...'
Alex tersenyum lebar. Ia sudah membayangkan Ayna akan kembali mendessah karenanya. Ia akan kembali mendaki gunung dan melewati lembah. Lalu menyiramkan benih cintanya. Membayangkannya saja membuat sesuatu di bawah mulai bangun.
'Apa dia sudah tidak waras?' Jo kembali masuk ke ruangan Alex dan melihat Alex tersenyum-senyum pada ponselnya. Apa yang ada di ponsel tersebut, hingga ia berkali-kali mengetuk pintu, pria itu tidak mendengarnya.
"Pak Alex, akan ada rapat dengan departemen keuangan 15 menit lagi." Jo segera memberitahu jadwal Alex.
"Baiklah. Ayo, kita ke ruang rapat!" Alex menyimpan ponselnya, ia bangkit dan akan berjalan keluar.
"Tunggu..." Jo menahan Alex.
"Ada apa?" Tanya pria itu bingung. Alex ingin segera menyelesaikan pekerjaannya hari ini, agar segera pulang dan bertemu wanita yang sudah mencuri hatinya.
"Apa pak Alex akan rapat dengan wajah seperti itu?" Jo mengingatkan kembali perihal wajahnya. Dan itu membuat Alex jadi tertawa sumbang. Untung saja Jo memberitahunya, jika tidak ia pasti akan sangat malu.
###
"Ay, kamu mau ke mana?" Tanya Arga menahan tangan Ayna di lobi kantor. Tadi setelah melihat Ayna pergi, ia segera mengejarnya.
Ayna menepis tangan pria yang pernah singgah di hatinya itu. Lalu kembali melangkahkan kaki.
"Aku terpaksa membatalkan pernikahan kita saat itu, karena Aca hamil anakku." Jelas Arga kembali menahan tangan Ayna.
"Aku harap kamu bisa mengerti!" sambung Arga kembali.
Ayna meremas tangannya. Jika Aca hamil anak Arga, berarti Arga selama ini ternyata sudah bermain di belakangnya. Lalu kenapa pria itu masih merencanakan pernikahan dengannya? apa Arga sengaja ingin membuat ia malu?
"A-aku salah saat itu. Tapi tidak seharusnya kamu memaksa melanjutkan pernikahan itu dengan pria asing, pria yang sama sekali tidak kamu kenal, hanya un-"
"Untuk apa?" Bentak Ayna sambil menepis kasar tangan Arga. Suara Ayna mengundang tatapan bertanya-tanya karyawan di sana.
"Untuk tidak membuat malu keluargaku dan membuatku tidak terlihat menyedihkan?" Ayna menurunkan intonasi suaranya. Air mata yang sedari tadi bisa dibendung, kini akhirnya jebol juga membasahi pipi.
"Apa aku harus memaklumi pernikahanmu dan juga memaklumi kenapa kau membatalkan pernikahan kita?" Ayna menatap Arga dengan tatapan jijik. Arga sudah mempermainkannya selama ini.
"Ay... bukan begitu maksudku." Arga kembali akan menahan tangan Ayna.
"Jangan menyentuhku atau aku akan melaporkanmu!" ancam Ayna membuat Arga menurunkan tangan.
Arga menghela nafas melihat punggung Ayna yang mulai menjauh pergi.
'Ay... aku sangat mencintaimu. Jika waktu bisa kembali berputar, aku tidak akan melakukan kesalahan itu dengan Aca.'
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