NovelToon NovelToon
Satu Cinta Dua Hati

Satu Cinta Dua Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Kembar / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn

Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.



Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.


Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.

Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Orang Asing

    Kevin tercengang.

    Segala sesuatu tentang wanita yang berdiri di atas panggung itu mengingatkan Kevin pada mendiang istrinya.

    Wajahnya, tubuhnya, suaranya... ada kemiripan yang luar biasa antara kedua wanita itu— Elmira dan Davina.

    Kevin mengernyitkan dahinya ketika dia menyaksikan Davina Grizelle Ardonio memberikan pidatonya.

    'Elmira, apakah itu kamu?.' Batin Kevin.

    Tak lama kemudian Davina Grizelle Ardonio telah mengakhiri pidatonya dan turun dari panggung. Pembawa acara kemudian mengumumkan bahwa Davina akan berdansa bersama dengan teman prianya bernama Aksa Delvin Arion, seorang pria misterius yang tampaknya merupakan wajah baru yang di kenal dengan pria tampan di kota tersebut.

    Aksa Delvin Arion— pria bertubuh tinggi, berbadan kekar, berambut cokelat pasir dan bermata coklat. Pria itu mengenakan setelan jas abu-abu tiga potong, berjalan mendekati Davina dan senyumannya terlihat menawan. Dihadapan semua orang, Aksa terlihat mengulurkan tangannya ke arah Davina. "Apa kamu mau berdansa denganku, Davina?."

    Davina tersenyum dan meletakan tangannya di tangan pria itu. Mereka bergerak ke lantai dansa tengah dan mulai berdansa mengikuti alunan musik.

    Aksa menatap Davina dan tersenyum padanya. "Selamat, bos."

    Davina terkekeh kecil. "Terima kasih, Aksa."

    "Saat ini aku merasa menjadi pria yang paling beruntung di ruangan ini dan aku yakin para pria yang menonton kita berdansa tengah merasa iri padaku." Kata Aksa sambil menatap mata Davina.

    "Aksa, kamu memang selalu seperti ini." Jawab Davina, dia terlihat sangat riang.

    "Sebagai CEO wanita termuda di kota ini dan putri misterius dari keluarga Ardonio, itu semua cukup untuk membuat para pria tergila-gila padamu." Sambung Aksa.

    "Aksa, kamu juga menjadi pusat perhatian disini. Kamu juga CEO yang misterius karena baru saja pindah ke kota ini. Percayalah, meskipun aku sudah mengenalmu bertahun-tahun, kamu masih tetap misterius bagiku." Kata Davina.

    Sementara itu, rahang Kevin terkantup rapat karena suatu alasan.

    Melihat wanita yang mirip dengan Elmira ketika berdansa mesra dengan pria lain, membuat Kevin tersulut api kecemburuan yang sulit digambarkan.

    Kevin tahu jika Davina tidak mungkin menjadi istrinya... tetapi mengapa dirinya merasa begitu marah dan frustasi melihat wanita itu bersama dengan pria lain?

    Matanya menyipit dan Kevin merasa seperti ada yang meremas jantungnya. Pria itu berusaha sekuat tenaga agar tidak berjalan ke lantai dansa itu dan mencabik-cabik mereka dengan kecemburuannya.

    Dari sisi samping, Daisy kebetulan melihat ekspresi wajah Kevin ketika pria itu menatap Davina.

    Daisy mengepalkan tangannya dan tersenyum getir. 'Kevin, apakah kamu masih menyimpan perasaan pada wanita jalang itu?.' Batin Daisy, bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

    Sudah enam tahun lamanya dan Kevin belum juga segera menikah Daisy. Apakah mungkin karena Kevin tidak bisa melupakan Elmira Revalina?

    Daisy merasa seakan dirinya tidak hanya bersaing dengan bayang-bayang Elmira yang sudah mati karena ledakan di gudang itu. Tetapi dia juga harus bersaing dengan seorang wanita yang sangat mirip dengan Elmira.

    Daisy menatap tajam kearah Davina dengan kebencian dihatinya. Daisy bersumpah tidak akan tidak akan membiarkan siapapun merebut Kevin darinya! Kevin hanya miliknya dan akan selalu menjadi miliknya sampai kapan pun itu!.

