NovelToon NovelToon
My Crazy Daughter

My Crazy Daughter

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Matatabi no Neko-chan

Setelah diadopsi Verio, kehidupan Ragna berubah. Apalagi saat mendapat ingatan masa lalunya sebagai putri penjahat yang mati akibat penghianatan.
Memanfaatkan masa lalunya, Ragna memutuskan menjadi yang terkuat, apalagi akhir-akhir ini, keadaan kota tidak lagi stabil. Bersama Verio, mereka memutuskan menuju puncak dalam kekacauan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Mobil Subaru meluncur pelan di jalan raya, lampu-lampu kota yang berpendar seperti bayangan hantu yang berlalu lalang. Di dalam kabin, suasana terasa sunyi. Ragna duduk di kursi penumpang, matanya menerawang keluar jendela, namun pikirannya jauh melayang ke masa beberapa tahun silam—tepat sebelum kekacauan besar itu dimulai.

---

Hari itu, sepulang sekolah, Ragna kecil mendapati sesuatu yang tidak biasa di apartemen Verio. Dari kejauhan, dia melihat beberapa pria berbadan tegap dengan setelan jas mahal mengepung sang ayah. Mata mereka tajam, dan beberapa dari mereka membawa senjata yang terlihat jelas di pinggang. Perasaan khawatir dan penasaran bercampur di benaknya, tapi dia memutuskan untuk tidak gegabah. Dengan langkah perlahan, gadis kecil itu menyelinap, bersembunyi di balik tumpukan kardus tak jauh dari pintu apartemen, telinganya menangkap percakapan yang membuat tubuhnya membeku.

"Verio!" Suara salah satu pria terdengar lantang dan penuh arogansi. "Kau tahu kami tidak suka basa-basi. Jika kau ingin tetap hidup dan menikmati kekayaan, serahkan anak perempuan itu pada kami. Aku dengar dia cukup istimewa."

Ragna mencengkeram ujung rok seragam sekolahnya, menahan napas. Dadanya berdebar keras saat mendengar ucapan pria itu. Mereka menginginkannya? Tapi... untuk apa?

“Heh,” suara sinis Verio terdengar, meskipun situasi dihadapinya jelas berbahaya. "Kalian ingin anak itu? Apa kalian sudah gila? Anak itu cacat. Dia tidak berguna untuk siapa pun, apalagi untuk kalian."

Perkataan Verio menusuk seperti pisau tajam di hati Ragna. Cacat? Tidak berguna? Ragna ingin berteriak, ingin menyerbu keluar dan menatap Verio dengan sorot mata penuh amarah. Namun, akalnya segera menyadarkannya. Jika dia muncul, pria-pria itu bisa saja menyerang Verio tanpa ampun.

Dia harus berpikir cepat.

Dengan jemari kecilnya yang gemetar, Ragna merogoh tas sekolahnya dan mengeluarkan botol kaca kecil yang biasa dia gunakan untuk eksperimen sains. Botol itu telah dia isi bensin sebelumnya—salah satu proyek rahasia kecilnya yang dia pelajari dari buku survival. Sumbu kecil yang telah dia persiapkan sejak lama kini terasa seperti kunci untuk menyelamatkan Verio.

Dengan cekatan, dia menyalakan sumbu itu menggunakan korek api kecil yang selalu dia simpan di sakunya. Asap kecil mengepul dari ujung sumbu saat api menyala perlahan. Ragna menarik napas dalam, menahan gemetar tubuhnya sebelum akhirnya melemparkan botol itu ke arah kerumunan pria bersenjata dengan perhitungan hati-hati.

"Blarrr!"

Suara ledakan kecil terdengar, diikuti oleh api yang menyambar cepat. Para pria itu sontak panik, melompat mundur untuk menghindari kobaran api yang menjilat lantai. Beberapa berteriak marah, sementara yang lain mencoba mengendalikan situasi.

Verio, yang sejak tadi berdiri dengan tenang, memanfaatkan momen kekacauan itu. Dengan gerakan cepat, dia meraih salah satu senjata yang terjatuh dan menodongkannya ke arah pria berjas yang tadi berbicara. Mata Verio menyala tajam, penuh ancaman.

