NovelToon NovelToon
ILY

ILY

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: akuadalahorang

"Aliza suka kak diva!!"

"gue gak suka Aliza!!"

"kak diva jahat!!"

"bodo amat"

apakah seorang Aliza akan melelehkan hati seorang ketua OSIS yang terkenal dingin dan cuek itu?atau Aliza akan menyerah dengan cintanya itu?

"Aliza,kenapa ngejauh?"

"kak diva udah pacaran sama Dania"

"itu bohong sayang"

"pret"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akuadalahorang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aliza semangatin diva,,chapter 12

"Armageddon"

Aliza masih di kelas, sendirian. Dia menunggu seseorang—crush-nya—yang sedang berada di aula. Sebagai Ketua OSIS, wajar saja jika dia sibuk. Sementara itu, Aliza yang mudah bosan mencoba mengusir kejenuhan dengan menari sendirian. Gerakannya berantakan, bahkan sempat membuat lehernya terasa sedikit sakit, tapi dia tetap melanjutkannya daripada hanya duduk diam.

Saat mulai kelelahan, Aliza pun duduk di kursi. Tak lama, Diva datang sambil membawa minuman untuknya.

“Makasih, Kak! Tahu aja aku haus,” canda Aliza sambil mengambil minuman itu.

“Abis ngapain?” tanya Diva yang kini duduk di meja, memperhatikan Aliza yang ngos-ngosan. Diva tertawa kecil melihat tingkah Aliza yang lucu.

“Udah yuk, Kak! Gak sabar mau makan,” ajak Aliza sambil berdiri. Diva mengangguk setuju.

Mereka berdua pergi bersama seperti pasangan kekasih. Cielah. Setelah keluar dari sekolah, Aliza masuk ke mobilnya, sementara Diva mengendarai motornya. Mereka bergerak beriringan di jalan. Aliza melontarkan lelucon yang absurd tapi cukup menghibur, membuat Diva tertawa sepanjang perjalanan.

“Diva!”

Suara seorang pria memanggil dari kejauhan. Diva menoleh, dan ternyata itu ayahnya. Dia pura-pura tidak mendengar panggilan itu. Aliza yang juga mendengar suara pria itu memilih diam, tidak ingin ikut campur.

Namun tiba-tiba, ayah Diva menghentikan laju motor Diva dengan mobilnya. Diva pun mengerem mendadak, sementara Aliza segera menghampiri Diva.

“Lo gak papa, Kak?” tanya Aliza khawatir. Diva hanya menggeleng dan membuka helmnya.

Diva turun dari motornya. Ia berdiri, memegang tangan Aliza, dan menyuruhnya mundur. Setelah memastikan Aliza aman di belakangnya, Diva menghadapi ayahnya dengan tatapan tajam.

“Bisa gak jangan ganggu saya?” kata Diva dingin.

Ayahnya terdiam, tapi berusaha tersenyum. “Papa kangen sama kamu, Diva. Gimana kabarmu? Mama kamu baik-baik aja, kan?”

Diva tertawa kecil—bukan karena lucu, tapi getir. Ia kembali menatap ayahnya dengan datar.

“Setelah Anda nyakitin Mama saya dan ninggalin saya waktu kecil, sekarang Anda nanya kabar? Mikir gak?”

Kata-kata itu seperti pisau tajam yang menusuk hati ayahnya. Dia menyesal, tapi tidak tahu bagaimana memperbaiki semuanya.

“Ayah cuma mau jelasin. Tolong dengerin...”

“Penjelasan apalagi? PERGI!!!” Diva berteriak, membuat ayahnya membeku di tempat.

“Oke... Ayah pergi. Tapi bolehkah Ayah memeluk kamu dulu?”

Diva memalingkan wajah, tidak ingin menjawab. Ayahnya akhirnya mundur dengan hati berat, meninggalkan mereka.

Aliza yang sejak tadi terdiam kini menatap Diva. Ia melihat bahu Diva bergetar, tanda bahwa dia sedang menahan tangis. Aliza mendekat, memegang tangannya dengan lembut.

“Menangis bukan berarti Kakak lemah,” ucap Aliza pelan.

Kalimat itu membuat pertahanan Diva runtuh. Ia langsung memeluk Aliza erat, air matanya mengalir deras. Aliza membalas pelukannya, mengusap punggung Diva untuk menenangkannya.

“Nangis aja, Kak. Gak apa-apa kok. Asal Kakak bisa tenang,” ujar Aliza lembut. Diva semakin terisak di pelukannya.

Saat akhirnya tenang, Diva melepaskan pelukan itu. Wajahnya yang putih kini memerah, matanya sembab. Aliza menghapus air mata Diva dengan lembut, lalu membentuk senyuman di bibirnya dengan ujung jari.

“Jangan nangis lagi ya? Kan ada Aliza yang selalu hibur Kakak.”

Diva mengangguk sambil tersenyum.

“Sekarang, ayo kita pergi ke playground,” ajak Aliza ceria.

Diva mengangguk lagi. Keduanya kembali menaiki kendaraan masing-masing, meninggalkan cerita penuh emosi di belakang mereka.

Ketika badai berlalu, hadirlah pelangi.

"Brukkk!"

"Awww!"

Cesya dan Velyn sedang asyik menghabiskan waktu di mall. Sementara itu, Zia, seperti biasanya, memilih tidur sebagai hobi favoritnya. Di sisi lain, Aliza sibuk mendekati Diva, sang ketua OSIS. Jadi, mereka berdua pergi bersama.

Di area trampolin, Cesya mencoba bermain, tetapi dia malah terombang-ambing karena Velyn melompat terlalu keras.