    "Kevin... apa menurutmu dia sangat mirip dengan Elmira?." Tanya Daisy tiba-tiba, menarik perhatian Kevin. "Andai saja dia memang Elmira.... Aku terus memikirkannya selama enam tahun terakhir dan aku terus menyalahkan diriku sendiri. Kalau bukan karena kamu yang menyelamatkan aku, nasib Elmira pasti tidak akan seperti ini... Tapi, mau bagaimana lagi? Apakah mungkin  Davina adalah Elmira? Itu tidak mungkin! Bagaimana mungkin Elmira berasal dari keluarga kaya?." Sambung Daisy.

    Kevin tersadar setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Daisy. Tentu saja, Elmira adalah seorang yatim piatu dan tidak memiliki saudara. Tidak mungkin jika Elmira adalah putri Edwar.

   Kevin memperhatikan Davina yang menari di lantai dansa dan melihat bagaimana wanita itu menari dengan sangat ahli. Kevin teringat, jika Elmira tidak pernah tahu cara menari dan dia juga tidak suka menghadiri acara-acara seperti ini.

    'Benar sekali, dia tidak mungkin Elmira. Aku sendiri melihat jasadnya.' Batin Kevin.

    "Kamu benar, Daisy. Elmira sudah pergi." Kata Kevin, namun terdengar jika dia sedang menyakinkan dirinya sendiri.

    Tetapi, Kevin masih merasa ada yang janggal. Dia merasa ada yang kurang.

    Beberapa saat kemudian, Davina baru saja selesai berdansa dan kemudian menyapa dan memperkenalkan diri kepada sebagian besar tamu penting. Aksa meminta diri untuk mengangkat telponnya dan meninggalkan Davina sendirian.

    Melihat Davina yang sendirian, Kevin meninggalkan Daisy dan berjalan mendekati Davina.

    "Selamat malam, Nona Davina." Sapa Kevin dengan suaranya yang lembut.

    Ketika mendengar suara pria itu, Davina menoleh untuk menatapnya. Jantung Kevin berdegup kencang saat pandangan mereka bertemu.

    Bola mata coklat itu...

    Dari dekat, wanita itu benar-benar tampak mirip seperti Elmira. Apakah dia benar-benar Elmira atau bukan?.

    "Selamat malam." Jawab Davina, suaranya membuyarkan lamunan Kevin.

   Meskipun dia sopan, Kevin tahu tidak ada keakraban dalam cara dia menanggapinya.

    Kevin mengernyitkan dahinya dan kemudian tersenyum. "Saya ingin memiliki kesempatan untuk berbicara dengan anda dan saya juga ingin mengusulkan kemitraan—"

    "Ini bukan tempat dan waktu yang tepat, Tuan. Yang terpenting, bukankah anda seharusnya memperkenalkan diri anda terlebih dahulu? Anda tidak bisa langsung berbicara soal bisnis, tanpa memberitahu siapa nama anda." Kata Davina menukas perkataan Kevin.

   Hati Kevin hancur saat kenyataan mulai menghantuinya. Wanita itu tidak mungkin istrinya, karena istrinya pasti dapat mengenalinya.

    Bagaimana seseorang bisa sangat mirip  dengan orang yang sudah mati? Bahkan matanya pun sama...

    "Tuan?." Panggil Davina, dari raut wajahnya wanita itu terlihat bingung.

    "Saya Kevin Evando Delwyn, CEO grup Delwyn." Kata Kevin memperkenalkan dirinya, meski meninggalkan kesan pahit didalam mulutnya.

    Mengapa menjadi orang asing bersama dengan wanita yang berdiri dihadapannya terasa salah?

    "Baik, Tuan Kevin. Anda dapat menghubungi asisten pribadi saya untuk urusan bisnis apa pun." Kata Davina. "Maafkan saya."

    "Tunggu..." Kevin tidak bisa menahan diri untuk menghentikannya.

    Pria itu menatap mata Davina dan suatu perasaan yang tidak dapat digambarkan mengalir dalam dirinya saat itu. Meskipun Kevin tahu jika wanita yang berdiri di hadapan nya bukanlah Elmira, tetapi rasanya senang sekali ketika melihat seseorang yang mirip dengannya

    Sudah enam tahun semenjak Kevin kehilangan istrinya, tetapi pria itu ternyata tidak bisa melupakannya.

    "Tuan Kevin, ada apa? Dan mengapa anda terus menatap saya seperti itu?." Davina berkedip dan wajahnya tanpa ekspresi apa pun..