"Kalian pikir aku main-main? Pergi sekarang, atau aku akan memastikan kalian tidak meninggalkan tempat ini hidup-hidup."

Pria-pria itu, yang semula penuh percaya diri, kini mundur dengan wajah kesal. Pria berjas mahal itu melirik Verio dengan tajam, namun tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia memberi isyarat pada anak buahnya untuk mundur sebelum mereka benar-benar pergi meninggalkan apartemen.

---

Ragna kembali ke masa kini dengan napas panjang. Dia menatap Verio yang sedang fokus menyetir, wajahnya tetap tenang seperti biasa, seolah-olah tidak pernah ada insiden yang mengancam nyawa mereka dulu. Namun, di benaknya, insiden itu meninggalkan bekas yang tak terlupakan.

“Papa,” panggil Ragna pelan, hampir berbisik.

Verio meliriknya sekilas dari kaca spion, alisnya sedikit terangkat. “Hm? Ada apa?”

Ragna menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Hanya... terima kasih, karena selalu melindungiku.”

Verio hanya tersenyum tipis, namun tidak menjawab. Meskipun jarang diucapkan, hubungan mereka lebih kuat dari yang terlihat di permukaan. Bagaimanapun caranya, Verio selalu memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa menyakiti putrinya—sekalipun dunia menganggap dia seorang pria tanpa hati.

Langit sudah gelap saat Verio dan Ragna tiba di rumah. Angin malam berhembus dingin, tetapi suasana terasa lebih dingin saat mereka melihat beberapa orang duduk di teras. Seorang wanita dengan pakaian santai tampak memimpin kelompok itu, diikuti dua pria berjas polisi dan satu pria dengan pakaian khas detektif.

"Siapa mereka, Pa?" tanya Ragna sambil melirik Verio. Namun, matanya menyipit saat melihat wajah ayah angkatnya yang tiba-tiba memucat, sesuatu yang jarang terjadi.

Sebelum Verio sempat menjawab, wanita itu bangkit dengan senyum lebar dan suara yang ceria seperti meriam kembang api. "Kyaa~ Verio~ Kau makin tampan saja! Sudah berapa lama kita tidak bertemu, ya? Sepuluh tahun? Dua belas?" Pekiknya penuh semangat, seperti orang yang baru menemukan hadiah lotre.

Tatapan wanita itu kemudian beralih ke Ragna. Matanya berbinar seperti anak kecil yang baru mendapat mainan baru. "Astaga~ Dia tumbuh begitu cantik~ Kau benar-benar ayah yang baik! Aku jadi yakin jika kau suami yang sempurna! Ah~ kau benar-benar tipe ideal aku!"

Ragna melirik Verio dengan alis terangkat, tetapi pria itu hanya memijat pelipisnya dengan wajah lelah. Sementara itu, dua pria berjas polisi tampak menahan napas, dan salah satunya bahkan memutar matanya, sementara pria detektif menghela napas panjang seperti sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini.

"Regina," geram pria berjas polisi yang lebih tinggi, mencoba menahan kesabarannya, "kau bisa berhenti membuat keributan seperti ini? Kita kemari bukan untuk berakting dalam opera sabun!"

Wanita yang dipanggil Regina itu melirik pria itu dengan tatapan yang berlebihan, seolah-olah dia baru saja mendengar penghinaan terbesar. "Astaga, Liam Wen! Kau menghancurkan kebahagiaanku! Kau benar-benar tidak tahu cara bersenang-senang!"

Pria itu hanya mendesah panjang, menoleh ke Verio dengan ekspresi datar. "Maaf atas kedatangan kami yang tiba-tiba. Kami ada urusan penting yang ingin dibahas dengan Anda." Dia melirik ke arah Regina, lalu menambahkan dengan nada lelah, "Dan, tolong abaikan dia. Dia sudah kehilangan kewarasannya sejak lama."

