Ig : @ai.sah562
Bismillahirrahmanirrahim
Diana mendapati kenyataan jika suaminya membawa istri barunya di satu atap yang sama. Kehidupannya semakin pelik di saat perlakuan kasar ia dapatkan.
Alasan pun terkuak kenapa suaminya sampai tega menyakitinya. Namun, Diana masih berusaha bertahan berharap suaminya menyadari perasaannya. Hingga dimana ia tak bisa lagi bertahan membuat dirinya meminta.
"TALAK AKU!"
Akankah Diana kembali lagi dengan suaminya di saat keduanya sudah resmi bercerai? Ataukah Diana mendapatkan kebahagiaan baru bersama pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Rindu
Langkah seorang pria tampan berwajah blasteran Turki, Indo, begitu tergesa berlari ingin cepat sampai rumah menemui wanita nya. Dia tersenyum membawakan makanan kesukaan wanita yang ia cintai.
"Dee, Mas pulang. Mas bawakan kamu martabak manis kesukaan kamu."
Pria itu tergesa membuka kamar yang sering mereka tempati tak sabar ingin menemui wanitanya. Karena biasanya di jam sore ini Diana selalu sedang mandi dan dia suka menggodanya.
"Dee, kamu dimana? Pasti lagi mandi, ya?" ujarnya kembali mencoba mencari keberadaan Diana di kamar mandi. Namun, dia tidak menemukannya.
Deg...
Seketika Zio mematung menyadari segalanya. Menyadari jika dia hanyalah berhalusinasi jikalau istrinya masih ada di kediaman mereka. Rumah sederhana yang meninggalkan sejuta kenangan dan luka secara bersamaan.
Rumah dimana banyak kenangan terukir indah penuh canda tawa, riang gembira tercipta di sana. Rumah dimana menjadi saksi bisu keburukan Zio dalam memperlakukan Diana, istri yang ternyata dia cintainya.
Zio, perlahan menyimpan martabak yang di bawanya di atas kasur. Dadanya terasa sesak mengingat kebersamaan itu lagi. Matanya ia edarkan ke setiap penjuru kamar. Hampir semua tempat tersentuh oleh Diana, hampir di setiap penjuru kamar keduanya sering bermesraan melakukan hal apapun.
Zio memegangi dadanya yang berdenyut nyeri jika mengingat setiap kenangan indah itu.
"Hahaha Mas ampun, geli. Jangan menggelitik perut ku hahaha, ampun Mas."
"Tidak akan Mas ampuni sebelum kamu memberikan bonus sun pulang kerja."
"Iya, iya, aku akan memberikannya?"
Bayangan itu pun terlintas di benaknya. Bagaimana dia merayu Diana berharap mendapat kecupan sore sehabis dia pulang dari mengajar dan berakhir berpeluh keringat berbalut selimut.
Zio mengusap kasur itu, mengusap bantalnya, lalu menarik bantal dan langsung memeluknya.
"Diana sayang, Mas merindukanmu? Kemanakah kamu pergi? Kenapa kehilanganmu begitu menyiksa sekali. Mas kangen kamu, Dee. Mas cinta kamu, Mas ingin bersama kamu," lirih Zio mendekap erat bantal yang sering Diana tiduri.
Tetesan air mata menetes membasahi bantalnya. Sudah satu Minggu sejak hilangnya Diana, Zio tak tentu arah. Hilang selera makan, hilang gairah hidup, hilang keceriaannya dan berubah menjadi pria dingin tak tersentuh omongan orang dan terkadang tidak pernah tersenyum.
Dia terus larut dalam penyesalan. Penyesalan di mana dirinya harus kehilangan Diana untuk selama-lamanya. Penyesalan atas sikapnya, penyesalan baru menyadari perasaannya setelah Diana benar-benar pergi meninggalkan dia bersama kenangan.
Setelah menghabiskan waktu di kamar mereka, Zio kembali berdiri menyusuri tempat lainnya sembari memeluk aroma wangi yang tercium di bantal yang di pegang. Aroma memabukkan milik sang istri.
Langkahnya kembali terhenti di jendela, dimana ia dan Diana pernah menatap langit bersama.
"Mas, aku panggil kamu Mas Danu saja, ya. Aku tidak mau memanggil Zio ataupun Fakhri."
"Kenapa? Kan orang-orang sering memanggilku Zio. Kalau Fakhri kan enggak mungkin karena itu nama orangtuaku."
Diana tersenyum manis menatap tulus mata teduh suaminya. Dia menyenderkan kepalanya di dada Danu sembari menikmati indahnya langit malam dengan tangan melingkar memeluk erat pinggang sang suami.