    Kevin menelan salivanya. "Nona Davina, anda terlihat familier. Apakah ternyata anda adalah Elmira?."

    Perkataan Kevin tergantung.

    Pria itu menatap mata Davina dalam-dalam seperti sedang mencari sesuatu dan jantungnya berdebar kencang.

    Setelah beberapa detik kemudian, Davina buka suara. "Apa maksud anda? Bukankah anda sudah tahu nama saya ketika perkenalan di panggung tadi? Nama saya Davina Grizelle Ardonio."

    "Ya, saya tahu... hanya saja anda sangat mirip dengan seseorang yang saya kenal. Wajah yang sama, tapi nama dan identitasnya berbeda—"

    "Saya pikir Tuan Kevin salah mengira saya sebagai orang lain. Ini pertama kalinya saya datang ke kota ini dan saya belum pernah bertemu dengan anda sebelumnya." Jawab Davina dengan tenang.

    Tetapi, jauh di lubuk hati wanita itu dia menyumpahi Kevin.

    Ya— dia adalah Elmira Revalina dan dia juga Davina Grizelle Ardonio, wanita yang sama, dia sudah kembali.

    Namun, kembalinya dia dengan membawa kebencian terhadap pria yang berdiri dihadapannya itu. Pria itu begitu kejam saat dia meninggalkan Elmira/ Davina di gudang dan membiarkannya mati enam tahun yang lalu... tidak perduli seberapa baiknya Kevin terlihat saat ini, Davina telah mengenal pria itu dengan sangat baik.

   Kevin ada suami yang tidak berperasaan yang lebih memilih menyelamatkan mantan kekasihnya dan meninggalkan dirinya untuk mati.

    Meskipun Davina membenci Kevin dan tidak ingin berurusan lagi dengan pria itu, tetapi dia tidak punya pilihan lain selain bersikap normal agar tidak membuat Kevin curiga.

    Davina tidak memiliki niatan untuk memberitahu Kevin jika dirinya masih hidup! Tidak akan pernah.

    Ketika Kevin mendengar kata-kata Davina, dia mengernyitkan dahinya. Berpikir jika apa yang Davina katakan mungkin saja benar.... dia telah melihat gudang itu meledak didepan matanya. Mungkin kerinduannya yang membuatnya berharap jika Davina adalah Elmira..

    Kevin berdehem. "Saya mengerti. Tapi, saya tidak akan pergi meninggalkan tempat ini sebelum mendapatkan kerja sama dengan perusahaan anda. Sulit untuk menghubungi anda. Saya seorang oportunis dan saja akan memastikan kalau saya akan mendapatkan apa yang saya inginkan ketika saya memiliki kesempatan itu." Kata Kevin

    Davina terkekeh kecil. "Apa yang membuat anda merasa akan diistimewakan, Tn Kevin? Ada begitu banyak orang yang ingin bekerja dengan saya." Kata Davina. "Mengapa saya harus memilih anda?".

    "Ya, itu karena anda baru saja kembali ke negara ini dan mencoba mendapatkan tempat yang kuat di perusahaan. Bukankah para anggota dewan akan sangat menghargai anda, jika anda segera bekerja sama dengan Grup Delwyn?." Tanya Kevin.

    Ketika Kevin melihat jika pembicaraannya mampu menarik perhatian Davina, Kevin kembali buka suara. "Saya cara tahu bagaimana politik perusahaan bekerja. Mereka tidak akan terlalu senang jika putri CEO yang entah datang dari mana tiba-tiba datang dan mengambil alih perusahaan begitu saja. Bukankah lebih mudah untuk bekerja sama dengan perusahaan yang paling berkuasa di negara ini?."

    Davina berdecak kesal, memalingkan wajahnya sebentar dan kemudian kembali menatap Kevin. "Aku tidak ingin bergantung pada siapa pun. Keahlianku sudah cukup untuk membuktikan bahwa aku mampu."

   Wajah Kevin terlihat bingung. Dia tidak menyangka saran menjebak itu langsung mudah di tolak oleh Davina. Lagipula, semua orang ingin menjalin kemitraan dengan Grup Delwyn.

    'Mengapa wanita ini tidak tertarik?.' Batin Kevin.

