Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 - Sama-Sama
Malam kelam terlihat nyata di hadapan Keyvan. Pria itu keluar untuk beberapa saat, dia merenungkan ucapan Mikhayla yang mengutarakan kesakitannya. Mikhayla yang terlibat diam dan menerima, polos seolah tidak punya rasa, nyatanya merasakan sakit yang tiada tara kala Keyvan mengingat sorot tajam matanya.
"Kau terlalu jauh, Van."
Keyvan menghela napasnya perlahan, udara dingin di luar rasanya tidak berarti. Usai Mikhayla terlelap pria itu memilih menjauh demi bisa menenangkan pikirannya.
Fakta jika dirinya benar-benar menyakiti batin sekaligus menghancurkan masa depan Mikhayla membuat Keyvan mengutuk dirinya sendiri. Hanya karena emosi sesaat, dia menaruh dendam pada gadis yang sama sekali tidak menduga hal setragis itu akan terjadi padanya.
Andai saja kala itu Keyvan tidak menyimpulkan sepihak dan menatap Khayla sebagai korban juga, mungkin rencana keji Keyvan takkan pernah ada. Walau memang caranya mendapatkan Mikhayla tetap dengan pernikahan, akan tetapi hal itu sama salnya dengan pemaksaan.
"Terlanjur ... kita sama-sama tanggung jawab saja, Khay."
Dia menoleh, dari balkon kamar dapat dia tatap sang istri yang sudah tertidur dengan posisi nakalnya. Ya, nampaknya tidur dengan segala sisi itu tetap sulit diperbaiki. Mungkin dari bayi sudah begitu, pikir Keyvan.
Pria itu terkekeh, melihat Mikhayla yang begitu dia justru lupa inti permasalahannya. Tidak pernah dia duga jika wanita semacam itu memiliki hati yang rapuh juga.
Sama-sama tanggung jawab, Mikhayla menggantikan peran wanita dalam hidup Keyvan. Sementara Keyvan bertanggung jawab atas kehancuran Mikhayla dengan pernikahan paksa yang juga melibatkan kedua orang tuanya.
"Eeuungh."
Kebiasaan sekali, setiap tidur Mikhayla akan selalu mencari sesuatu di sampingnya. Keyvan mendekat, dia menghakhiri lamunannya dan kembali ke tempat tidur seketika.
"Apa yang kamu cari?"
Keyvan meraih jemarinya yang meraba tempat tidur, jika hanya guling sepertinya tidak mungkin lantaran kini Mikhayla juga tengah memeluknya.
Tunggu, tampaknya memang ada yang membuat Mikhayla gelisah. Keringat membasah di keningnya, jika Keyvan perhatikan bibirnya hendak mengatakan sesuatu. Lama kelamaan istrinya tampak kesulitan bernapas, genggaman tangannya kini semakin kuat hingga menimbulkan rasa sakit di tangan Keyvan.
"Pa ... Maafkan Khayla. Bukan keinginanku ... Alka yang memaksa," racau Mikhayla sembari menggeleng berkali dengan butiran kristal yang meleleh di pelupuk matanya.
"Khay? Hei ... kamu mimpi buruk, bangun."
Seratus persen yakin Mikhayla mimpi buruk. Keyvan menepuk pelan pipi sang istri dengan harapan dia akan segera sadar. Mikhayla menendang beberapa kali hingga tiba-tiba berteriak dan membuat telinga Keyvan berdengung.
"Bukan salah Khayla, Pa!!"
Dengan tangis yang kian menjadi Mikhayla terbangun dari tidurnya. Deru napasnya tak beraturan, jantung Mikhayla seakan hendak lepas dari dari tempatnya.
Keyvan merengkuhnya secepat itu, seolah paham jika istrinya tengah hilang kendali. Telinga Keyvan yang terbiasa dengan suasana yang tenang sepertinya harus terbiasa dengan isak tangis Mikhayla.
"Jangan marah, Pa. Maaf," lirihnya masih terus berlanjut padahal Keyvan sudah memeluknya seerat itu.
"Tenang ... hanya mimpi," ucap Keyvan sembari mengelus pundak sang istri begitu lembut, melihat Mikhayla yang kacau begini entah kenapa rasanya bersalah sekali.
