Celia Carlisha Rory, seorang model sukses yang lelah dengan gemerlap dunia mode, memutuskan untuk mencari ketenangan di Bali. Di sana, ia bertemu dengan Adhitama Elvan Syahreza, seorang DJ dengan sikap dingin dan misterius yang baru saja pindah ke Bali. Pertemuan mereka di bandara menjadi awal dari serangkaian kebetulan yang terus mempertemukan mereka.
Celia yang ceria dan penuh rasa ingin tahu, berusaha mendekati Elvan yang cenderung pendiam dan tertutup. Di sisi lain, Elvan, yang tampaknya tidak terpengaruh oleh pesona Celia, justru merasa tertarik pada kesederhanaan dan kehangatan gadis itu.
Dengan latar keindahan alam Bali, cerita ini menggambarkan perjalanan dua hati yang berbeda menemukan titik temu di tengah ketenangan pulau dewata. Di balik perbedaan mereka, tumbuh benih-benih perasaan yang perlahan mengubah hidup keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebetulan atau Sesuatu yang Lain?
Sesampainya di vila, Celia langsung masuk ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Kini ia mengenakan celana pendek dan kaos oversize andalannya. Ia memandangi gaun putih yang penuh noda kopi, teringat insiden yang baru saja terjadi.
"Lucas Tan..." gumamnya pelan, pikirannya melayang ke masa-masa SMA mereka.
"Kamu memikirkan Lucas?" Suara Elvan yang tiba-tiba terdengar dari arah pintu membuat Celia tersentak.
"Nggak, aku cuma nggak nyangka aja bisa ketemu dia di sini. Setahuku perusahaan kakeknya, Tan Global Property nggak punya cabang di Indonesia," jawab Celia, berusaha tersenyum santai.
Elvan berjalan menghampiri Celia. "Bukankah itu sudah lama? Mungkin sekarang mereka sudah buka cabang di sini. Atau... dia punya maksud lain," ujarnya dengan nada datar, wajahnya sedikit cemberut.
Celia menatap Elvan, mencoba membaca ekspresinya. Ada kecemburuan yang jelas di sana. "Udah, ah. Kok malah jadi bahas dia sih. Ngomong-ngomong, Lily mana? Aku nggak dengar suara dia dari tadi," Celia berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Lily pergi keluar. Katanya mau ketemu Tristan untuk minta bantuan," jawab Elvan, memalingkan wajah, menghindari tatapan Celia.
Celia mengangguk kecil, namun matanya tetap tertuju pada Elvan. Ia memperhatikan wajah kekasihnya yang masih menyimpan kecemburuan. Tanpa aba-aba, ia mendekat, menarik tengkuk Elvan, dan menempelkan bibirnya pada bibir pria itu. Ciumannya lembut tapi tegas, seakan ingin menghapus semua keraguan di hati Elvan.
Elvan mematung, terkejut dengan serangan tiba-tiba Celia. Saat Celia melepaskan ciumannya, ia menatap Elvan dengan senyum nakal. "Udah, ya. Nggak usah cemburu lagi. Lucas itu cuma masa lalu. Sekarang, cuma ada kamu."
Elvan akhirnya tersenyum kecil. "Sekarang sudah pintar merayu, ya."
Celia terkekeh pelan dan menepuk dada Elvan. "Ya iyalah. Kalau bukan aku yang merayu kamu, siapa lagi? Atau kamu mau dirayu sama Kira?"
Elvan menjitak lembut dahi Celia. "Nggak usah bawa-bawa Kira. Kalau sampai kejadian kayak gitu, kamunya ngambek."
Celia mencebik. "Aku nggak suka kamu dideketin cewek lain selain aku. Apalagi modelan ulat bulu seperti Kira. Bisa hilang harga diri aku kalau kalah sama dia."
Elvan tertawa. "Nah, sekarang tahu kan kenapa aku cemburu kamu akrab sama Lucas?"
Celia terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Iya, aku ngerti. Kamu nggak suka aku deket-deket sama Lucas, kan?"
Elvan mengangguk. "Tapi aku penasaran, Celia. Kamu nggak curiga kenapa Lucas tiba-tiba muncul di sini?"
Celia menggeleng kecil. "Jujur, aku lebih penasaran kenapa kamu begitu khawatir soal dia."
Elvan mendengus, mencoba menyembunyikan senyumnya. "Bukan soal aku nggak percaya sama kamu. Aku cuma merasa... kehadiran dia nggak mungkin kebetulan."