"Danu adalah nama kesayanganku untukmu. Danu dalam bahasa Jawa artinya cahaya, aku ingin menjadikanmu cahaya dalam hidupku untuk menerangi setiap langkahku dan insyaallah menjadi cahaya menuju ke Jannah nya Allah. Aku ingin memanggilmu beda dari yang lainnya agar panggilannya tidaklah sama. Hanya aku yang boleh memanggilmu Danu, tidak ada yang lainnya."
Danu memeluk tubuh Diana, menyimpan dagunya di atas kepala Diana seraya menikmati kehangatan tubuh sang istri.
"Iya, kamu boleh memanggilku Danu sesuai yang kamu mau."
Tes...
Lagi-lagi bayangan manis kembali terlintas seiring menetesnya air mata di pelupuk mata. Zio menghelakan nafas berat, dia menyimpan bantal yang ia peluk ke tempat semula.
Drrrrt... Drrrrt...
"Halo, iya Pah. Apa apa?"
"Dimana kau sekarang, hah? di kampus ada polisi mencarimu. Sekarang kau kemari, buruan!" suara tegas Fakhri membuat Zio bertanya-tanya ada peristiwa apa yang terjadi?
"Iya, Zio kesana sekarang juga." Diapun pergi dari sana dalam keadaan wajah kacau sekacau perasaannya.
Untuk pertama kalinya ia menginjakkan lagi kakinya di area kampus setelah satu minggu tidak masuk mengajar. Lagi dan Lagi bayangan Diana terus berkeliaran di benaknya. Bayangan di mana sang istri meminta klarifikasi mengenai gambar yang beredar namun dirinya tidak mengklarifikasi dan malah menuduh Diana wanita murahan.
Hatinya semakin teriris sakit, dadanya terasa sesak, lukanya yang ia berikan kepada Diana begitu keterlaluan hingga membuat luka itu menganga dan berakhir dengan kata PENYESALAN.
Setibanya di kampus sudah banyak pasang mata yang menatapnya dan bertanya-tanya Kenapa ada polisi sampai mencari seorang dosen tampan berwibawa memiliki sejuta pesona itu? Masalah apa yang sedang menghadapi sampai melibatkan seorang polisi.
Zio memperhatikan mereka semua lalu matanya melihat sang papa yang tengah berdiri melipatkan kedua tangannya di dada sembari menatap tajam penuh intimidasi.
Seminggu ini juga Fakhri turun tangan sendiri ke kampus untuk mencari tahu apa saja yang terjadi di sana selama putranya mengajar. Identitas Zio sebagai anak pemilik universitas masih tersembunyi belum ada yang mengetahui.
"Itu dia orangnya, tangkap dia, Pak!" pria yang pernah bersitegang dengan Zio menunjuknya.
Zio, dia tidak mengerti lalu meminta penjelasan kepada mereka.
"Ada apa ini? Kenapa saya ingin ditangkap? Salah saya apa?" Setu Zio bertanya-tanya pad dirinya sendiri.
"Oh, jadi aku yang sudah membuat anak saya masuk ke rumah sakit. Saya tidak terima itu dan saya ingin kau mendekam di penjara atas kasus penganiyaan," sergah pria tua yang ada di samping Jeri. Ya, pria itu adalah Jeri. Pria yang Zio hajar hingga tak sadarkan diri karena telah melakukan pelecehan terhadap istrinya.
Zio tersenyum sinis menatap tajam mahasiswa itu. "Silahkan, saya tidak takut. Tapi saya juga akan melaporkan anak Anda atas kasus pelecehan terhadap salah satu murid sekolah ini yang tidak lain adalah istri saya sendiri."
Ungkapan Zio membuat mereka terbelalak kaget. Mereka menerka-nerka siapa kiranya istri dosen tampan ini.
"Halah saya tidak terima, saya tidak mungkin melecehkan kekasih saya sendiri karena saya mencintainya," balas Jeri membuat Zio menggeram tidak terima Diana nya di akui kekasih pria lain.
Dia menarik kerah Jeri mencekal erat lehernya dengan tatapan menusuk jantung penuh permusuhan. Aksi Zio membuat orang-orang kaget.
Papa nya Jeri mencoba melepaskan tangan Zio dari leher Jeri.
"Lepaskan anak saya!"
Zio tidak mendengarnya, "Diana istriku, orang yang kau akui kekasihmu dia istriku. Dia yang kau coba lecehkan istriku, brengsekk." sentak nya memukul wajah Jeri membuat pria itu kembali tersungkur ke tanah.
Deg...
Zio mematung atas ucapannya sendiri. Sekian detik ia diam menyadari kesalahannya lagi.