"VELYN!!! BABI!!!" seru Cesya, berusaha menahan diri agar tidak jatuh.

"AHAHAHAHA!" Velyn tertawa terbahak-bahak tanpa rasa bersalah.

"TAWA LO BANGSAT! VELY!!! YAK!!"

Velyn akhirnya kelelahan dan berhenti, tetapi tawa lepasnya masih terdengar. Cesya, yang juga kelelahan, malah memilih tidur di trampolin. Melihat itu, Velyn semakin terpingkal-pingkal.

"VELY! Gue sumpah pusing liat lo!" omel Cesya sambil berdiri, mencoba menahan emosi.

"Lagian lo kerempeng kayak nggak makan tiga abad!" balas Velyn, masih tertawa.

"KAK! YAK!!" seru Cesya sambil menahan tawa.

Di tengah keributan mereka, suara yang tidak asing terdengar.

"KAK DIVA! CUKUP!!!"

Cesya dan Velyn langsung menoleh. Ternyata itu Aliza dan Diva yang juga sedang main trampolin. Sama seperti Cesya, Aliza terombang-ambing, sementara Diva meloncat dengan semangat.

Melihat peluang, Cesya dan Velyn jahil mendorong Aliza ke tumpukan balok busa.

"Ahk!" Aliza terjatuh, sementara Diva kaget dan buru-buru membantunya berdiri.

"Cieeeeee," sorak Cesya dan Velyn sambil menggoda.

Aliza yang kesal langsung mengejar mereka. Diva hanya bisa tertawa kecil sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan tiga cewek jahil itu.

"SINI LO!" teriak Aliza, berusaha menangkap Cesya dan Velyn yang terus lari sambil tertawa.

Setelah capek berkejaran, mereka akhirnya tepar di atas trampolin. Sambil tiduran, mereka semua menatap langit-langit dengan napas tersengal. Diva duduk di dekat Aliza, juga terdiam karena kelelahan.

"Si Zia ke mana? Pasti tidur," celetuk Velyn sambil terkekeh.

"Kenapa sih Zia tuh doyan banget turu? Kayak gue dong, healing," tambah Cesya. Aliza dan Velyn hanya mengangguk setuju.

Tringgg!

Notif ponsel Aliza berbunyi. Saat dia melihat pesan, ternyata itu dari Nathan.

"Zia sakit, ortunya lagi di luar kota. Lo bisa ke sini?"

"Ahahaha, rasain tuh! Makanya hidup jangan monoton, jadi setan ngedeketin lo terus. Sakit kan lo?" ujar Aliza sambil menelepon Zia.

"Bacot lo!" jawab Zia dengan suara serak.

"Makanya dengerin gue, setan! Mau gue bawain apa? Mumpung lagi di luar."

"Sandwich sama dessert... minum—"

"Bacot! Lagi sakit malah minta minuman!" potong Velyn, merebut ponsel Aliza. Cesya sudah tertawa puas mendengar percakapan itu.

"Serah lo pada deh. Rese lo semua."

"Eh, bentar! Lo pada lagi bareng? Ada Cesya, kan? Babi setan! Anjing lo semua!"

Tuttt...

"BWAHAHAHAHAHA!" mereka tertawa puas mendengar Zia yang kesal karena tidak diajak.

"Kak Diva, mau ikut jenguk Zia?" tanya Aliza.

Diva mengangguk pelan.

"Oke. Katanya dua buaya darat juga mau ikut," tambah Aliza sambil berjalan keluar bersama yang lainnya untuk membeli makanan buat Zia.

---

Nathan datang ke kamar Zia membawa semangkuk bubur untuknya. Zia hanya terdiam melihat Nathan masuk, wajahnya sedikit gugup karena merasa canggung. Perhatian Nathan begitu besar, dan Zia berpikir, pasti Nathan juga seperti ini ke Aliza, adiknya.

Nathan duduk di dekat Zia sambil menyodorkan bubur itu.

“Makasih,” ucap Zia pelan.

Nathan hanya mengangguk tanpa banyak bicara.

“Nanti Aliza ke sini,” kata Nathan lagi.

Zia mengangguk pelan sambil menerima bubur itu.

“Kapan orang tua lo pulang?” tanya Nathan, membuka ponselnya. Zia sempat melirik sekilas ke layar ponsel itu dan melihat foto Aliza yang dijadikan wallpaper.

“Dua minggu lagi,” jawab Zia datar.

Nathan kembali mengangguk, lalu berdiri. “Gue bakal suruh Aliza buat nginep di sini.”

Tanpa menunggu respons, Nathan berbalik dan pergi meninggalkan Zia yang masih terdiam.

Zia menghela napas panjang, menatap pintu yang baru saja ditutup Nathan. “Udah? Segitu doang? Sedingin itu, kah? Anjay, Nathan babi!” gumamnya kesal.

Dia menatap bubur di tangannya, lalu bergumam lagi, “Si Aliza harus cerita ke gue sifat si Nathan yang sebenarnya!”

1
mak mak doyan novel
sempat ngebug juga. baca d paragraf awal tdi bangun pukul 5 kok dr pasar malah setengah 5. sampai baca ulang
Dana Kristiana
Buruk
Dana Kristiana
walaupun alury ringan tp asyik&menarik,💪💪💪
Dana Kristiana
mampir baca Thor
kanoni...time.
Mantap, pasti direkomendasikan ke teman-teman👍
Syaoran
Akhirnya ketemu cerita yang bikin aku kecanduan baca!
NHS CH
Romantisnya bikin baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!