Celia mengangkat alis. "Maksudmu, Lucas punya rencana tertentu?"
"Elvan, Celia!" Suara Lily dari ruang tamu memotong obrolan mereka.
Mereka langsung bangkit dan menuju ruang tengah.
"Ada apa?" tanya Celia, melihat ekspresi Lily.
Lily berdiri dengan wajah serius, memegang ponsel di tangannya. "Kita punya masalah besar," ucap Lily tanpa basa-basi. "Tristan baru saja menemukan sesuatu. Ada wartawan yang menyebarkan rumor tentang kamu, Celia. Katanya kamu pernah punya hubungan spesial sama Lucas Tan waktu SMA. Dan sekarang, rumor itu dikaitkan dengan statusmu sebagai putri Keluarga Mo."
Celia membelalak. "Apa? Dari mana mereka dapat cerita kayak gitu?"
Lily menyerahkan ponselnya kepada Celia. "Lihat ini. Beritanya baru saja naik di beberapa portal gosip. Mereka menyebut kalau kedatangan Lucas Tan ke Indonesia ada kaitannya dengan kamu."
Celia membaca artikel itu dengan wajah memerah, campuran antara marah dan tidak percaya. "Ini konyol banget. Aku dan Lucas nggak pernah pacaran! Kami cuma teman biasa waktu SMA."
Elvan, yang berdiri di samping Celia, mengernyitkan dahi. "Tapi rumor ini nggak mungkin muncul tanpa dasar. Apa ada seseorang yang membocorkan sesuatu dari masa lalu kalian?"
Celia menggeleng tegas. "Aku nggak tahu. Lagipula, kita kan sekolah di Shanghai. Kecuali... Caleb. Cuma Caleb yang tahu, tapi apa mungkin Caleb tega melakukan itu? Bagaimanapun aku ini saudara kembarnya."
Lily memijat pelipisnya, berpikir keras. "Tapi masalahnya bukan cuma itu, Celia. Nama Lucas dan perusahaan keluarganya, Tan Global Property, sedang jadi sorotan besar. Mereka baru saja mengumumkan rencana ekspansi besar-besaran ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Media memanfaatkan rumor ini untuk menarik perhatian lebih."
Celia menghela napas panjang, meletakkan ponsel Lily di meja. "Kenapa orang-orang suka banget gosip yang nggak masuk akal kayak gini? Lucas bahkan nggak ada hubungannya sama aku sekarang."
Elvan menatap Celia dengan tatapan penuh arti. "Mungkin ini bukan soal kamu dan Lucas. Bisa saja ada pihak tertentu yang sengaja menyebarkan rumor ini untuk menjatuhkan nama kamu atau mungkin Keluarga Mo."
Lily mengangguk. "Benar. Dengan posisi kamu sekarang dan nama besar keluarga Mo, gosip ini bisa jadi senjata untuk merusak reputasi kamu. Apalagi Lucas Tan sekarang adalah salah satu pewaris utama Tan Global Property. Orang pasti mengaitkan dia dengan kamu untuk mencari sensasi."
Celia mengusap wajahnya dengan kedua tangan. "Lily, kamu bisa bantu cari tahu siapa yang ada di balik semua ini? Aku nggak mau rumor ini makin menyebar."
Lily mengangguk mantap. "Aku dan Tristan akan urus ini. Tapi sementara itu, kamu harus hati-hati, Celia. Jangan sampai ada media yang melihat kamu bareng Lucas lagi. Itu cuma akan memperburuk situasi."
Elvan memegang tangan Celia, memberikan dukungan. "Kita akan selesaikan ini bareng-bareng."
Celia menatap Elvan, sedikit lega. "Terima kasih. Aku nggak tahu harus apa kalau kalian nggak ada di sini."
Ketiganya terdiam sesaat, mencoba mencerna situasi yang sedang mereka hadapi. Suara hujan yang mulai deras di luar jendela menambah suasana tegang di vila.
Tiba-tiba, ponsel Celia bergetar di atas meja. Nomor tak dikenal tertera di layar, membuat jantungnya berdegup kencang.
Celia menggigit bibirnya, tangannya gemetar saat hendak mengambil ponsel itu. Tapi sebelum ia sempat memutuskan, panggilan itu berhenti.
Layar Ponsel berubah, menampilkan sebuah pesan masuk: "We need to talk. Call me!"
Celia membaca pesan itu dengan mata melebar, lalu menatap Elvan dan Lily. "Siapa yang mengirim pesan ini?"