Regina meletakkan tangan di pinggang, pura-pura marah. "Apa? Liam, kau selalu merendahkanku seperti ini! Padahal aku hanya ingin membuat suasana lebih ceria~"

Verio memandang pria itu dengan wajah tanpa ekspresi, lalu akhirnya mendesah panjang. "Masuklah, sebelum tetangga berpikir aku sedang mengadakan pesta liar di rumah."

Ragna mengikuti Verio masuk ke dalam rumah, masih mencuri pandang pada Regina yang terus bersikap seperti diva. Di balik rasa jengkel dan bingungnya, ada perasaan aneh yang menyelinap—entah kagum atau waspada pada wanita itu.

🐾

Regina Xiau, seorang wanita yang bekerja sebagai asisten detektif, duduk santai di ruang tamu kecil itu dengan sikap seperti ratu. Dia juga dikenal sebagai adik angkat dari Zhu Tao Jin, seorang pengusaha kaya ternama yang dulu membantu pihak kepolisian dalam sebuah kasus besar belasan tahun lalu. Di sebelahnya, Liam Wen, ahli IT kepolisian yang terkenal dingin sekaligus penembak jitu, duduk dengan postur tegap, memperhatikan ruangan dengan pandangan penuh perhitungan.

Bersama mereka ada Dai Zhu, polisi muda yang biasanya bertugas di lalu lintas, tapi kali ini tampak tidak seperti perannya yang biasa. Wajahnya serius, berbeda dari kesan ramah yang biasanya melekat padanya. Terakhir, Shan Deo, seorang detektif swasta terkenal, duduk di ujung sofa dengan tangan bersilang, mengamati situasi dengan sikap yang lebih santai tapi jelas mengandung kewaspadaan.

Keempat orang itu tengah berada di rumah Verio yang sederhana, memberikan kontras mencolok dengan wibawa besar mereka. Sementara itu, Ragna berjalan masuk dari dapur dengan nampan berisi minuman, meletakkannya di meja dengan hati-hati. Setelah itu, dia duduk di sebelah Verio, yang sejak awal tidak mengalihkan pandangannya dari Regina. Ekspresinya mencerminkan kewaspadaan yang tidak biasa.

"Jadi, ada urusan apa kalian ke sini?" tanya Verio datar, langsung ke inti tanpa basa-basi.

Regina membuka mulut, tetapi sebelum dia sempat berbicara, Dai Zhu memotong dengan nada tenang namun tegas. "Kami dengar kau seorang montir yang berbakat. Kami ingin kau membantu memodifikasi kendaraan kami."

Verio menaikkan satu alis, tatapannya bergeser dari Dai Zhu ke Regina sejenak, lalu kembali ke pria muda itu. "Modifikasi seperti apa yang kalian inginkan?" tanyanya, nada suaranya masih datar, namun ada sedikit ketertarikan dalam matanya.

"Mobil kami butuh peningkatan performa," jawab Dai Zhu, kali ini dengan lebih spesifik. "Kecepatan, daya tahan, dan sistem keamanan—kami ingin semuanya berada di level maksimal. Kasus yang sedang kami hadapi cukup berbahaya, dan kendaraan kami perlu menyesuaikan."

Verio terdiam beberapa saat, matanya menyipit. "Itu bukan permintaan biasa. Tapi aku bisa melakukannya. Kalian tahu, ini akan membutuhkan biaya dan waktu."

"Kau pikir kami datang tanpa persiapan?" potong Liam Wen, nadanya dingin. "Anggaran bukan masalah. Yang kami inginkan hanyalah hasil yang sempurna."

Ragna, yang sejak tadi hanya mendengarkan, akhirnya bersuara, "Apa kalian yakin ini hanya tentang mobil? Sepertinya ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar modifikasi kendaraan."

Regina menyeringai, senyumnya penuh teka-teki. "Kau pintar, ya, gadis kecil? Memang ada sesuatu. Tapi untuk sekarang, fokus saja pada mobil itu. Semua detail akan kami jelaskan setelah kau setuju, Verio."

