Seorang wanita muda, meminta seorang pria yang tak di kenal nya untuk menikahinya. Namun siapa sangka permintaan nya pun di kabulkan saat melihat wanita tersebut di paksa menikah oleh kedua orang tua nya demi melunasi sebuah hutang.
Adela Anggita dan Raiz Hafid Faisal, pernikahan kedua nya terikat di atas sebuah kontrak pernikahan.
Apakah pernikahan kontrak tersebut akan membawa mereka pada pernikahan yang sesungguhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Herliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Kecewa
"Kamu sedang sakit? " Tanya Ibu Nuri di panggilan telepon nya.
"Sudah baikan bu, Ibu disana apa kabar? " Tanya Adela dari seberang.
"Alhamdulillah sehat nak, Ibu kangen sama kamu. Entah setelah kamu pergi dari rumah ini, ibu merasakan sangat kehilangan kamu. Walau kamu itu masih dalam lingkungan Pendopo kabupaten juga tapi kan beda rasanya. "
"Insya Allah saya akan berkunjung Bu. "
"Ibu tunggu ya, ibu akan masak kesukaan kamu. "
"Terima kasih bu. "
"Kita jangan sampai putus komunikasi. "
"Iya bu, Adela janji."
"Ibu teleponan sama siapa? " Tanya Raiz sambil berjalan menuruni anak tangga.
"Adela." Jawab Ibu Nuri yang langsung menyiapkan sarapan untuk Raiz dan Anita.
"Istri kamu mana? " Tanya Ibu Nuri.
"Masih di kamar. " Jawab Raiz.
"Adela sakit, dia ada di kontrakan nya. "
"Adela sakit? " Ucap Raiz langsung menatap ke arah Ibu Nuri.
"Wajah kamu biasa saja menatap ibu, jangan seperti orang kaget. " Ucap Ibu Nuri.
"Adela sakit apa Bu? " Tanya Raiz penasaran.
"Ibu nggak tanya lebih dalam, yang ada dia bilang sedang sakit. " Jawab Ibu Nuri.
"Siapa yang sakit? " Tanya Anita yang datang langsung duduk di samping Raiz.
"Adela." Jawab Ibu Nuri.
"Sakit apa Bu? " Tanya Anita kembali.
"Ibu nggak tahu dia sakit apa. " Jawab Ibu Nuri.
"Pantas saja Mas, dia kemarin nggak datang di hari pernikahan kita. Padahal saat itu saya ingin memberikan buket bunga pernikahan kita untuk dia. Dan saya ini sama Mamah ingin dekatkan Adela sama Sony. "
"Cukup Anita!!! Kamu cukup menjodoh - jodoh kan Adela sam Sony. " Bentak Raiz.
"Mas kok bentak saya? " Ucap Anita dengan mata yang berkaca - kaca.
"Mas nggak suka saja kamu jodoh - jodoh kan orang. " Ucap Raiz dengan wajah terlihat memerah.
"Maaf Mas kalau ini membuat Mas marah."Ucap Anita menunduk.
Raiz dengan segera beranjak dari kursinya dan mengambil kunci mobil milik nya. Lantas segera mengambil ponsel nya dan menghubungi seseorang.
****
Adela tertawa puas bersama dengan Irfan, pria yang sejak pagi buta sudah datang hingga waktu menjelang siang masih tetap setia menemani Adela.
" Kangen nggak sama suasana Asrama? " Tanya Irfan.
"Kangen banget, saya kangen saat pertama masuk di semester pertama bertemu dengan senior yang galak nya minta ampun. Saat itu paling benci sama namanya Irfan, masa tenang dan damai itu saat Bang Irfan di tempat kan di wilayah Timur dan kita kembali bertemu Pas Abang semester akhir dan saya akan di tempat kan di wilayah Barat." Jawab Adela.
"Berarti kamu itu dek memang benar - benar nggak suka sama Abang ya? " Ucap Irfan.
"Tapi kenapa kok jadi suka ya, kasih pelet apa sih? " Ucap Adela.
"Pelet jaran goyang. " Ucap Irfan.
"Hik.. pelet apaan tuh? " Ucap Adela.
"Pelet yang nggak bisa lari jauh supaya kamu goyang terus. "
"Ih... apaan goyang terus. " Ucap Adela terkekeh geli.
"Emang nya apaan coba di otak kamu dek? "
Hahahahah
Adela tertawa terbahak - bahak.
"Wah.. parah ini mah, pasti otak nya travelling." Ucap Irfan.
"Sumpah Bang hehehehe... geli. " Ucap Adela
Tak jauh dari kediaman Adela, Raiz melihat dari dalam mobil nya. Dia melihat Adela tengah bahagia bersama Irfan.