    Kevin terkekeh kecil. "Biar saya menjelaskan lagi. Perusahaan saya membutuhkan anda, Nona Davina. Kami sedang melebarkan sayap ke bisnis perhiasan dan ingin bekerja sama dengan Anda. Kami akan menyediakan bahan baku dan Anda akan menyediakan desainnya. Bagaimana menurut Anda?"

    Davina menyilangkan kedua lengannya. Dia mengangkat sebelah alisnya, gerakan yang membuat Davina tampak lebih memikat. "Andalah yang membutuhkan. Tidak bisakah anda menunjukkan sedikit ketulusan?."

    Mata Kevin menyipit, dia tidak menyangka jika Davina akan sesulit ini. Namun, dia benar-benar membutuhkan kerja sama ini karena perusahaan perhiasan ini sangat penting baginya.

   

    Elmira menyukai perhiasan. Jadi, Kevin ingin membuka perusahaan perhiasan untuk mengenangnya.

    "Kami dapat menegosiasikan persyaratan sesuai keinginan anda karena yang saya inginkan hanyalah bermitra dengan perusahaan yang memiliki desainer perhiasan terbaik di kota ini," Kata Kevin menawarkan.

    Davina mengernyitkan dahinya. Dari satu sisi dia tahu jika apa yang Kevin katakan memang benar. Jika ada yang perlu dikatakan, Davina memang membutuhkan kerja sama ini. Kepulangannya telah menimbulkan banyak konflik di antara para anggota dewan dan bermitra dengan Grup Delwyn akan menenangkan pra anggota dewan untuk sementara waktu.

    Itu adalah cara yang bagus untuk menjauhkan mereka darinya saat dia berupaya mengembangkan perusahaan dan membuktikan kemampuannya.

    Namun, tidak ada cara bagi Davina untuk memberi tahu Kevin bahwa dirinya membutuhkan rekan. Wanita itu menatap Kevin tanpa ekspresi dan buka suara. "Saya tidak menjanjikan apa pun, tapi saya akan memikirkannya. Asisten saya akan menelpon mu."

    Terlihat, kedua mata Kevin berbinar. Dia tersenyum. "Saya tidak sabar untuk bekerja dengan anda, Nona Davina."

    

   Davina menganggukkan kepalanya dan hendak berbalik pergi, tetapi tiba-tiba Kevin menarik lengannya.

"Tunggu..." Kata pria itu sembari menatap mata Davina.

   Suatu perasaan kompleks menyerbunya, memberinya rasa nostalgia.

    Sudah lama sekali Kevin tidak melihat wajah Elmira dan ketika menatap wanita yang berwajah mirip dengan Elmira itu, membuat Kevin mau tak mau merasa ingin melihat wajah Davina lagi.

    Ketika Kevin menyentuh tangan Davina, dia seakan merasakan sengatan listrik yang mengalir melalui dirinya dan jantungnya berdebar kencang. Mungkinkah dua orang yang berbeda memiliki penampilan dan perasaan yang sama?

     Dia menatap Davina dan mengernyitkan dahinya. "Kamu...."

    "KEVIN...."

   

    Sebuah suara yang terdengar lembut memanggil Kevin dari belakang dan pria itu pun menoleh. Daisy tengah menekan tombol kursi rodanya ke arah Kevin.

    Saat perhatian Kevin teralihkan pada Daisy. Davina menepis tangan Kevin dengan kasar. "Tn. Kevin, tolong bersikaplah sewajarnya!."

    Ketika Kevin menoleh kearah Davina, tiba-tiba terdengar suara gebrakan keras dari belakang diikuti dengan suara jeritan kesakitan.

    Ketika Kevin kembali menoleh ke belakang, dia mendapati Daisy telah menabrak salah satu meja dan jatuh ke lantai sementara kursi rodanya menimpa tubuh wanita itu.

    Mata Kevin terbelalak lebar. "Daisy!." Panggilnya dengan terlihat cemas.

    Pria itu bergegas berjalan mendekati Daisy dan menggendongnya ala bridal style sebelum akhirnya membawanya keluar aula dengan cepat.

    Pada saat yang sama, Davina mencibir saat melihat itu. Dia menggelengkan kepalanya. 'Beberapa hal tidak pernah berubah.' Batinnya.

    Untung saja, Davina telah melupakan segalanya dan tidak berniat tertarik dengan Kevin dan dramanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!