Verio memandang mereka dengan tatapan tajam, sebelum akhirnya menghela napas. "Baiklah. Tapi aku butuh spesifikasi lengkapnya. Dan jangan harap aku bekerja tanpa tahu tujuan akhirnya."

"Deal," sahut Regina ringan, lalu menyesap minumannya dengan puas. Shan Deo dan Dai Zhu hanya bertukar pandang sekilas, sementara Liam Wen kembali mengamati Verio seperti sedang menilai sesuatu.

"Akan kutunjukkan speknya besok," tambah Dai Zhu sambil berdiri. "Dan kalau bisa, jangan sampai ada orang luar tahu soal ini."

"Sudah biasa bagiku," balas Verio santai.

Percakapan selesai dengan janji untuk pertemuan berikutnya, tetapi di dalam hati Ragna, dia tahu ini bukan sekadar pekerjaan biasa. Ada sesuatu yang jauh lebih rumit sedang menunggu mereka di balik permintaan ini.

"Ah, ya. Verio," ujar Regina dengan nada santai yang penuh provokasi. Matanya menatap pria itu dari atas ke bawah, seolah sedang menilai barang mahal. "Apa kau mau menikah denganku? Kau semakin tampan, dan otot-ototmu semakin bagus!" godanya tanpa ragu, membuat Verio terlihat kesal. Mantan atasannya itu benar-benar ahli dalam mencari masalah.

'Pletak!'

"Aduh!" Regina memekik, memegangi kepalanya yang baru saja mendapat jitakan keras. Dia melotot tajam pada pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Liam Wen, pria yang wajahnya sudah menunjukkan batas akhir kesabarannya.

"Berhenti menggodanya, Regina," tegur Liam dingin, nadanya terdengar datar namun jelas penuh peringatan.

Regina mendengus kecil, tetapi senyum di wajahnya tidak surut sedikit pun. "Kau terlalu serius, Liam. Aku hanya bercanda, kok~ Lagipula, siapa yang bisa tahan tidak menggoda pria seperti Verio?"

Verio mendesah panjang, berusaha tetap tenang meskipun jelas terlihat dari rahangnya yang mengeras bahwa dia sedang menahan diri. "Dan seperti jawaban saya sebelumnya, Nona," ujarnya dengan nada tegas dan dingin, "saya hanya ingin menjadi ayah yang baik untuk Ragna."

"Sayang sekali~" sahut Regina dengan nada pura-pura kecewa, memasang ekspresi patah hati yang terlalu dramatis untuk dianggap serius. Namun, tidak lama kemudian, dia kembali terkikik geli seperti anak kecil yang baru saja berhasil mengerjai seseorang.

Ragna, yang duduk di samping Verio, menahan diri untuk tidak tertawa. Situasi itu, meskipun aneh, memberinya sedikit hiburan di tengah ketegangan yang melingkupi pertemuan mereka. Liam, di sisi lain, hanya menggelengkan kepala, tampak sudah sangat terbiasa dengan tingkah Regina yang tidak masuk akal.

"Kalau tidak ada hal penting lain, lebih baik kita fokus pada pembahasan pekerjaan," ujar Liam akhirnya, berusaha mengembalikan topik ke jalur yang lebih serius.

Regina hanya mengangkat bahu santai sambil mengambil cangkir minumannya. "Baiklah, baiklah. Tapi jangan salahkan aku kalau suasana jadi membosankan."

Sementara itu, Verio hanya bisa memijat pelipisnya, mencoba mengabaikan godaan Regina yang masih membuat suasana sedikit canggung. Namun, di dalam hatinya, dia tahu satu hal: wanita itu tidak akan pernah benar-benar berhenti mengganggunya.

1
Listya ning
kasih sayang papa yang tulus
Semangat author...jangan lupa mampir 💜
Myss Guccy
jarang ada orang tua yg menujukkan rasa sayangnya dng nada sarkas dan penuh penekanan. tp dibalik itu semua,, tujuannya hanya untuk membuat anak lebih berani dan kuat. didunia ini tdk semua berisi orang baik, jika kita lemah maka kita yg akan hancur dan binasa, keren thor lanjutkan 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!