Beberapa saat Mikhayla merasa nyaman dengan posisi ini, detak jantung Keyvan menciptakan ketenangan dalam dirinya. Tangisnya perlahan mereda, dia membuka mata dan menyadari jika yang memeluknya adalah Keyvan, sang suami.
Mikhayla mendongak dan menatap sendu Keyvan yang tengah menyeka air matanya. Dia bukan anak-anak sebenarnya, tapi cara Keyvan menenangkannya mirip seperti sang Papa jika adiknya menangis.
"Mimpi buruk?"
Mikhayla mengangguk pelan, dia mendorong dada Keyvan agar sedikit menjauh. Pria itu mengerutkan dahi dengan sikap Mikhayla, bukankah seharusnya wanita akan suka diperlakukan seperti itu, pikirnya.
"Kenapa?" tanya Keyvan dengan sorot tajam penuh kebingungan, sungguh dia bingung sekali dengan penolakan Mikhayla kali ini.
"Sesak, peluknya terlalu kuat."
"Oh."
Dengan senyum tipis yang memang nyaris tidak terlihat itu, Keyvan melepaskan pelukannya. Memang sepertinya terlalu erat, hal itu dia lakukan tanpa dia sadar sebenarnya.
Masih Keyvan pandangi, Mikhayla bahkan terlihat lelah entah mimpi apa yang dia alami. Sengaja belum bertanya banyak karena menurutnya Mikhayla butuh waktu beberapa saat untuk sedikit lebih tenang.
"Kenapa? Panas?"
"Haus," jawabnya singkat, ucapan spontan yang membuat Keyvan turun segera dari tempat tidur.
"Sebentar, aku ambilkan air minum."
Hampir dini hari, Keyvan dibuat repot dengan mimpi Mikhayla yang hingga saat ini tidak dia ketahui. Sementara Mikhayla hingga saat ini masih berusaha mengatur napasnya, di antara banyak hal kenapa harus kejadian yang dia ingat.
"Mungkin karena lupa cuci kaki ya."
Mencoba berpikir jernih, meski jiwanya kembali dibuat terguncang kala otaknya seakan kembali memutar memori malam kelam itu. Mikhayla menatap sekilas ke atas nakas, foto pernikahan Keyvan tidak lagi ada di sana.
"Minumlah."
Persis seperti siluman, Khayla sama sekali tidak menyadari kehadiran suaminya. Tiba-tiba saja sudah berada di sisi Mikhayla dengan segelas air di tangannya.
Tampaknya memang benar-benar haus, air di gelas sebesar itu dia habiskan hingga tandas. Mikhayla mengembalikan gelasnya seraya menyeka dagunya yang kini basah.
.
.
.
"Alka siapa?"
Beberapa saat setelah dia lebih tenang, barulah Keyvan bertanya. Berharap istrinya kembali tidur, yang ada hanya Mikhayla memainkan jemarinya di dada Keyvan sebagai kesibukan menanti kantuknya.
"Kenapa bisa tahu nama itu?"
Mikhayla menghentikan pergerakan jemarinya sebentar. Rasanya dia belum pernah menceritakan lelaki itu pada Keyvan, jiwa penasaran dan prasangka buruknya mulai menjadi dan mengira Keyvan mencari informasi tentangnya.
"Kamu menyebut namanya tadi, tidak mungkin adikmu kan?" tanya Keyvan menatap matanya sejenak, pria itu sedikit tidak nyaman sejak nama Alka terngiang di telinganya.
"Alka ... My Boyfriend."
"What?"
Dia terkejut dengan jawaban Mikhayla. Padahal sebenarnya wajar saja Mikhayla memiliki kekasih. Keyvan berusaha mencari kebohongan dari manik indah Mikhayla, sayangnya dia tidak temukan itu.
"Kamu bercanda?"
..... Lanjut.
Hai semua, selamat siang. Maaf ya baru sempat up, aku nulis ini semalam tapi ketiduran. Lanjut paginya karena di rumah aku memang lagi ada urusan.
On-going Syakil ayahku meninggal, dan tadi malam 40 harinya. Di Eps semalemnya aku ga lengkap nyebut otw kemananya, jadi banyak yang ngira aku otw up maaf ya. Dah babay, love you sayang-sayangku. Hari ini insya Allah bisa cepat, ini aku langsung ngetik lagi buat eps selanjutnya.
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