Raiz pun tersenyum pilu dengan dada yang sakit. Dengan menjalankan mobil nya kembali Raiz meninggalkan tempat tinggal Adela.
Saat tak sengaja menatap jalanan, Adela melihat mobil milik Raiz. Senyum mengembang seketika berhenti, ada desiran di dada saat melihat tahu itu adalah mobil milik Raiz.
****
"Maaf kan Mas tadi pagi bentak kamu." Ucap Raiz pada Anita.
"Nggak apa - apa Mas. " Ucap Anita.
Raiz duduk di samping Anita, tangan nya memegang erat tangan Anita. Dan Anita pun tersenyum saat Raiz memegang tangan nya.
"Kamu bahagia menikah dengan Mas? " Tanya Raiz.
"Bahagia Mas, sangat bahagia. " Ucap Anita.
"Mas juga bahagia. " Ucap Raiz.
Raiz menarik tubuh Anita dalam dekapan nya, di cium nya pucuk kepala Anita sangat lama. Anita pun merasakan desiran saat Raiz memeluknya.
Raiz mencium bibir Anita, di ***** nya dan saling berbalas. Ciuman mereka saling menuntut hingga tubuh Anita di baringkan nya.
Anita yang sudah meminta lebih namun Raiz masih tetap monoton. Hingga Anita pun yang mengambil alih permainan.
Anita tampak sedikit kesal saat Raiz tiba - tiba menurun reaksi, dan mata Raiz pun menatap ke arah Anita.
"Maaf." Ucap Raiz.
Anita mengangguk dengan rasa kecewa dengan apa yang di rasakan sudah mencapai di atas ubun - ubun. Anita segera merapikan pakaian nya begitu pun juga dengan Raiz. Dengan segera Raiz masuk kedalam kamar mandi, Anita hanya bisa menangis saat melihat apa yang terjadi.
Sedangkan di kamar mandi, Raiz mengguyur kepalanya di bawah Shower, sesekali mengumpat pelan. Bayangan Adela terus saja ada di bayangan isi kepalanya hingga dirinya terus mengumpati diri sendiri.
*****
"Pengantin kok nggak bulan madu? " Sindir Sony.
"Mas Raiz nggak mau meninggalkan beban tugas pada anak buah nya. " Ucap Anita.
"Padahal bisa saja ambil cuti seminggu." Ucap Sony.
"Tapi dia nggak pernah bahas bulan madu."
"Masa sih? "
"Iya, kamu nggak percaya tanya saja sama orang nya langsung.
" Sony saya ingin tanya sama kamu. " Ucap Anita.
"Tanya masalah apa? "
"Mas Raiz itu apa ada sesuatu yang di sembunyikan? " Ucap Anita.
Sony menoleh ke arah Anita, begitu pun juga Anita.
"Nggak ada. " Ucap Sony.
"Saat sudah menikah saya hari banyak bertanda tanya pada dia, entah bingung mau bicara dari mana. "
"Percaya sama Raiz, dia memilih kamu itu karena kamu orang yang sangat mencintai nya.Apapun yang terjadi Raiz akan tetap memilih kamu."
****
"Mas, kenapa kamu kemari? "
Raiz menatap ke arah Adela yang ada di depan pintu. Mata mereka saling menatap, seketika Raiz menarik tengkuk leher Adela, sebuah ciuman Raiz daratkan pada bibir Adela.
Plaaakk
Adela menampar pipa Raiz dan mengusap bibir nya, dan menatap penuh amarah ke arah Raiz.
"Maksudnya kamu apa Mas, kamu mencium saya seperti ini. Dimana sopan santun kamu, dimana rasa hormat kamu sebagai seorang pemimpin. Kamu merendahkan saya, dimana letak otak kamu. " Bentak Adela.
"Saya tidak bisa bersanding dengan Anita, saya masih ingat sama kamu. "
"Kamu menyuruh saya pergi jauh, kamu menyuruh kita melupakan semuanya tak disini kamu yang masih belum bisa move on. Disini bukan lagi saya yang menyakiti Anita tapi kamu Mas. "
"Saya tidak bisa, Anita meminta hak nya saya tidak bisa hilang seketika hanya ingat sama kamu. "
"Pergi Mas, jangan pernah menyentuh saya atau datang kemari lagi. Anita pasti kecewa saat ini. "
"Hari - hari ini setiap berganti waktu rasa cinta saya sama kamu begitu sangat besar. Saya baru merasakan bahwa saya tidak bisa pergi jauh dari kamu."
"Saya akan menikah dengan Bang Irfan, masa iddah selesai kami akan segera menikah." Ucap Adela yang segera menutup pintu rumah nya.